Reporter : Bima Rahmat
suarabojonegoro.com - Didapatinya beberapa kali setelah dilakukan tea HIV terhadap PSK (Pekerja Seks Komersial) yang terjaring razia oleh Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) Pemkab Bojonegoro, membuat prihatin sejumlah aktivis perempuan yang peduli dengan perempuan dan kesehatan masyarakat.
Menurut salah satu perempuan pemerhati kesehatan Masyarakat, Sally Atyasasmi, Meskipun pemerintah declare bahwa lokalisasi sudah tidak ada tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa praktek prostitusi masih berlangsung di Bojonegoro secara terselubung.
"Pekerja seks merupakan kelompok risiko tinggi dalam penularan HIV/AIDS karena prilaku berpotensi menularkan dan tertular HIV/AIDS sehingga salah satu upaya penanggulangan HIV/AIDS menyasar pada kelompok ini ( pekerja seks)," Terang Perempuan yang Juga Anggota Komisi C DPRD Bojonegoro ini.
Dikatakan juga bahwa Penting memberikan edukasi pencegahan tidak hanya pada masyarakat umum tapi lebih pada kelompok berisiko contoh edukasi penggunaan alat pencegah penularan melalui hubungan seksual yaitu penggunaan kondom. Selasa (11/04/17).
Meskipun ini kerap menjadi pro dan kontra dari segi moral tetapi bicara pendekatan kesehatan dalam penanggulangan HIV/AIDS itu direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khususnya pada kelompok berisiko tinggi.
"Memang ini kerap menjadi pro dan kontra dari segi moral, akan tetapi dalam penaggulanggan HIV/AIDS itu telah direkomendasikan oleh WHO", ujar Sally Atyasasmi.
Selanjutnya adalah pemeriksaan berkala pada pekerja seks, hal ini penting untuk mendeteksi dini karena semakin dini virus HIV ditemukan maka semakin besar peluang keberhasilan pengobatan.
"Pemeriksaan untuk mendeteksi dini virus HIV sangatlah penting, semakin dini virus HIV ditemuka maka semakin besar peluang pengobatan", tambahnya. (Bim/red)
suarabojonegoro.com - Didapatinya beberapa kali setelah dilakukan tea HIV terhadap PSK (Pekerja Seks Komersial) yang terjaring razia oleh Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) Pemkab Bojonegoro, membuat prihatin sejumlah aktivis perempuan yang peduli dengan perempuan dan kesehatan masyarakat.
Menurut salah satu perempuan pemerhati kesehatan Masyarakat, Sally Atyasasmi, Meskipun pemerintah declare bahwa lokalisasi sudah tidak ada tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa praktek prostitusi masih berlangsung di Bojonegoro secara terselubung.
"Pekerja seks merupakan kelompok risiko tinggi dalam penularan HIV/AIDS karena prilaku berpotensi menularkan dan tertular HIV/AIDS sehingga salah satu upaya penanggulangan HIV/AIDS menyasar pada kelompok ini ( pekerja seks)," Terang Perempuan yang Juga Anggota Komisi C DPRD Bojonegoro ini.
Dikatakan juga bahwa Penting memberikan edukasi pencegahan tidak hanya pada masyarakat umum tapi lebih pada kelompok berisiko contoh edukasi penggunaan alat pencegah penularan melalui hubungan seksual yaitu penggunaan kondom. Selasa (11/04/17).
Meskipun ini kerap menjadi pro dan kontra dari segi moral tetapi bicara pendekatan kesehatan dalam penanggulangan HIV/AIDS itu direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khususnya pada kelompok berisiko tinggi.
"Memang ini kerap menjadi pro dan kontra dari segi moral, akan tetapi dalam penaggulanggan HIV/AIDS itu telah direkomendasikan oleh WHO", ujar Sally Atyasasmi.
Selanjutnya adalah pemeriksaan berkala pada pekerja seks, hal ini penting untuk mendeteksi dini karena semakin dini virus HIV ditemukan maka semakin besar peluang keberhasilan pengobatan.
"Pemeriksaan untuk mendeteksi dini virus HIV sangatlah penting, semakin dini virus HIV ditemuka maka semakin besar peluang pengobatan", tambahnya. (Bim/red)