Reporter: Iwan Zuhdi
suarabojonegoro.com - Siang itu, rerimbunan pohon bambu disekitar jalan Pilang Dusun Kaligede Desa Pilanggede Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro nampak memberi kesejukan tersendiri bagi para pengguna jalan. Naasnya, ratusan pohon bambu itu kini hanya menyisakan akar serabut dan potongan-potongan bambu setelah digaruk total oleh alat berat milik salah satu perusahaan pengerjaan proyek sipil di desa setempat. Dan kini dibuat sodetan kali dan jembatan bambu.
Dulu, diceritakan oleh salah satu pemuda setempat, Kothib, sepanjang jalan di sekitar area jembatan bambu itu tumbuh hijau pohon bambu. Setelah selang beberapa hari adanya proyek sipil di bagian utara, diharuskan ratusan pohon bambu tersebut ditebang. Alih-aling untuk memperlancar aliran air di sodetan kali, biar terbuang ke Bengawan Solo, sebab pihak pengerjaan proyek harus membendung air kali.
Sebelumnya, pembuatan sodetan hanya berkisar 1 hingga 2 meter saja. Warga dan tenaga perusahaan pengerjaan proyek sipil tersebut hanya memasang bong atau biasa disebut yudit, kemudian diatasnya ditumpuki tanah dan material batuan pegunungan. Sehingga, pengendara roda dua maupun roda empat masih bisa lenggang melintas diatasnya.
Naasnya, hingga berjalan 3 bulan, hampir puluhan kali jembatan bambu tersebut mengalami kerusakan. Sering diterjang air kiriman dari hulu kali, juga disebakan kondisi bambu itu sendiri yang rapuh. Seringkali warga disekitar harus memutar arah, melewati jalan, 4 kilometer lebih jauh dari yang biasanya.
Warga tak terlihat ada yang geram. Seringkali hanya berbicara dibalik peristiwa yang tragis itu (Ngrasani/red). Rasa gotong royong warga sekitar muncul dan masih terjaga hingga saat ini, terbukti tiap kali rusak warga berbondong-bondong memperbaiki jembatan yang menjadi akses utama warga sekitar.
Warga tak bisa menyalahkan siapapun. Dilematis, disatu sisi ada pembuatan proyek negara yang harus selesai, disisi lain adanya sodetan kali ini dinilai sering kali menggangu aktivitas warga setempat.
Awal bulan Maret 2017 ini, air luberan Bengawan Solo kembali menerjang jembatan tersebut. Tinggi muka air menunjukan angka 14.00 peilschall semakin membuat warga setempat resah. Sesekali warga yang melintas harus nekad melewati jembatan yang sudah terendam air banjir berwarna cokelat tersebut.
Kejadian tragis diperparah dengan kaondisi jembatan. Banyak anyaman bambu yang dipasang sebagai papan lintas jembatan mengalami rusak berat. Anyaman yang sudah kendor membuat adanya lubang-lubang yang menganga. Pelintas harus meraba-raba, memilih jalan yang tidak membahayakan.
Berbagai pihak sering berkoordinasi terkait adanya pembangunan proyek sipil ini. Tidak hanya Desa Pilanggede, 6 desa tetanggapun ikut memikirkan bagaimana solusi dari kendala adanya benca alam ini.
Tersiar kabar, sambil menunggu air banjir turun, berbagai matetial disiapkan untuk membenahi jalan putus yang dulunya juga terdapat satu tiang listrik yang ikut terseret derasnya air sodetan. Namun, hingga kini, warga dan pengguna jalan lainya hanya bisa betsabar, menikmati sensasi hoyag-hayig jembatan bambu yang penuh cerita ini. (Wan/Op/Red)
suarabojonegoro.com - Siang itu, rerimbunan pohon bambu disekitar jalan Pilang Dusun Kaligede Desa Pilanggede Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro nampak memberi kesejukan tersendiri bagi para pengguna jalan. Naasnya, ratusan pohon bambu itu kini hanya menyisakan akar serabut dan potongan-potongan bambu setelah digaruk total oleh alat berat milik salah satu perusahaan pengerjaan proyek sipil di desa setempat. Dan kini dibuat sodetan kali dan jembatan bambu.
Dulu, diceritakan oleh salah satu pemuda setempat, Kothib, sepanjang jalan di sekitar area jembatan bambu itu tumbuh hijau pohon bambu. Setelah selang beberapa hari adanya proyek sipil di bagian utara, diharuskan ratusan pohon bambu tersebut ditebang. Alih-aling untuk memperlancar aliran air di sodetan kali, biar terbuang ke Bengawan Solo, sebab pihak pengerjaan proyek harus membendung air kali.
Sebelumnya, pembuatan sodetan hanya berkisar 1 hingga 2 meter saja. Warga dan tenaga perusahaan pengerjaan proyek sipil tersebut hanya memasang bong atau biasa disebut yudit, kemudian diatasnya ditumpuki tanah dan material batuan pegunungan. Sehingga, pengendara roda dua maupun roda empat masih bisa lenggang melintas diatasnya.
Naasnya, hingga berjalan 3 bulan, hampir puluhan kali jembatan bambu tersebut mengalami kerusakan. Sering diterjang air kiriman dari hulu kali, juga disebakan kondisi bambu itu sendiri yang rapuh. Seringkali warga disekitar harus memutar arah, melewati jalan, 4 kilometer lebih jauh dari yang biasanya.
Warga tak terlihat ada yang geram. Seringkali hanya berbicara dibalik peristiwa yang tragis itu (Ngrasani/red). Rasa gotong royong warga sekitar muncul dan masih terjaga hingga saat ini, terbukti tiap kali rusak warga berbondong-bondong memperbaiki jembatan yang menjadi akses utama warga sekitar.
Warga tak bisa menyalahkan siapapun. Dilematis, disatu sisi ada pembuatan proyek negara yang harus selesai, disisi lain adanya sodetan kali ini dinilai sering kali menggangu aktivitas warga setempat.
Awal bulan Maret 2017 ini, air luberan Bengawan Solo kembali menerjang jembatan tersebut. Tinggi muka air menunjukan angka 14.00 peilschall semakin membuat warga setempat resah. Sesekali warga yang melintas harus nekad melewati jembatan yang sudah terendam air banjir berwarna cokelat tersebut.
Kejadian tragis diperparah dengan kaondisi jembatan. Banyak anyaman bambu yang dipasang sebagai papan lintas jembatan mengalami rusak berat. Anyaman yang sudah kendor membuat adanya lubang-lubang yang menganga. Pelintas harus meraba-raba, memilih jalan yang tidak membahayakan.
Berbagai pihak sering berkoordinasi terkait adanya pembangunan proyek sipil ini. Tidak hanya Desa Pilanggede, 6 desa tetanggapun ikut memikirkan bagaimana solusi dari kendala adanya benca alam ini.
Tersiar kabar, sambil menunggu air banjir turun, berbagai matetial disiapkan untuk membenahi jalan putus yang dulunya juga terdapat satu tiang listrik yang ikut terseret derasnya air sodetan. Namun, hingga kini, warga dan pengguna jalan lainya hanya bisa betsabar, menikmati sensasi hoyag-hayig jembatan bambu yang penuh cerita ini. (Wan/Op/Red)