Reporter : Bima Rahmat
suarabojonegoro.com - Perempuan tidak harus berpangku tangan melihat fenomena yang terjadi disekitarnya, seperti munculnya "HOAX" atau berita bohong yang sekarang menjamur dimana-mana, termasuk di Kabupaten Bojonegoro. Sebagai anggota Dewan Pemerintah Daerah (DPRD) Kabupaten Bojonegoro, Sally Atyasasmiselalu berupaya memperjuangkan nasib perempuan di Kota Ledre, serta menerima gagasan dan ide baru dari semua lapisan masyarakat. Rabu (05/04/17).
Diceritakan Sally sapaan akrabnya, sejak kecil ia suka berinteraksi dengan banyak orang, melalui lingkungan sekitarnya, organisasi sekolah, perguruan tinggi maupun dalam perbincang-bincangan sehati-hari dengan orang yang ia temui.
"Dari hal itu saya belajar memperkaya wawasan dan pengetahuan dan yang tidak kalah penting adalah mendengarkan gagasan dan ide dari orang lain", kata poliyis Gerindra Bojonegoro itu.
Namun mendengarkan gagasan dan ide orang lain tersebut, apalagi gagasan itu tidak sejalan dwngan pemikiran kita. Sebagai makhluk hidup pasti memiliki naluri untuk mempertahankan diri dengan berfikir bahwa gagasannya adalah yang benar, sedangkan yang lain adalah salah.
Hal itu sekarang menjadi pemantik "Civil War" atau perang sipil pada masyarakat kita, dimana masyarakat saling hujat, memaki dan mem-bully satu sama lain hanya karena berbeda pendapat dan gagasan.
Menurutnya, semenjak tumbangnya orde baru dalam demokrasi dimana semua orang dapat dengan bebas mengungkapkan pendapat mereka. Bahkan semakin terlihat saat ini dengan kemajuan digital semua orang dapat memperoleh Informasi dan berinteraksi dengan seluruh penjuru dunia dalam satu genggaman yang disediakan dalam telepon pintar (Smartphone).
"Sehingga masyarakat dari berbagai lapisan dan latar belakang juga turut bergerak dan memperhatikan dinamika perpolitikan yang terjadi di tanah air. Terlebih dalam isu-isu politik elektoral sebagaimana yang terjadi pada pemilihan presiden pada tahun 2014 maupun pada pemilihan kepala daerah yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta bahkan dari berbagai penjuru I
ndonesia", terangnya.
Disayangkan Sally , masyarakat begitu mudah menelan provokasidan propaganda yang bersumber dari berita " HOAX". Alih-alih mencari kebenaran akan sumber berita kebanyakan, orang langsung membagikan berita tersebut hanya klik tombol "share"kemudian dalam sekejap menjadi viral padahal belum tentu akan kebenarannya.
Merekamembagikan Informasi tanpa membaca dengan teliti, berusaha mencari sumber dan kebenaran berita sama dengan menyebar luaskan kebodohan. Belum lagi banyaknya berita hoax yang tidak hanya sekedar menebar kebohongan tetapi juga bersifat menghasut dan menebar kebencian yang berdampak pada perdebatan panjang dan bersitegang hanya karena sebuah berita bohong.
"Masyarakat harus jelidalam membaca pemberitaan, perdebatan dalam perbincangan politik. Memang sesuatu yang tidak dapat dihindakan namundalam koridor yang diperdebatkan adalah perbedaan pendapat, gagasan dan ide", tutur Sally.
Untuk itu ia mengajak masyarakat untuk bisa menerima perbedaan sebagai sebuah keberagaman bukan sebuah kekurangan yang harus diseragamkan.
"Namun dinamika yang terjadi saat ini juga sebagai bahan pembelajaran, sehingga ketika Kota Ledre semakin mendekati momen politik elektoral masyarakat sudah benar-benar siap dan berpartisipasi aktif sebagai pemilih cerdas", jelasnya.
"Oleh karena itu sebagai perwakilan perempuan, saya juga harus secara ko
nsisten dan berkomitmen untuk menyuarakan kebijakan yang berpihak pada kaum perempuan", pungkasnya. (Bim/red).
suarabojonegoro.com - Perempuan tidak harus berpangku tangan melihat fenomena yang terjadi disekitarnya, seperti munculnya "HOAX" atau berita bohong yang sekarang menjamur dimana-mana, termasuk di Kabupaten Bojonegoro. Sebagai anggota Dewan Pemerintah Daerah (DPRD) Kabupaten Bojonegoro, Sally Atyasasmiselalu berupaya memperjuangkan nasib perempuan di Kota Ledre, serta menerima gagasan dan ide baru dari semua lapisan masyarakat. Rabu (05/04/17).
Diceritakan Sally sapaan akrabnya, sejak kecil ia suka berinteraksi dengan banyak orang, melalui lingkungan sekitarnya, organisasi sekolah, perguruan tinggi maupun dalam perbincang-bincangan sehati-hari dengan orang yang ia temui.
"Dari hal itu saya belajar memperkaya wawasan dan pengetahuan dan yang tidak kalah penting adalah mendengarkan gagasan dan ide dari orang lain", kata poliyis Gerindra Bojonegoro itu.
Namun mendengarkan gagasan dan ide orang lain tersebut, apalagi gagasan itu tidak sejalan dwngan pemikiran kita. Sebagai makhluk hidup pasti memiliki naluri untuk mempertahankan diri dengan berfikir bahwa gagasannya adalah yang benar, sedangkan yang lain adalah salah.
Hal itu sekarang menjadi pemantik "Civil War" atau perang sipil pada masyarakat kita, dimana masyarakat saling hujat, memaki dan mem-bully satu sama lain hanya karena berbeda pendapat dan gagasan.
Menurutnya, semenjak tumbangnya orde baru dalam demokrasi dimana semua orang dapat dengan bebas mengungkapkan pendapat mereka. Bahkan semakin terlihat saat ini dengan kemajuan digital semua orang dapat memperoleh Informasi dan berinteraksi dengan seluruh penjuru dunia dalam satu genggaman yang disediakan dalam telepon pintar (Smartphone).
"Sehingga masyarakat dari berbagai lapisan dan latar belakang juga turut bergerak dan memperhatikan dinamika perpolitikan yang terjadi di tanah air. Terlebih dalam isu-isu politik elektoral sebagaimana yang terjadi pada pemilihan presiden pada tahun 2014 maupun pada pemilihan kepala daerah yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta bahkan dari berbagai penjuru I
ndonesia", terangnya.
Disayangkan Sally , masyarakat begitu mudah menelan provokasidan propaganda yang bersumber dari berita " HOAX". Alih-alih mencari kebenaran akan sumber berita kebanyakan, orang langsung membagikan berita tersebut hanya klik tombol "share"kemudian dalam sekejap menjadi viral padahal belum tentu akan kebenarannya.
Merekamembagikan Informasi tanpa membaca dengan teliti, berusaha mencari sumber dan kebenaran berita sama dengan menyebar luaskan kebodohan. Belum lagi banyaknya berita hoax yang tidak hanya sekedar menebar kebohongan tetapi juga bersifat menghasut dan menebar kebencian yang berdampak pada perdebatan panjang dan bersitegang hanya karena sebuah berita bohong.
"Masyarakat harus jelidalam membaca pemberitaan, perdebatan dalam perbincangan politik. Memang sesuatu yang tidak dapat dihindakan namundalam koridor yang diperdebatkan adalah perbedaan pendapat, gagasan dan ide", tutur Sally.
Untuk itu ia mengajak masyarakat untuk bisa menerima perbedaan sebagai sebuah keberagaman bukan sebuah kekurangan yang harus diseragamkan.
"Namun dinamika yang terjadi saat ini juga sebagai bahan pembelajaran, sehingga ketika Kota Ledre semakin mendekati momen politik elektoral masyarakat sudah benar-benar siap dan berpartisipasi aktif sebagai pemilih cerdas", jelasnya.
"Oleh karena itu sebagai perwakilan perempuan, saya juga harus secara ko
nsisten dan berkomitmen untuk menyuarakan kebijakan yang berpihak pada kaum perempuan", pungkasnya. (Bim/red).