SeputarBojonegoro.com - Seni dan Budaya adalah bagian dari Bojonegoro yang tidak dapat ditinggalkan oleh warga, karena didalamnya baik Seni maupun Budaya menyimpan Norma norma luhur yang bisa menjadi tauladan masyarakat.
tidak sedikit pula karya seni maupun tradisi budaya Bojonegoro dikenal oleh masyarakat luas, dan juga sebagai bentuk promosi wisata di Bojonegoro, salah satunya adalah seni tari. Kesenian tari di Bojonegoro mulai diminati. Banyak sanggar seni bermunculan hingga di desa pinggiran.
Sayangnya keberadaan wadah kreatifitas seni itu, selama ini belum mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah. Persoalan inilah yang akan dicarikan solusinya oleh pasangan calon bupati (Cabup) dan wakil bupati (Cawabup) Bojonegoro, Soehadi Moeljono dan Mitroatin. Pasangan yang dikenal masyarakat dengan sebutan “Mulyo – Atine” telah menyiapkan sejumlah program untuk memberdayakan pelaku seni dan memajukan kesenian tradisional. Tujuannya agar dapat mendukung sektor wisata sekaligus menjadi ikon budaya Bojonegoro.
Seperti halnya yang diharapkan Kinasih, warga Desa Sukosewu, Kecamatan Sukosewu. Gadis 20 tahun itu telah lama memimpikan menjadi seorang penari profesional.
Keinginan Kinasih menjadi penari berawal saat dia mulai duduk di bangku kelas II SD. Saat itu diminta gurunya menampilkan salah satu tarian jawa untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI.
“Dari situ keterusan, selalu ditunjuk untuk menari setiap ada event besar,” kenangnya saat menceritakan kepada wartawan, Selasa (17/4/2018).
Kemudian Anisa, panggilan akrabnya, memperdalam ilmu tarinya saat memasuki bangku SMP. Dia ikut bergabung di salah satu sanggar yang ada di Sukosewu. “Dari situlah, saya belajar banyak tentang tarian tradisional dan masih banyak lainnya,” tandasnya.
Selama ikut kesenian menari, gadis berhijab ini hanya tampil dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya. Belum pernah tampil pada event-event besar atau sampai luar kota. “Sekarang sudah jarang tampil, saya fokus kuliah sambil ngajar nari anak-anak kecil di desa,” ucap mahasiswi Universitas Terbuka (UT) ini.
Selama ini, menurut Anisa, perhatian dari Pemka Bojonegoro masih kurang, terlebih dalam hal pendanaan. Rata-rata sanggar yang ada di desa pinggiran semuanya menggratiskan biaya saat latihan. “Kalau di desa itu pasti kendalanya biaya, karena untuk tampil itu butuh dana untuk sewa kostum dan make up. Sementara di sini, tidak semua sanggar menyediakan,” tandasnya.
Dia berharap, Pemkab Bojonegoro lebih memperhatikan sanggar-sanggar kecil di pinggiran baik pembinaan maupun pendampingan, sehingga mampu mencetak bibit-bibit unggul para penari profesional. “Saya berharap, Bupati Bojonegoro kedepan bisa menghidupkan lagi dunia seni tari di wilayah pedesaan. Jangan di kota saja,” tandasnya.
Senada disampaikan anggota Komunitas B’Intertainment, Ipang Dwi Prasetyo (27). Sejak SMP dia menggeluti seni tari termasuk tarian tradisional. Lajang asal Desa Banjarjo, Kecamatan Bojonegoro ini mengaku, untuk mengembangkan bakat tari, dia bersama komunitasnya selalu meningkatkan kapasitas diri dengan sering berlatih.
“Latihannya di mana saja, kadang di halaman kantor DPRD, kadang pinjam pendopo, tribun, mana saja yang bisa dipakai,” sambung Ipang, panggilan akrabnya dikonfirmasi terpisah. Untuk mempromosikan komunitasnya, Ipang juga memanfaatkan kecanggihan tekhnologi dan membuka komunikasi dengan semua orang. Hasilnya banyak yang menggunakan jasa tari dari Komunitas B’Intertainment ini baik dari lokal Bojonegoro maupun kabupaten lainnya. “Paling jauh kami pernah tampil di Jember,” tandasnya.
Diakui, perhatian Pemkab terhadap seni tari termasuk tari tradisional selama ini dinilai kurang. Baik dari sisi anggaran maupun dukungan promosi. Oleh karena itu, dia berharap Bupati terpilih mendatang, tidak pilih kasih dalam memberikan perhatian atau pembinaan di bidang seni tari. “Harapannya, Bupati terpilih memperhatikan komunitas atau sanggar tari yang ada di seluruh Bojonegoro agar bisa eksis lagi,” pungkasnya.
Menanggapi hal itu, Cabup Soehadi Moeljono, menyatakan, untuk memberdayakan pelaku seni ini diperlukan pembinaan, dan pendampingan secara berkelanjutan, serta sarana prasarana yang memadai. “Karena itu kita akan membangun seribu balai seni dan budaya di desa-desa, agar menjadi wahana belajar seni dan budaya bagi warga masyarakat, untuk menyalurkan hobi atau melatih profesi,” tegas mantan Sekda Bojonegoro ini.
Selain itu, pihaknya juga akan inten menggelar pertunjukan dan mengikutkan kesenian tradisional di ajang regional maupun nasional agar kesenian dan budaya Bojonegoro semakian dikenal masyarakat luas. “Ini akan menjadikan kesenian dan budaya Bojonegoro memiliki nilai jual,” tandas cabup yang berpasangan dengan Kader NU ini. (SBC/Lis)