16 Oktober 2023

Jagong Budaya Bojonegoro Untuk mendengarkan Usulan dan menghasilkan Rekomendasi

    Senin, Oktober 16, 2023  


BOJONEGORO - Kegiatan Jagong Budaya yang diselenggarakan oleh Pokja Budaya Bojonegoro dihadiri oleh 5 orang Nara sumber diantaranya adalah  Wahyu Subakdiono selaku ketua Pokja Budaya Bojonegoro, Adriyanto Bupati Bojonegoro, Direktur ADS Mohammad Khundori, Ketua Yayasan Suyitno Arief Januarso, dan Didik Mukrianto Selaku Ketua Karang Taruna Nasional. Minggu (15/10/2023)

Dalam sambutannya dan juga penyampaiannya, Ketua Pokja Budaya Wahyu Subakdiono menyampaikan bahwa kegiatan Jagong budaya ini untuk mendapatkan rekomendasi yang nantinya akan disampaikan ke Pemerintah terkait nasib Para kelompok Budayawan seniman dan pelaku UMKM beserta para pegiat pegiatnya.


"Kami berharap dengan kegiatan ini akan dapat mengahsilakan hal hal yang positif untuk terus membangun budaya dan seni di Bojonegoro, Ujar Wahyu Subakdiono.


"Sejak tahun 2017 kita selalu menyuarakan hal yang sama, yakni berkaitan dengan status legal formal dan fasilitasi dari pemerintah kepada masyarakat kesenian," kata Ramon Pareno, selalu Ketua (ct) Dewan Kesenian Bojonegoro. Ia berpendapat, bahwa ada hal-hal mendasar yang akhirnya menjadi faktor penghambat guna kemajuan Bojonegoro, terutama di bidang kesenian dan turunannya.


Salah satunya adalah mengenai status legal formal di beberapa aspek. "Contoh saja, di sektor wisata misalnya. Sejumlah obyek wisata unggulan yang dikelola oleh Pemkab Bojonegoro, desanya tidak diberi status sebagai Desa Wisata. Di bidang kesenian, juga tak ada organ kesenian yang diwadahi secara formal. Bahkan, kami hingga saat ini masih ragu untuk mendatangkan orang-orang ke Bojonegoro sebagai bagian dari daya tarik wisata. Ya karena tidak ada tempat yang layak disini," tambah pria yang juga aktif di berbagai kegiatan pengembangan wisata desa.


Hal lain yang menjadi usulannya adalah berupa fasilitasi dari pemerintah agar Bojonegoro dikunjungi orang. "Misalnya wisata edukasi, bikin semacam lembaga pendidikan yang fokus di bidang kesenian. Bisa kolaborasi sesuai tupoksi masing-masing, dari kelompok pengusaha, akademisi, pemerintahan lintas OPD, hingga ke elemen desa yang lahannya ratusan hektar itu," pungkasnya.


Senada dengan hal itu, Yuli Setyanto yang lebih dikenal dengan sebutan Yuli Zedeng mencoba menanyakan kemauan pemerintah dalam hal fasilitasi bidang kesenian sebagai komponen penting konsep pariwisata. "Apakah pemerintah mau memfasilitasi dalam bentuk Art Center dalam satu tahun ini ? Karena kemampuan sudah ada," katanya.


Lebih mendasar lagi, Burhanudin seniman yang aktif di Kajian Sor Keres mengungkapkan bahwa sebenarnya kesenian di Bojonegoro memerlukan keterlibatan langsung dari dunia pendidikan. "Jadi sebenarnya lebih akan tepat lagi bila urusan kesenian dan kebudayaan dikembalikan ke Dinas Pendidikan. Karena bisa dibilang bahwa yang sekarang ini adalah pemain baru," katanya.


Sementara itu, M. Fauzi dari Lesbumi NU mengajak seluruh elemen untuk bersama-sama mengenalkan Bojonegoro melalui ikon yang ada. "Dulu ada Festival Bengawan, sekarang apa ? Mari kita bersama-sama mencari," kata Fauzi. (Red/Lis)

27 Agustus 2017

"Pesona Bumi Kayangan Api" Di TMII

    Minggu, Agustus 27, 2017  

suarabojonegoro.com -  Gelar Seni Budaya, Promosi Wisata dan Kuliner khas Bojonegoro yang  mengusung tema “ Pesona Bumi Kayangan Api” hadir di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Minggu (27/08).

Kegiatan yang digelar ini merupakan event rutin setiap tahun. Diawali dengan tampilan dari Ilham Idol, serta tarian Parang Barong yang diperagakan 9 penari asal Bojonegoro. Acara ini juga menyuguhkan pagelaran wayang thengul dengan cerita "keris Luk telu blong pak gonjo", serta fashion show batik Bojonegoro karya desainer Martini Suarsa, yang diperagakan oleh Kange Yune.

Selain kesenian, pada kesempatan ini juga dipamerkan produk unggulan Kabupaten Bojonegoro, mulai dari salak, belimbing, jambu kristal hingga kerajinan kayu jati. Tidak ketinggalan masakan tradisional juga disajikan. Sego gulung, jembret simbukan, tempe mbus, balung kuwuk menjadi santapan pengunjung sebagai sajian kuliner unggulan. Tak lupa kemudahan perizinan dan peluang investasi di Bojonegoro juga ditampilkan untuk menarik minat investor dari luar.

Asisten Pemerintahan Pemkab Bojonegoro, Djoko Lukito S.Sos, msi dalam sambutan pembukaan menceritakan perkembangan Kabupaten Bojonegoro selama 10 tahun terakhir. Dijelaskan bahwa konsep pembangunan Bojonegoro dengan menggunakan konsep Deso Roso Kutho. Yaitu pembangunan bersinergi antara desa dan kota. Djoko Lukito berharap warga Bojonegoro yang ada di Jakarta turut membantu mempromosikan Bojonegoro.

Selain beberapa pejabat Pemkab,  hadir juga pada kesempatan kali ini Ketua Komisi C DPRD KAB Bojonegoro. Acara ini dipadati oleh anggota paguyuban masyarakat Bojonegoro yang ada di Jakarta. Selain sebagai ajang silaturohmi, mereka berharap bisa mengobati kerinduan akan kampung halaman. (lis/hms)

10 Juni 2017

Saksikan..!! Kemeriahan Pawai Oklik Kartar Desa Temayang

    Sabtu, Juni 10, 2017  
Reporter: Iwan Zuhdi

suarabojonegoro.com -  Karang Taruna 'Tugu Pahlawan' Desa Temayang Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro bakal menggelar pawai oklik yang diikuti oleh umum. Pawai oklik dalam rangka memperingati malam Nuzulul Qur'an ini direncakan bakal digelar besok hari Minggu (11/6/17) malam sekira pukul 20.00 WIB, dengan rute dimulai dari Masjid Kedungsari dan diahiri di Lapangan Desa setempat.

Diprediksi pawai oklik nanti bakal sangat meriah, sebab panitia telah mempersiapkan hadiah hingga jutaan ribu rupiah. Serta syarat mengikuti pawai sangatlah mudah. Tinggal mengisi formulir pendaftaran, mengirim SMS dengan format nama group, nama ketua group.

Panitia juga telah membuat persyaratan, peserta pawai oklik nanti bisa berjalan kaki, pakai becak, dan maksimal pakai pick up. Masyarakat bisa menikmati berbagai seni musik oklik yang disajikan dalam pawai.

Ketua pelaksana kegiatan, Imam Hanafi mengatakan, dengan kerjasama dan kesolidan semua anggota karang taruna dan masyarakat Desa Temayang, diharapkan pawai oklik akan berjalan dengan lancar. Serta bisa dilakukan rutin satu tahun sekali.

"Oklik itu kan termasuk warisan budaya dari nenek moyang kita, jadi harus kita jaga dan lestarikan," katanya

Ditambahkan olehnya, tidak hanya pawai oklik, usai pelaksanaanya nanti, juga ada kegiatan kataman Al-Qur'an, pembagian takjil dan dimalam harinya dilakukan penyerahan hadiah kepada pemenang lomba pawai oklik. (wan/red).

Foto: dok. Oklik suarabojonegoro.com

12 Mei 2017

Pemdes Pelem bersama PEPC Gelar Sedekah Bumi dan Doa Bersama

    Jumat, Mei 12, 2017  
Reporter: Iwan Zuhdi

suarabojonegoro.com -  Pemerintah desa Pelem Kecamatan Purwosari bersama operator proyek papangan gas Jambaran Tiung-Biru, PEPC menggelar acara sedekah bumi dan do'a bersama di Balai Desa. Kegiatan rutin tahunan yang telah lama diselenggarakan warga desa itu kali ini diisi dengan acara pengajian dan doa bersama serta silaturrahim antar sesama warga.
Hadir pada acara tersebut dari Muspika Kecamatan Purwosari, Camat Purwosari, Danramil Purwosari dan Kapolsek Purwosari.

Camat Purwosari Bayu Dono menyampaikan bahwa melalui acara seperti ini semoga silaturrahim dan kerukunan antar warga dapat selalu terjaga.

Pada kesempatan yang sama Kepala Desa Pelam Sudawam menjelaskan secara singkat tentang sejarah para leluhur di Desa Pelem. "Hal ini adalah sebagai pengingat untuk warga desa agar selalu berbangga dan bersyukur atas karunia Allah sehingga dapat tercipta kehidupan yang rukun sejahtera gemah ripah lohjinawi," katanya.

Perwakilan humas PEPC, Edi Arto dalam sambutanya menjelaskan bahwa PEPC sangat senang dapat berkesempatan berkontribusi pada event warga kali ini.

"PEPC sangat menghormati budaya dan kearifan lokal yang ada di area operasi," tandasnya.

Dalam acara sedekah bumi tersebut, warga desa berduyun-duyun ke balai desa dengan membawa makanan dan tumpengan sederhana untuk kemudian dimakan bersama setelah acara mengaji dan doa bersama. (wan/lis).

30 April 2017

Tradisi "Wiwit" Yang Kian Memudar

    Minggu, April 30, 2017  
Reporter : Sasmito Anggoro


suarabojonegoro.com -  Di era yang modern dan serba berteknologi sekarang ini masih banyak masyarakat yang melupakan Tradisi turun temurun warisan jawa kuno.

Yaitu sebuah Tradisi yang dilakukan menjelang musim panen padi ini biasanya di laksanakan warga di tengah hamparan persawahan. Kalau masyarakat Bojonegoro biasa menyebutnya “Wiwit”,

Acara atau perlakuan yang dilakukan oleh petani itu bernama wiwit adalah bentuk tradisi rasa syukur petani ketika padi miliknya mulai menguning dan siap untuk di panen.

“Wiwit” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “Mulai‟, jadi artinya memulai memotong padi sebelum panen diselenggarakan. Tradisi ini pada umumnya biasa di lakukan warga di tengah sawah.

Bentuk kegiatan wiwit adalah kenduri atau Bancak’an (makan bersama) dengan nasi uduk dan lauk ayam ingkung (Utuh), hal ini adalah bentuk rasa syukur kepada yang Maha Kuasa karena anugrah yang di berikan’Nya. Sekarang tradisi yang sangat baik ini memang hampir punah di wilayah perkotaan.

Namun tradisi”wiwit” ini terkadang masih bisa kita temui di wilayah pedesaan di Bojonegoro,  dan dilakukan oleh orang yang masih menjaga tradisi tersebut dan rata rata adalah orang tua yang sudah lanjut usia.

Sadar, petani yang berasal dari desa Sambongrejo,  Kecamatan Sumberrejo ini mengaku maksud dan tujuan kegiatan Wiwit tak lain adalah ucapan rasa syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan rezekinya kepada petani atas tercapainya musim panen padi kali ini.

"Walaupun saat ini memasuki Zaman Modern, tapi saya masih sering mengingat tradisi turun temurun yang telah di ajarkan oleh orang tua saya," tuturnya.

Dikatakan juga bahwa wiwit adalah bentuk berbagi ketika kita mendapatkan berkah dari Tuhan, Wiwit ini adalah bentuk rasa syukur petani kepada Tuhan dan Dewi Sri atau sosok yang dipercaya petani dulu hingga sekarang sebagai penjaga padi yang di tanam supaya tidak diserang hama, kemudian bumi yang telah memberi begitu banyak berkah kepada petani.

Akan tetapi menurut Sadar,  tradisi wiwit mulai berkurang saat ini,  jarang orang yang melakukan wiwit,  kecuali orang orang tua yang maaih memagang tradisi ini dan mempercayai bahwa wiwit merupakan tradisi bentuk doa dan sukur terhadap tihan. (ang*)


Foto: diambil dari Medsos FB

19 Maret 2017

Ada Mpu Kriyo Kusumo Di Purnama Khayangan Api

    Minggu, Maret 19, 2017  
Reporter : Lina

suarabojonegoro.com -  Mpu Kriyo Kusumo,  bersama tarian Khayangan Api,  tadi malam hadir di lokasi Wisata Khayangan api 18 Maret 2017, Mpu Kriyo Kusumo adalah lakon pagelaran Ketoprak yang disuguhkan dalam agenda Purnama Khayangan Api.

Selain Ketoprak dan Tarian juga pagelaran hiburan campur sari. Disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Amir Syahid bahwa kegiatanbtadi Malam merupakan malam yang istimewa karena selain kita memberikan hiburan kepada masyarakat juga melestarikan budaya.

"Bagaimana kita melestarikan budaya, Untuk itu Kegiatan malam ini di khayangan Api dengan tema padang bulan khayangan api," Kata Amir Syahid.

Menurutnya saat ini kesenian tradisional sudah kalah dengan kesenian modern, padahal kesenian semacam ini ada sejak zaman duku yang berasal dari leluhur dan sarat dengan pesan-pesan untuk kehidupan bermasyarakat.

"Selain tauladan-tauladan yang disampaikan lewat pesan gerakan dannjuga filosofi,  juga dengan penyampaian bahasa," Tambahnya.
Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada para seniman yang telah memberi warna kesenian di kabupaten Bojonegoro.

Lebih lanjut Amir juga menjelaakan bahwa kegiatan ini akan dilaksanakan setiap bulan purnama di khayangan api, oleh para Srniman yang akan bergantian mengisi kegiatan ini.

Usai sambutan Amir juga berkesempatan request lagu caping gunung yang dimainkan oleh grup campursari wahyu Budoyo dari Padangan.

Konsep ini memang bertujuan untuk mengangkat cerita tentang khayangan api yaitu tempat empu kriyo kusumo membuat keris
Cerita tersebut telah dikemas dalam sebuah tarian yaitu tarian khayangan api.

Tarian Kayangan Api ini, pada tahun 2015 mewakili propinsi Jatim memenangkan festival tari Nasional sebagai juara umum karena hampir semua kategori di menangkan dan tarian tersebut akan ditarikan di setiap malam purnama di khayangan api.

Selain itu juga akan digelar pula kesenian ludruk yang juga akan mengangkat cerita tentang mpu kriyo kusumo. (ina/lis)

01 Januari 2017

Malam Tahun Baru Pokja Kebudayaan Bojonegoro Gelar Pameran Visual Eksibisi Budaya

    Minggu, Januari 01, 2017  
Reporter : Iwan Zuhdi


suarabojonegoro.com -  Tepat di malam pergantian tahun 2017 Sabtu (31/12/2016) malam, Kelompok Kerja Kebudayaan Bojonegoro akan menggelar pameran visual bertemakan Eksibisi Budaya di Pujasera Doeloer Pitoe yang berlokasi di barat SPBU Jetak. Menariknya, salah satu pelukis dari Bojonegoro yang juga kreator komik, Handoko S bakal membocorkan sekuel dua cerita bergambarnya (cergam) yang baru akan diterbitkan pada tahun 2017 nanti.

"Beliau juga akan hadir, disitu dapat berbagi pengetahuan tentang bagaimana menggambar," kata Agus Sighro selaku koordinator.

Kegiatan yang memajang berbagai karya visual, mulai dari foto, sketsa, lukisan, gambar, hingga syair dan puisi grafis tersebut dikatakan sebagai langkah nyata dalam melakukan pengumpulan dan pelestarian budaya lokal dengab menggunakan media visual.

"Ada beberapa karya yang mungkin secara nyata keberadaannya jarang dijumpai atau bahkan belum pernah disinggahi oleh generasi saat ini. Misalnya wayang krucil, serta panorama eksotis di pelosok Bojonegoro yang mengandung nilai-nilai budaya lokal seperti Batu Punakawan," tambahnya.

Beberapa wartawan juga ikut serta berpartisipasi dalam pameran yang rencananya bakal dikelilingkan secara rutin dan dibukukan tersebut, bahkan Ketua Lesbumi NU provinsi Jawa Timur pun memberikan apresiasi dengan menyumbangkan karya fotonya.

Diharapkan, pameran tersebut dapat menjadi kebiasaan baru di Bojonegoro, khususnya saat waktu-waktu khusus.

"Contohnya malam pergantian tahun, semoga stigma pesta miras, pesta seks, kebut-kebutan, hura-hura, tawuran yang selalu mewarnai tahun baru dapat terkikis dengan kegiatan budaya seperti ini," jelasnya.(Wan/Red).

19 Desember 2016

Pokja Budaya Akan Gelar Eksibisi Budaya Bojonegoro

    Senin, Desember 19, 2016  
Reporter : Sasmito 

suarabojonegoro.com - Kelompok kerja Budaya Bojonegoro akan menggelar acara Eksibisi Budaya Bojonegoro dan Mengundang berbagai kalangan masyarakat untuk ikut menjadi peserta dalam Eksibisi Visual Budaya Bojonegoro.

Dijelaskan oleh anggota Kelompok Kerja Budaya Bojonegoro, Agus Sigro,  bahwa kegiatan ini Adalah sebuah kegiatan produktif berbentuk Pameran.

"Banyak kegiatan yang bertajuk budaya yang disiapkan oleh rekan rekan pokja apa saja kegiatannya dan bagaimana pelaksananya," terang AgusbSigro.

Nah berikut adalah Rangkaian kegiatan eksibisi budaya :

Apa yang dapat dipamerkan ?
1. Foto bertema budaya dan/atau Human Interest
2. Repro dari sketsa karya anda
3. Visualisasi grafis puisi/geguritan karya anda

Siapa yang dapat ikut serta ?
Ini terbuka untuk umum

Bagaimana cara ikut serta ?
1. Kirimkan karya anda dalam bentuk file.
2. Melalui email: caksighro@gmail.com cc ke: pokja.kebudayaan.bojonegoro@gmail.com
3. Ukuran file berdimensi A3, baik itu potrait ataupun landscape.
4. Kami akan melakukan kurasi berdasarkan etika umum
5. Sertakan teks karya dan identitas (nama dan nomor kontak yang aktif)
6. Pengirim yang karyanya tak melanggar etika umum akan mendapat pemberitahuan melalui nomor kontaknya.
7. Biaya yang dikenakan adalah sebesar Rp 20.000 per karya
8. Biaya tersebut akan dipergunakan untuk biaya cetak, material pamer dan pembuatan katalog, peserta mendapatkan 1 buah katalog.
9. Karya yang dipamerkan akan dilelang/dijual fisik dengan batas minimum senilai biaya tercantum dalam ketentuan no 8

Kapan kegiatan tersebut digelar ?
1. Batas akhir pengiriman karya adalah tanggal 22 Desember 2016, pukul 21:00
2. Pameran akan dibuka pada 31 Desember 2016, pukul 21:00

Dimana acara berlangsung ?
Direncanakan bakal berlangsung di kawasan Jetak, Bojonegoro (akan dikirimkan undangan resmi untuk peserta)

Isi acaranya ?
1. Pameran Karya
2. Perfomance Sastra
3. Pesta Tahun Baru

Tujuannya ?
1. Wadah berkarya
2. Memeriahkan pergantian tahun dengan cara yang lebih produktif
3. Karya yang menarik akan dihadiahkan ke tempat berkumpul (rumah makan, rumah sakit, puskesmas dsb)
4. Karya anda adalah pengingat dan penanda akan keluhuran budaya bangsa, sekaligus memotivasi dan menginspirasi.

Informasi:
1. 085232868909
2. 081330987655

(Jw/Red)

14 November 2016

Pawai Budaya Santri Minggu Mendatang, Dipersiapkan

    Senin, November 14, 2016  
Reporter : Lina Nur Hidayah


suarabojonegoro.com - Hari Santri yang jatuh pada tanggal 22 Oktober lalu masih dapat kita rasakan kemeriahannya pada event yang digelar di Bojonegoro sebagai bentuk peringatan hari santri tersebut.Salah satunya Pawai  Budaya Santri yang di selenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR)  Bojonegoro yang akan dilaksanakan pada Minggu, 20 November mendatang.

Menurut Suyanto selaku Kabid Pengembangan Objek Wisata DISBUDPAR Bojonegoro menyatakan terkait dengan tujuan pawai budaya Santri pada Minggu mendatang,  bahwa acara ini dapat memberikan kesempatan kepada kalangan santri untuk berperan aktif dalam melestarikan budaya bangsa,  sebagai peringatan Hari Santri yang telah jatuh pada 22 Oktober lalu,  dan memotivasi generasi muda dalam mengembangkan seni islami. Senin, (14/11/16).

“Seni bernuansa islami meliputi budaya santri dalam hal pakaian atau busana muslim muslimah,  Tarian islam,  Hadrah dan masih banyak lagi, “Katanya kepada Suarabojonegoro. com

Pawai budaya santri akan dilaksanakan di alun-alun Bojonegoro,  dengan rute perjalanan dimulai dari alun-alun menuju jalan Imam Bonjol,  kemudian ke jalan Mastrip menuju Jalan Tamrin dilanjutkan ke jalan Panglima sudirman.
Setelah itu,  rute perjalanan pawai tersebut dilanjutkan menuju jalan AKBP Suroto dan Finish di Radio Malowopati Bojonegoro.

“Pawai Budaya Santri dimulai dari jam 7 pagi hingga selesai dan dimulai dari alun-alun sampai radio Malowopati, “Tambahnya

Sementara,  konsep pawai budaya mendatang dikemas dalam bentuk arak-arakan yang dirangkai secara kreatif,  atraktif, inovatif dan kompetitif.

“Sementara yang daftar pawai budaya santri baru 35 orang dan dibuka untuk semua elemen baik umum,  pelajar dan santri TPA/Madin,”Jelas Suyanto

Sementara,  kegiatan ini akan dilombakan dengan kreteria pemenang meliputi sinopsis dan konsep cerita tentang santri,  kesesuaian tema, Visual Kreatifitas,  dan Perform yang konsisten.

“Untuk persiapan dari Disbudpar kami telah siapkan konsep dan desainnya,  Satu Tim minimal 30 orang dan maksimal 100 orang,  para juri berasal dari Tim Penilai Institusi,  Tokoh Agama, dan Budayawan,” Tambah Suyanto. (Lin/Red)

07 November 2016

Masih Demam Akik Meski Tak Musim Akik

    Senin, November 07, 2016  
Reporter : Lina Nur Hidayah

suarabojonegoro.com - Meskipun demam akik sudah terjadi sejak tahun 2015 lalu,  namun koleksi akik masih banyak diminati masyarakat Bojonegoro,  pasalnya memiliki daya tarik sendiri dibalik jenisnya bahkan menyimpan mitos  disetiap batu akik tersebut.

Keberadaan akik ini semakin bervariasi seiring berjalannya waktu,  seperti jenis blue safir, king safir,  merah delima hingga batuan lokal. Jenis tersebut memiliki kualitas berbeda-beda dan berasal dari berbagai daerah. Salah satu Pencinta akik di Bojonegoro adalah Suyanto atau akrab dengan sapaan Yanto Munyuk yang sehari-hari bertugas sebagai Kasi Diklat Kepemudaan dan Seni Sekolah Dinas Pendidikan Bojonegoro. Menurut Yanto Munyuk  dengan menggunakan akik , Ia berasa dekat dengan alam dan memberikan energi tersendiri disetiap jenis akik yang Ia gunakan.  Senin, (07/11/16)

“Dengan memakai akik saya berasa lebih dekat dengan alam dan lebih PD,  karena sejak SMP kelas 1 saya sudah tertarik dan mengkoleksi akik, “Kata Yanto Munyuk

Suyanto menambahkan bahwa akik menyimpan sugesti bagi pemakainya sehingga banyak yang masih minat meskipun bukan musim akik.

“Boomingnya Akik itu berbeda dengan boomingnya baju ataupun bunga karena akik makin langka makin bernilai dan  mahal beda dengan barang  lainnya, “ tambahnya.


Sementara,  Suyanto memiliki koleksi akik sebanyak 125 akik dan 15 kalung liontin.Yang terdiri dari jenis batuan tapas warna coklat,  blue safir,  king safir,  merah delima,  jala sutra, bulu macan dan batuan lokal yang berasal dari berbagai daerah ada dari Papua,  Bali, Aceh, Pacitan, Bojonegoro. Namun,  yang paling Ia sukai adalah akik Gondang karena kualitasnya berbeda.

“Koleksi akik saya banyak tapi yang paling saya sukai akik dari Gondang karena motifnya dan warna batuannya asli corak alam,  ada yang berwarna coklat dan hijau alam “Pungkasnya. (Lin/Red)

01 November 2016

Sedekah Bumi di Semambung Kanor, Terbar Uang di Sekitar Makam Mbah Semaleng

    Selasa, November 01, 2016  
Selasa, 01 November 2016
Reporter : Iwan Zuhdi

suarabojonegoro.com - Sedekah bumi merupakan bentuk syukur manusia pada sang illahi. Yakni, sebuah tradisi dari turun temurun sejak sebelum masuknya agama islam di Nusantara. Ritual sedekah bumi sering dilakukan para petani yang menggantungkan hidupnya dari mengais rezeki dengan memanfaatkan kekayaan alam di bumi ini.

Namun, sedekah bumi di makam Mbah Semaleng di Desa Semambung Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro tampak berbeda dengan sedekah bumi didaerah lainya. Pasalnya, sedekah bumi dimulai dengan menebarkan ratusan uang pecahan 500 rupiah kepada masyarakat desa setempat, di sekitar makam Mbah Semaleng.

Salah satu warga, Susilo mengatakan, sedekah bumi ini diikuti para petani dan masyarakat dengan cara melakukan doa bersama. "Sedekah bumi ini digelar rutin setahun sekali, tepatnya usai masyarakat panen raya. tetapi di sini kita melakukan tebar uang dulu sebagi bentuk syukur terhadap rezeki yang melimpah," kata Susilo, Selasa, (01/11/16)

Lebih lanjut, Ia mengatakan dalam tradisi tebar uang ini diikuti oleh peseta dari anak-anak dan orang Dewasa. Sedangkan nominal uang yang ditebarkan lebih dari 5 juta.

"Soalnya satu orang aja minimal tebar uang minimal 50 Ribu," ucapnya.

Hal senada juga dikatakan, Kang Rais, salah satu sesepuh di Desa Semambung itu menjelaskan, tujuan kegiatan ritual ini adalah mensyukuri hasil panen. Tradisi sedekah bumi atau nyadran adalah kegiatan masyarakat yang dilakukan setiap satu tahun sekali dengan bacaan tahlil, yang ditujukan kepada para alim ulama dan masyarakat yang telah meninggal dunia.

"Harapannya, kedepan bisa lebih baik lagi. Disini kita memohon ridho dari Allah SWT, dalam tahlilan ini ditujukan pada sesepuh kita yang telah mendahului kita, semoga amal ibadah para alim ulama dan masyarakat di terima oleh allah SWT." tuturnya.

Ia menambahi, bahwa di Desa Semambung terdapat 9 makam sesepuh desa. "Tapi yang melakukan ombyar uang hanya di makam Mbah Semaleng saja," pungkasnya.(Wab/Red).

02 Oktober 2016

Tradisi 1 Suro, Buang Sengkala Dengan Tradisi Ruwat Masal Di Khayangan Api

    Minggu, Oktober 02, 2016  
Reporter : Lina Nur Hidayah

suarabojonegoro.com - Membuang sengkala menjadi tradisi sebagian masyarakat Jawa yang dilakukan turun temurun sejak nenek moyang,  dalam adat Jawa yang dikenal dengan ruwatan umumnya dilaksanakan setiap satu Suro dengan tujuan akan diberi keselamatan baik kesehatan maupun rejeki setelah membuang sengkala pada tubuh manusia.

Dinas kebudayaan dan pariwisata atau DISBUDPAR Bojonegoro menggelar Agenda ruwatan masal yang menjadi kegiatan rutin tahunan setiap 1 Suro yang. Acara ruwatan masal ini dilaksanakan ditempat yang dianggap sakral yaitu di pendopo Khayangan Api tepatnya di Sesa Sendangharjo,  Kecamatan Ngasem,  Bojonegoro.

Menurut mbah Juli yang dikenal masyarakat sebagai juru kunci Khayangan Api ini bahwa inti dari peruwatan masal adalah membuang sengkala,  agar diberikan keselamatan,  rejeki dan kesehatan.

“Ruwatan ini dianjurkan Khususnya untuk ontang -anting atau anak tunggal,  kedono kedini (1 anak perempuan lahir kemudian punya adik laki-laki),  pendawa lima (anak 5 laki-laki)  dan anak yang lahir hari selasa kliwon," katanya kepada suarabojonegoro.com.

Menurut cerita Jawa anak ontang antik,  kedana dini,  pendowo limo dan anak lahir hari selasa kliwon harus diruwat dan bilamana tidak diruat menurut cerita akan dimakan betara kala.

Ruwatan dimulai dari  jam 09.00 WIB sampai jam 13.00 WIB, dengan dihadiri oleh Muspika kecamatan Ngasem, warga setempat dan para wisatawan Domestik.

Acara ini diawali dengan penyerahan sesaji kepada mbah Juli selaku juru kunci Khayangan Api, kemudian dilanjutkan prosesi sungkeman peserta ke orang tua, kemudian peserta berkumpul di pendopo Khayangan Api sesuai nomor urut untuk mendengarkan cerita wayang dengan judul Ruwat Kala dan mengikuti prosesi ruwatan hingga selesai.

Pihaknya menambahkan peruwatan atau ruwatan dapat dilakukan semua umur dan dalam kondisi apapun karena umumnya  ruwatan dilakukan untuk pasangan yang hendak menikah.

“Ruwatan bukan hanya untuk orang yang mau menikah saja namun dapat dilakukan untuk semua orang yang ingin diruat. “ jelas Mbah Juli.

Sementara peserta ruwatan pada tahun 2016 ini mencapai 39 pendaftar setiap pendaftar terdiri dari 2 sampai 3 orang.

“Ada 39 pendaftar yang bukan hanya berasal dari Wilayah Bojonegoro saja namun juga ada yang berasal dari Tuban,  Dili dan Bali," Jelas mbah Juli.

Para peserta ruwatan harus puasa sampai acara prosesi selesai. Prosesi peruwatan ini menggunakan wayang purwo atau kulit dengan dalang Ki Saemo dari Desa Ngasem,  Kec Ngasem Bojonegoro serta diiringi kesenian karawitan roso madu dari Ngasem.

“Setelah prosesi ruwat yang dilakukan dalang selesai,  akan dilakukan potong rekmo atau pangkas rambut serta akan mandi dengan kembang setaman, yang kemudian potongan rambut tersebut akan dilarung disungai atau bengawan oleh sesepuh. “tambahnya. (Ina/Red)

18 September 2016

17 Pendekar Senior PO Hadiri Pengukuhan Sabuk Hitam

    Minggu, September 18, 2016  
Reporter : Sasmito Anggoro

suarabojonegoro.com - Sebanyak 17 Pendekar Senior Organisasi Bela Diri Pencak Silat  PO (Pencak Organisasi) Bojonegoro Hadir dalam pengukuhan Sabuk Hitam bagi anggota yang tertinggi dalam organisasi tersebut, Sabtu Malam Minggu (17/9/16).

Acara pengukuhan dilaksanakan di Sekretariat PO Di Jalan Basuki Rahmad Bojonegoro, Menurut Ketua PO Bojonegoro Pudji Hartono, pengukuhan sabuk hitam ini merupakan tingkatan tertinggi diantara dari sabuk yang ada dan tingkatan paling tinggi adalah mendapatkan Peci.

"Sabuk hitam adalah tingkatan tertinggi pada sabuk di PO, setelah melewati beberapa sabuk sabuk yang lain," Kata Pudji Hartono.

Dijelaskan juga oleh Pudji Hartono, bahwa PO Bojonegoro ini merupakan asli Pencak dari Bojonegoro yang didirikan pada tanggal 1 Agustus 1927 yang dikenal dengan sebutan Pencak Organisasi Macan Putih.

Dengan pengukuhan Sabuk hitam ini diharapkan bisa mewujudkan dalam aktifasi secara terus menerus untuk roda organisasi yang berkesinambungan guna terus melestarikan Budaya luhur Pencak Silat warisan Bangsa.

"Harapan kita PO selalu bisa menjadi penggerak generasi muda untuk terus berprestasi dalam olah raga pencak silat, sekaligus terus mengembangkan Budaya bangsa," Lanjut Pudji Hartono Pasca Mengukuhkan Anggota Sabuk Hitam.

Dengan jumlah 500 anggota PO di Bojonegoro dapat diharapkan bisa bermanfaat dan berguna bagi masyarakat untuk turut serta membangun bangsa. (Ang*)

Warga Ngemplak, Jaga Tradisi Sedekah Bumi

    Minggu, September 18, 2016  
Reporter : Lina Nur Hidayah

suarabojonegoro.com - Tradisi sedekah bumi kali ini oleh warga masyarakat Dusun Wire, Desa Ngemplak, Kecamatan Baureno, Bojonegoro, yang merupakan kegiatan dan tradisi warisan para leluhur untuk selalu bersyukur atas apa yang diperoleh masyarakat dari hasil pertanian dan tanamannya.

Kegiatan sukur atas nikmat yang diberikan tuhan untuk kita baik berupa rejeki serta nikmat kesehatan yang tiada tara, kegiatan ini Diikuti sebagian warga Ngemplak yang sangat antusias mengikuti acara ini dengan harapan mendapatkan rejeki yang melimpah dari sang pencipta.

Tak kalah menarik acara ini juga diisi dengan aneka hiburan dari pelajar maupun karangtaruna desa Ngemplak, seperti marching band serta lagu dan tarian menarik sebagai penambah semangat pada acara sedekah bumi ini.

Menurut ahmad najib qoiron panitia pelaksana sesekah bumi bahwa selain untuk ucapan syukur kepada Tuhan tradisi ini sekaligus untuk menguri uri budaya daerah agar keberadaannya tak memudar ditengah era modern.

"tradisi ini dilaksanakan untuk menguri uri budaya jawa agar keberadaannya tak memudar. " kata Ahmad Najib Sabtu (17/9/16) kemarin.

Dalam kegiatan kirab hasil bumi dilakukan dengan Rute perjalanan dimulai dari Banteran desa Ngemplak menuju punden dusun Wire, sementara sebagian masyarakat mempercayai mbah Ronggo dan mbah Joko Mursodo merupakan sesepuh atau punden dusun Wire sehingga setiap setahun sekali tepatnya bulan september masyarakat sekitar mengadakan sedekah bumi didesa tersebut.

"Bahwa tradisi ini diadakan setahun sekali khususnya bulan september saat musim kemarau,  di dusun wire sendiri memiliki sesepuh yang bernama mbah Ronggo dan mbah Joko Mursodo yang dipercaya warga sekitar," tambah Ahmad Najib. (Ina/Red)

14 September 2016

Berikut Adalah Rangkaian Kegiatan Festival Begawan 2016

    Rabu, September 14, 2016  
Reporter : Burhanudin Joe

suarabojonegoro.com - Festival Bengawan Bojonegoro (FBB) tahun 2016 kali ini mengambil tema “Kejayaan Bengawan Bojonegoro dari Masa ke Masa – Harmoni antara Manusia dengan Sang Pencipta, Sesama Manusia dan Alam”
FBB tahun 2016 direncanakan akan dilaksanakan selama dua hari dari tanggal 24 sampai tanggal 25 September 2016.
Pada hari pertama FBB (24/9/2016) ada dua kegiatan, yaitu :
  1. Resik-Resik Nggawan, yang akan dilaksanakan di sekitar Taman Bengawan Solo (TBS), pukul 07.30 WIB, dengan peserta yang terdiri dari siswa SMP, SMA dan SMK dilingkup Kota Bojonegoro dan dari Karang Taruna.
  2. Gelar Seni Tradisional Sandur, yang akan digelar di Lapangan Desa Padang Kecamatan Trucuk, pada pukul 20.00 WIB.
Sementara untuk hari kedua FBB (25/9/2016), adalah acara puncak FBB. Pada hari itu, ada beberapa agenda yang sudah disiapkan panitia, yaitu:
  1. Umbul Donga Larung Saji, yang pelaksanaannya ada di dua tempat. Prosesi Umbul Dunga akan dilaksanakan di Pendapa Malowopati pada pukul 07.30 WIB, kemudian sesaji akan dikirab menuju Bendung Gerak pada pukul 08.30 WIB untuk prosesi larung saji yang akan dilaksanakan oleh tokoh adat atau sesepuh dari Desa Padang Kecamatan Trucuk dan Desa Ngringin Rejo Kecamatan Kalitidu.
  2. Gelar Seni Campursari, akan digelar pada pukul 08.30 di lokasi Bendung Gerak untuk menyambut Larung Saji dan menghibur masyarakat yang menunggu menyaksikan Festival Perahu Hias.
  3. Gelar Seni Tari, yang akan digelar di lokasi Bendung Gerak pada pukul 10.00 WIB untuk menyambut kedatangan Bupati dan tamu undangan.
  4. Festival Kuliner Khas Bengawan, akan berlangsung di sekitar lokasi Bendung Gerak mulai pukul 08.00 WIB.
  5. Lomba Foto, On The Spot “Festival Bengawan Bojonegoro 2016”, yang dimulai pukul 07.30 WIB yang mengambil lokasi di sepanjang rute Festival Perahu Hias.
  6. Festival Perahu Hias, yang akan dilaksanakan pada pukul 10.30 WIB, dengan start di lokasi Bendung Gerak dan finish di TBS.
  7. Keroncong Bengawan, akan digelar di TBS yang dimulai pada pukul 14.30 WIB untuk menyambut kedatangan peserta Festival Perahu Hias.
  8. Gelar Sastra Bengawan, akan digelar pada malam hari, pada pukul 19.30 WIB sekaligus bersamaan dengan acara pembagian trophy dan hadiah Festival Perahu Hias.
Rangkaian acara tersebut adalah keputusan rapat koordinasi (rakor) panitia FBB, pada hari Selasa, (13/9/2016) di ruang rapat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro di jalan Teuku Umar no 80 Bojonegoro. (joe/Red)


*) Foto: Dokumen suarabojonegoro.com

12 September 2016

Belum Ada Jadwal Festival Blimbing di KHJB Ke 339

    Senin, September 12, 2016  
Reporter : Rabbani R

suarabojonegoro.com - Meskipun telah masuk dalam agenda Kemeriahan Hari Jadi Bojonegoro (KHJB) ke 339, namun Pemerintah Kecamatan Kalitidu, sebagai tuan rumah dari Festival Blimbing, masih menunggu jadwal pasti dari Panitia KHJB 339. “Festival Blimbing tetap ada, tapi masih menunggu jadwal,” kata Nanik Lusetyorini, Camat Kalitidu.

Menurut Nanik, pelaksanaan Festival Blimbing masih seperti tahun lalu, yang pelaksanaannya dibarengkan dengan Festival Bengawan Bojonegoro. “Bareng dengan Festival Bengawan Bojonegoro, kita belum dapat jadwal pastinya,” tambahnya.

Sementara itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur telah meriliskan bahwa Festival Bengawan Bojonegoro menjadi agenda rutin wisata Jawa Timur yang puncak pelaksanaannya adalah pada tanggal 20 September setiap tahunnya.

Di Bojonegoro sendiri, telah beredar jadwal KHJB 339 yang menyebutkan bahwa Festival Bengawan Bojonegoro 2016 bakal dilaksanakan pada 16 dan 17 September 2016, yang kemudian direncanakan pelaksanaannya bakal diundur pada 23 dan 24 September. (Rab/Red)

Fot. Dok.suarabojonegoro.com

Kerajaaan Sendang Gendo Di Desa Sendangrejo - Tambakrejo

    Senin, September 12, 2016  
Reporter : Lina Nur Hidayah

suarabojonegoro.com - Kerajaan Sendang Gendo, yang pernah ada dalam cerita sejaran masyarakat Desa Sendagrejo, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro menjadi tema pawai Budaya masyarakat setempat, seperti yang disampaikan Jasman selaku sekertaris desa Sendangrejo, seperti kerajaan kecil pawai Budaya ini diikuti sebnayak 740 peserta dengan menggunakan kostum bertema kerajaan, wayang, reog, dan kesenian lainnya.

"Tema pawai budaya ini kerajaan sendang gendo dan diikuti oleh 740 peserta yang berasal dari warga desa sendangrejo, karangtaruna dan pelajar." kata Jasman sore kemarin Minggu (11/9/16).

Meski hari kemerdekaan RI yang ke-71 telah usai, namun warga Desa Sendangrejo, Kecamatan Tambakrejo, baru saja memperingati hari kemerdekaan RI dengan mengadakan pawai budaya. Pasalnya, warga setempat mencari moment yang pas  bertepatan dengan  H-1 hari raya idhul adha 1437 H. Acara tersebut diikuti oleh seluruh warga, karang taruna dan para pelajar  desa setempat.

Sementara, rute perjalanan pawai budaya ini dimulai dari dusun Ngasem, melewati jalan desa Ngasem menuju arah balai desa Sendangrejo. Kemeriahan acara ini berakhir hingga  sore pasalnya diadakan pula undian berhadiah  dan hiburan tari tradisional untuk warga setempat.

sekertaris Desa Sendangrejo juga menambahkan bahwa setelah diadakan acara ini masyarakat sendangrejo akan terus semangat merayakan HUT RI pada tahun mendatang guna meneruskan semangat para pejuang kemerdekaan RI.

"Melalui pawai budaya ini diharapkan masyarakat sendangrejo akan tetap semangat merayakan HUT RI pada tahun mendatang." tambah Jasman sekdes sendangrejo.

Pujiati salah satu peserta pawai budaya tersebut juga berharap agar setelah kegiatan ini selesai masyarakat sendangrejo akan terus mengadakan kegiatan desa yang lebih menarik guna meningkatkan potensi dan kreatifitas generasi muda.

"Harapan saya  setelah kegiatan ini selesai kegiatan seperti ini akan terus dilaksanakan guna meningkatkan kreatifitas generasi muda" ujarnya. (Ina/Red)

13 Agustus 2016

Didik Mukrianto Jagong Budaya Bersama Seniman Bojonegoro

    Sabtu, Agustus 13, 2016  








Reporter : Sasmito Anggoro

suarabojonegoro.com - Bersama para seniman yang ada di Kabupaten Bojonegoro wilayah Bojonegoro Timur, Didik Mukrianto, anggota Komisi III DPR RI ini gayeng melakukan dialog dan juga memberikan resensi terkait Budaya untuk pemersatu bangsa di Desa Sratu, Kecamatan Baureno, Bojonegoro, Jum'at (12/8/16).

Disampaikan oleh Didik Mukrianto, bahwa Budaya merupakan warisan luhur budaya bangsa yang pada masa terdahulu mampu memberikan kekuatan untuk menjadikan pemersatu antar masyarakat, sehingga dengan selalu meningkatkan dan terus melestarikan kebudayaan akan mampu juga meningkatkan kualitas persatuan antar masyarakat.

"Manusia tidak lepas dari Budaya, selalu mempertahankan dan merawat budaya juga dapat membangun masyarakat kita," Terang Pria yang juga ketua Umum Karang Taruna ini.

Dalam acara tersebut selain dialog mengupas tentang Budaya, juga disuguhkan penampilan penampilan seni dan Budaya, seperti pembacaan Puisi oleh Ketua Pokja Budaya, Wahyu Subiakdono, Agus Budiono, Geguritan oleh Gampang Prawoto dan lainnya.

Tokoh seni dan Budaya lain juga hadir dalam acara tersebut, dan berharap Acara seperti ini akan mampu menjadikan kekuatan untuk selalu terus dan melestarikan budaya di masyarakat, sehingga bisa terus melekat dimasyarakat guna alat sebagai persatuan masyarakat. (Ang*)

30 Juli 2016

Pokja Budaya Akan Layangkan Surat Ke Bupati

    Sabtu, Juli 30, 2016  
Reporter : Rabani P

suarabojonegoro.com - Sebagai bentuk komitmen untuk mengembangkan tempat tempat wisata di Bojonegoro, Kelompok Kerja Kebudayaan Bojonegoro akan segera melayangkan surat ke Bupati Bojonegoro, berkenaan dengan usulan dan rekomendasi untuk pengembangan obyek wisata di Bojonegoro.

“Salah satu rekomendasi kita adalah pemberian ruang khusus untuk ajang selfie pengunjung,” ujar Agus Budiono, salah satu aktifis dari Pokja Kebudayaan. Menurutnya, budaya bukan hanya masalah kebiasaan tradisional turun-temurun, namun juga hal-hal baru yang justru bisa dimanfaatkan.

Ia menjelaskan, ruang yang dimaksud adalah semacam photobooth yang langsung menunjukkan ciri khas Bojonegoro dan obyek wisata yang bersangkutan. “Karena saat ini, selfie sudah menjadi kebiasaan. Dengan adanya photobooth yang menarik dan berciri khusus, maka secara langsung akan mempromosikan obyek tersebut, terlebih penggunaan media sosial sudah hal yang jamak,” tambahnya.

Sementara itu menurut mereka, saat ini kegiatan wisata di Bojonegoro yang tak dapat dilepaskan dengan kegiatan selfie tersebut masih belum cukup menunjukkan simbol khusus yang membuat pemirsanya mengetahui lokasi obyek wisata tersebut.

“Misalnya di kolam renang, semua kolam renang khan vuewnya sama. Atau di alam terbuka, karena landscape Bojonegoro belum begitu dikenal luas, maka kami rasa photobooth itu lumayan efektif,” tambahnya.

Photobooth sendiri merupakan sebuah ruang yang diberi ciri buatan sebagai lokasi berfoto pengunjung. Hampir semua obyek wisata ataupun event yang ada di Indonesia sudah sejak lama menambahkan photobooth ini.

“Karena selain murah, efektifitasnya cukup terbukti menarik minat wisatawan untuk sengaja ataupun tidak sengaja untuk ikut mempromosikan obyek wisata dan event yang bersangkutan. Jadi tidak hanya sekedar banner,” pungkasnya. (Rab/Red)

15 Mei 2016

Kongkow Budaya Bersama Aliansi Pemuda Kecamatan Balen

    Minggu, Mei 15, 2016  
Kontributor : Iwan Zuhdi

suarabojonegoro.com - Aliansi Pemuda Kecamatan (APK) Balen mengadakan acara Kongkow Budaya dengan tema "Nguri-Uri Budaya" di halaman Kantor kepala Desa Balenrejo, Bojonegoro, Sabtu (14/05/16)

Meski sempat dilanda hujan cukup deras, Kegiatan yang diisi dengan pagelaran tarian dari siswa-siswi MI Balenrejo, Stund Up Comedy Budaya, dan Perform Band dari pemuda Balenrejo berjalan dengan lancar.

Kagiatan yang digagas oleh pemuda Balen ini sangat diapresiasi oleh Kepala Desa Balenrejo, Mugiharto, Dalam Sambutanya mengatakan, bahwa Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak meninggalkan budaya Negeri ini.

"Generasi muda wajib ikut melestarikan budaya yang ada di indonesia ini, serta Harus bisa menunjukan tepo sliro sopan santun karena itu juga budaya" tambah kepala desa.

Turut Hadir pula sebagai pemateri dalam memaparkan tentang budaya indonesia, Suyanto dari perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro. "kami sangat apresiasi sekali inisiator pemuda dalam mengadakan acara ini, dan ada kami sampaikan dari sinilah embrio-embrio budayawan dicetak” tandasnya.

Suyanto juga menuturkan, berbicara budaya adalah berarti senang dan seni, maka kepada kepala Desa Balenrejo kedepanya disiapkan pelatihan rutin seperti tari, reog, les bahasa kromo, dan lain-lain.

Selanjutnya, Ketua panitia kongkow budaya, Khoirul Anam menjelaskan, bahwa yang melatar belakangi adanya kegiatan ini adalah rasa kesatuan pemuda se kecamatan Balen yang dituangkan dalam prihatin terhadap budaya yang mana pemuda adalah subjek dan objek budaya.

Selain itu anam mengungkapkan, kedepanya kami pemuda yang tergabung dalam aliansi pemuda balen akan terus berkreasi mengembangkan kreativitas-kreativitas pemuda.(Wan/Red)
© 2018 SeputarBojonegoro.comDesigned by Bloggertheme9