SuaraBojonegoro.com - Kecamatan Temayang, merupakan salah satu wilayah dari enam kecamatan di Bojonegoro yang dilanda banjir bandang. Selain menggenangi rumah, dan lahan pertanian, juga merusak sejumlah infrastruktur.
Camat Temayang, Heri Widodo, menjelaskan, terdapat tujuh desa di wilayahnya yang terdampak banjir bandang selama dua hari berturut-turut. Akibatnya, 297 kepala keluarga terdampak, lahan pertanian berusia 60 – 70 hari terendam, jembatan gantung dan permanen, jalan paving, serta tembok penahan tanah (TPT) rusak diterjang air bah.
"Total kerugian atas semua kerusakan itu mencapai Rp577.320.000," kata Heri Widodo kepada wartawan, Jumat (23/2/2018).
Dia mengungkapkan, dari awal terjadi banjir bandang, tim BPBD Bojonegoro sudah memberikan bantuan berupa sembako, dan dapur umum. Hanya saja, karena ada keterbatasan, bantuan yang diterima warga dirasa kurang maksimal.
Bencana itu akibat curah hujan tinggi, juga atas perbuatan manusia yang melakukan penebangan pohon secara liar.
“Harusnya menjaga kelestarian lingkungan ini menjadi tanggung jawab kita bersama, warga juga harus ikut menjaga," tandasnya.
Pihaknya berharap kepada Bupati Bojonegoro terpilih mendatang, bisa mengupayakan penanaman hutan kembali bekerjasama dengan Perhutani. Memberikan pengawasan lebih ketat terhadap pelaku penebangan pohon.
"Paling tidak, pemerintah kedepannya bisa mendorong warga, LMDH, Perhutani dan instansi untuk mendukung kelestarian lingkungan," pungkasnya.
Selain banjir Bandang, sejumlah wilayah Bojonegoro sekarang ini juga dilanda banjir luapan Sungai Bengawan Solo. Wilayah kecamatan terdampak adalah, Bojonegoro (Kota), Balen, Dander, Kanor, dan Kecamatan Baureno.
Saat ini diperkirakan ada 2.400 hektar lahan pertanian terendam. Termasuk juga pemukiman di Kelurahan Ledok Wean, Ledok Kulon, Jetak di Kecamatan Bojonegoro, Desa Cangaan, Kecamatan Kanor, Desa Lebaksari, Tanggungan dan Kali Kalisari di Kecamatan Boureno sekitar 570 Kepala keluarga (KK).
"Belum ada korban jiwa, ada 57 jiwa sudah mengungsi. Total kerugian sementara sekitar Rp597 juta,” kata Plt Kepala BPBD Bojonegoro, Andik Sudjarwo.
Menurut Andik, penyebab banjir bandang di beberapa wilayah seperti Kecamatan Temayang, karena hutan gundul akibat pembalakan liar. Air hujan yang turun ke bumi hanya 30 persen terserap tanah, sisanya run of menerjang bebas.
"Untuk banjir luapan Bengawan Solo ini karena kiriman dari daerah hulu ditambah tingginya curah hujan lokal," pungkas Andi.
Menanggapi masalah tersebut, Calon Bupati Bojonegoro, Soehadi Moeljono, menyatakan, telah menyiapkan konsep penghijauan di wilayah rawan bencana banjir bandang. Diantaranya, bersinergi dengan Perhutani, Pemerintah Desa, serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
Penghijauan yang dilaksanakan melalui kajian yang matang, agar program tersebut tepat sasaran.
“Kita akan memetakan daerah-daerah kritis yang perlu dilakukan penghijauan,” tegas Pak Mul, sapaan akrab Soehadi Moeljono.
Dicontohkan seperti Desa Pajeng, Gondang, Clebung, Ngorogunung, Temayang, yang berada di daerah wilayah selatan. Juga desa – desa di Kecamatan Sukosewu, Temayang dan Bubulan yang merupakan aliran dari Waduk Pacal.
“Kedepan kita akan perbaiki sistem aliran drainase di wilayah tersebut agar mampu menampung air,” ujar Cabup yang berpsangan dengan Kader NU, Mitroatin ini.
Untuk banjir luapan Sungai Bengawan Solo, lanjut Pak Mul, kedepan pihaknya telah menyiapkan program Ramah Bengawan. Program ini berupa pembangunan sistem mitigasi bencana banjir tahunan di daerah terdampak, sepanjang Sungai bengawan Solo, melalui penguatan tanggul sungai, dan penyediaan aplikasi sistem informasi peringatan dini bencana yang terintegrasi. (/Nik/lis)