Reporter : Lina Nur Hidayah
Acara Kemudian dilanjutkan kelokasi bendung gerak untuk melanjutkan prosesi larung sesaji. Suyanto atau biasa disebut Yanto Munyuk selaku konseptor dari larung sesaji ini bahwa ritual ini merupakan sajian untuk warisan leluhur dengan menggunakan barang atau simbol secara simbolik seperti sekul kabuli, Cok bakal, takir plontang, kepala kambing, dan kambing kendit.
Sesaji tersebut sebagai bentuk penghormatan yang diambil dari akar budaya yang dikemas dalam kebudayaan agar diberi keselamatan oleh Sang Pencipta.
“Ritual ini dilaksanakan agar kita diberi keselamatan dan kelancaran dalam pelaksanaan acara ini. “ katanya kepada wartawaan suarabojonegoro.com.
Prosesi ritual ini dilaksanakan oleh 5 petugas dan 4 pemikul yang terdiri dari sesepuh adat, Eyang slamet, Budi korlap acara, Suyanto sebagai pelaksana larung sesaji.
Suyoto bupati Bojonegoro menyatakan bahwa kita harus menjaga bungawan solo ini karena pada hakikatnya kita memiliki hubungan batin yang kuat karena bengawan ini menjadi bagian kehidupan kita menjadi sumber pangan kita.
“kita memiliki hubungan batin kuat dengan bengawan solo ini maka harus di jaga”. Kata Bupati Bojonegoro saat membuka festival bengawan.
Konsep dari larung sesaji ini setalah melakukan dia barang sesaji yang berada di panggung akan disemayamkan di tepi bengawan setelah itu dihanyutkan di sungai bengawan, namun sebelumnya dilakukan Doa Bersama.
Sebelumnya diberitakan, Parade perahu hias Festival Bengawan yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) menjadi perhatian masyarakat setiap tahunnya, Ratusan penonton sudah memadati garis start bendungan gerak anatara Desa Padang, Kecamatan Trucuk dan Desa Ngeringenrejo, Kecamatan Kalitidu menjadi area start.
(Ina/Red)