23 Februari 2018

Solusi Bencana Banjir Bojonegoro

    Jumat, Februari 23, 2018  


SuaraBojonegoro.com - Bencana banjir bandang dan luapan Sungai Bengawan Solo di wilayah Bojonegoro, setiap tahunnya terus meluas. Bencana tersebut mendesak untuk dicarikan solusi, agar tak makin merugikan masyarakat.

Dua hari lalu banjir bandang menerjang 28 desa di wilayah Kecamatan Dander, Temayang, Balen, Sukosewu, Kapas, dan Kecamatan Ngraho. Taksir kerugian sekitar Rp597 juta.

Warga Desa Kunci, Kecamatan Dander, Utomo, mengaku, banjir bandang ini kerap melanda setiap terjadi hujan lebat cukup lama. Hal ini disebabkan sungai yang ada di wilayah setempat tidak mampu menampung air hujan.

“Apalagi hutannya sudah gundul. Air dari hutan langsung masuk ke sungai dan meluber kemana-mana,” jelas Utomo kepada wartawan, Jumat (23/2/2018).

Warga meminta kepada pemerintah segera melakukan normalisasi sungai, agar mampu menampung air dari wilayah hutan.

“Penanaman pohon juga penting agar kedepan tidak lagi terjadi banjir seperti ini,” kata warga lain penuh harap.

Utomo dan warga di lokasi bencana meminta,  Bupati Bojonegoro yang baru nanti serius mengatasi banjir bandang.

“Jangan hanya mencari pencitraan saat bencana saja, tapi harus betul-betul memiliki solusi,” tegas bapak dua anak itu.

Banjir bandang juga mengakibatkan longsornya Tanggul Penahan Tanah (TPT), hingga menimpa rumah milik, Ngatman (46), warga RT 11, RW 03 Desa/Kecamatan Ngraho. Saat ini dia masih bertahan di rumah karena kondisinya masih bisa dipakai, meskipun menghawatirkan karena hujan lokal masih terjadi.

“Sementara tetap di sini,” timpal Ngatman ditemui terpisah.

Selain banjir bandang, terdapat lima kecamatan dilanda banjir akibat  luapan Sungai Bengawan Solo. Yakni, Kecamatan Dander, Bojonegoro (Kota), Baureno, dan Kecamatan Kanor.

Korban banjir di Kelurahan Ledok Wetan, Kecamatan Bojonegoro, Ninik Rahayu (32), mengatakan, banjir luapan Bengawan Solo mulai merendam rumah pada Jumat (23/2/2018) sekitar pukul 03.00 WIB pagi tadi.

"Sebagian besar barang langsung dinaikkan di tempat yang lebih tinggi," ujarnya.

Saat ini, tambah Khoyum (35), warga lainnya, pemerintah daerah melalui BPBD menyiapkan shelter pengungsian. Beberapa warga yang ada di Kelurahan Ledok Wetan, RT 03 dan 07 sudah mengungsi di Gedung Serba Guna, Bojonegoro.

Menanggapi bencana yang terjadi di wilayah tersebut, salah satu calon Bupati Bojonegoro, Soehadi Moeljono, mengatakan, kondisi Bojonegoro merupakan daerah rawan bencana, khususnya banjir. Oleh sebab itu harus ada penanganan serius dari pemerintah daerah untuk menanggulanginya.

“Banjir bandang di banding dengan tahun lalu semakin meningkat. Jika dilihat dari permasalahannya salah satu penyebabnya perlu adanya penghijauan yang ada di daerah kritis," ujar Pak Mul, sapaan  karib Soehadi Moljoeno secara terpisah.

Ke depan Pemda Bojonegoro, menurutnya,  mesti bekerja sama dengan pihak Perhutani, Pemerintah Desa, serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Komponen stakeholder itu bermitra melakukan program penghijauan di wilayah rawan.

 "Penghijauan di daerah kritis sebagai penyebab banjir, tentu sesuai dengan hasil penelitian terlebih dahulu," ungkapnya.

Mantan Sekda Bojonegoro ini mencatat, beberapa daerah kritis misalnya, di Desa Pajeng, Gondang, Clebung, Ngorogunung, Temayang, yang berada di daerah wilayah selatan barat. Serta banjir bandang di Kecamatan Sukosewu, yang merupakan aliran dari wilayah barat selatan, Bubulan dan Temayang. Wilayah tersebut perlu diperhatikan, mulai dari sistem aliran drainase.

“Untuk mengurangi risiko bencana, ke depan kita akan melakukan revitalisasi hutan lahan negara, dan rakyat,” tegas Pak Mul.

Pada bagian lain, tokoh birokrasi yang mengabdi di Pemda Bojonegoro selama 32 tahun itu menambahkan, ke depan perlu melakukan pembangunan sistem mitigasi bencana banjir tahunan di daerah terdampak. Yakni di  sepanjang Sungai Bengawan Solo, melalui penguatan tanggul sungai, dan penyediaan aplikasi sistem informasi peringatan dini bencana yang terintegrasi.

“Kita juga akan melakukan revitalisasi drainase perkotaan secara terpadu, dan terintegrasi. Karena banjir di wilayah kota ini masih selalu terjadi jika satu jam saja terjadi hujan lebat,” pungkas Cabup yang berpasangan dengan Kader NU, Mitroatin ini.(Bid/Lis)

© 2018 SeputarBojonegoro.comDesigned by Bloggertheme9