SeputarBojonegoro.com - Setiap Tahun pasti banyak acara acara dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemeredekaan, mulai dari kegiatan lomba lomba, kegiatan Gerak Jalan, Karnaval dan lain sebagainya, yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan terkadang harus menambah hutang untuk ikut atau di paksa ikut oleh pihak pihak tertentu.
Bayangkan untuk biaya kegiatan Karnaval, mulai dari rias pakaian, alat alat untuk pernak pernik, dan bahkan sewa mobil atau kuda atau yang lainya, sudah bisa di prediksi jutaan rupiah akan keluar dari kantong para orang tua wali murid sekolah.
Para orang tua wali murid mulai dari play group hingga sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) yang ditunjuk untuk ikut peserta karnaval, pasti mulai sambat, harus menyediakan dana minimal untuk biaya sewa pakaian, dan yang paling rendah adalah Rp. 30 ribu, itupun pakaian ala tentara atau polisi, belum lagi uang saku nantinya.
Seperti yang di sampaikan oleh Kusnadi (39) kusir dokar yang biasa mangkal di pasar kota Bojonegoro, untuk sewa dokarnya dia mulai mematok harga sekitar Rp. 500 ribu ke atas, sungguh biaya yang tidak murah. Bahkan salah satu Taman Kanak Kanak di Bojonegoro, harus merencanakan menyewa dokar seharga Rp. 2,5 juta rupiah.
Wali muridpun harus menyiapkan anggaran yang tidak sedikit, belum lagi nanti yang akan dirias seperti raja atau ratu, pasti sewa bajunya mencapai Rp. 200 ribu. Mungkin tidak terlalu mahal bagi yang berduit, akan tetapi akan sangat mahal bagi warga yang ekonomi kebawah, apalagi baru saja mengeluarkan uang biaya masuk sekola anak-anaknya.
Sungguh menjadi keresahan tersendiri bagi orang tua wali murid yang tidak mampu dan anaknya di haruskan mengikuti karnaval, namun menjadi berkah juga bagi warga yang punya usaha rias, dan juga penyewa jasa baju baju karnaval.
Belum lagi kegiatan perayaan dan lomba lomba HUT RI yang menggunakan fasilitas umum seperti jalan raya, pasti akan menuai kemacetan tersendiri dan menganggu aktiffitas warga yang harusnya memburu waktu cepat, akan tetapi terhalang oleh perayaan agustusan.
Fenomena perayaan agustusan harusnya bisa menjadi pelajaran bagi negara ini dan juga pemerintah, meskipun pelaksanaannya setahun sekali, apakah hal tersubut bisa mensejahterakan ekonomi masyarakat atau justru menjadi beban ekonomi masyarakat. [red/sbc]
Foto : Kanal Bojonegoro