11 Agustus 2019

Wujud Dari Pada Mimpi Kenyataan Yang Harus Dihadapi

    Minggu, Agustus 11, 2019  

Oleh :  Ahmad Zayyinul Khasan (A’an)

Malam minggu begitu sepi, tiada seorang pun menemani, ku merasa tak dibutuhkan di dunia ini, semua teman-teman ku bermalam mingguan bersama cewek nya masing-masing, sedangkan aku hanya bias menikmati sebatang rokok murahan, disertai kopi asli buatan sendiri, ku tahu tampang tak menarik, dan harta pun tak punya, apalagi kepandaian jauh di bawah rata-rata, motor yang juga menjadi pusat perhatian pun juga tiada.

Teman-teman yang  biasa ngobrol bareng sambil gitar-gitaran, tetapi ini malam minggu, semua teman aku ada acara masing-masing bersama bojonya (Pacar), tetapi itupun kusadari manusia  tak sama nasibnya.

Ayahku seorang petani berpenghasilan rendah, sedangkan ibuku penjual sayur keliling, aku sedikit minder mempunyai orang tua seperti itu,tetapi mau gimana lagi takdir, takdirnya sudah begini ya gini aja,namun kucoba untuk sedikit mensyukuri itu semua.

Aku anak sulung dari dua bersaudara, adik ku masih kecil, aku pernah berpikir tuk masa depan, kalau nanti sudah dewasa yang sesungguhnya,apa aku harus terus berharap pada orang tua, kini aku hanyalah seorang pengangguran yang masih berumur enam belas tahun, aku ingin melanjutkan sekolah, tetapi orang tua serba kekurangan, karena aku tak mau menambah beban orang tua, sementara ini aku harus menjalani hidup seperti ini.

Tiap hari di rumah pekerjaanku di rumah hanyalah melamun cewek,ngelamunin cewek yang baik luar dan dalam nya, terkadang aku membantu orang tua membersihkan rumah, aku harap adik ku kelak kalau dewasa tak seperti aku.

Adik ku laki-laki yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), adikku pandai, rajin, taat sama orang tua, jauh berbeda denganku, bodoh malas, dan tak taat dengan orang tua.

Pagi-pagi setelah aku sarapan, aku mangkring di depan rumah, depan rumahku terdapat angkruk bambu besar, tiada begitu banyak tanaman dan halaman pun dipenuhi debu-debu kotor, sejenak kemudian temanku pun datang, Fikri seorang temanku yang bermotor GL- Pro serba modif, dia mengajak ku jalan-jalan ke Alun-alun kota yang tak jauh dari rumahku.

Tanpa pamitan pada orang tua langsung saja aku pergi, aku sangat bersyukur mempunyai teman-teman yang perhatian dan baik seperti Fikri.

Kelima kalinya Fikri mengajak ke Alun-alun kota, aku ada sedikit perbedaan +  kelebihan dari teman-temanku, warna kulihat lebih cerah dibandingkan mereka, karena aku jarang keluar rumah pada siang bolong,kalau disuruh ngarit, macul aku gak pernah mau (biasa gengsi).

Sedangkan teman-teman ku, sebagian besar tukang ngarit, ngedos, macul, karena itu kulit aku sedikit terjaga.

Dua kali berturut-turut muter keliling Alun-alun, kemudian aku turun di tugu pertigaan, Fikri pun kemudian menawariku sebatang rokok Djarum super favorit nya dilanjut menghidupkan MP3 ponsel bermerek Nokia N70 nya, akhirnya akupun hanya oke-oke saja.

Dua puluh menit lebih aku nongkrong ditugu pertigaan, tiba-tiba kumelihat dua cewek berboncengan mengendarai MIO Sporty berwarna merah hitam, dan masing-masing berhelem Takachi      .

Fikri yang pecinta wanita segera kuberitahu, langsung dimatikan MP3 nya, dan mematikan rokok yang baru saja dihisapnya, tanpa kebanyakan ulah dia menyalahkan motor juga membentak padaku seraya berkata “Ayo Kejar Choy!” Lagaknya jika ada cewek pasti matanya hijau bagaikan
daun.

Fikri pun terus menancapkan gas nya tinggi-tinggi, dan akhirnya pun terkejarlah cewek-cewek itu, tanpa malu dan permisi,  fikri pun langsung mengajak kenalan sambil menatap sungguh-sungguh wajah mereka dibalik kaca helm nya.

Aku pun juga ikut menatapnya ternyata tak sia-sia kita mengejar kedua cewek itu, ternyata keduanya sama-sama cakepnya, fikri pun tak lelah-lelah mengobroli mereka, selang beberapa ratus kilo meter kita pun berpisah.

Dan kedua cewek tadi pun mengatakan pada kita berdua “bye-bye” disertai senyuman manis nya, dan akhirnya kita pun hanya bisa termenung,  seraya membalas kata dari cewek manis dan imut tadi “bye-bye” kembali juga!, dan aku pun tertawa ha…ha….ha….!?.

Nama dan nomer Hp mereka pun sudah sudah diketahui, yang depan nyetir bodi bohai namanya siska, yang bonceng bak gitar sepanyol namanya Tia, hah...!? nama yang cantik, sesuai dengan wajahnya, batinku………..!?.

Fikri memberi nama,  bukan nama aslinya, akan tetapi menggunakan nama samaran (nama palsu), Rofi, Akhirya akupun juga mengikuti gaya fikri nama aku Andra, kenapa ya aku menggunakan nama itu!?, jawabnya pastilah karena aku fans berat Andra & the backbone, sekali-kali boong
dikit kan boleh, he….he….he…..!?.

Setelah nyampek rumahku fikri pun yang hobinya menggoda wanita, terus ber-aksi seraya menelefon para cewek-cewek cantik tadi, seraya mengajak ketemuan, aku tak begitu dengerin suara fikri, tapi yang jelas kedua cewek tadi tak menolaknya.

Sudah sepantasnya cewek-cewek pada kecantol sama fikri, tampang Ok, penampilan Ok, duit pun juga Ok, pokoknya semua serba Ok!, gak kyak aku…, jelek, miskin, alaaaaaaaaaaaaaaah lama-lama aku bosan, jelekin diri sendiri.

Siska dan Tia  maunya ketemuan senin malam di Alun-alun kota, sebenarnya fikri udah punya pacar, tapi biasalah laki-laki zaman sekarang, kalau gak punya cewek lebih dari satu, kurang dari lima, gak ngetrend katanya.

Tepak,  malam selasa, fikri gak ada acara sama ceweknya, So kalau begitu kita jadi ketemuan sama  Siska dan Tia, waktu begitu cepat bergulir, malam kini telah tidurkan mentari, saatnya sang pangeran kesiangan, menemui calon gebetan baru nya.

Setelah shalat isya’ fikri menjemputku, dengan penampilan full mengikuti zaman, bersama  Gl – Pro nya, aku memakai jaket hitam pemberian sepupuku, celana borju murahan, plus sandal jepit sedikit berkualitas, rambutku pun yang tidur tak bangunin, menggunakan Gatsby wax.

Tanpa basa-basi dalam dompet hinggap duit sepuluh ribu perak, celenganku selama empat hari, tak lupa satu bungkus rokok LA Light setelah itu aku pun bergegas cabut dari rumah tak lupa aku izin sama orang tua, dan Al-hamdulillah Izinpun terkantongi.

Belum sempat satu udut rokok aku hisab habis, perjalanan pun grelia mencari dua cewek tadi pun masih terus menerus tanpa lelah fikri memegang gasnya, karena sangking semangat, ingin ketemu calon gebetan barunya.

Tak lama  kemudian,  kita berhenti, dan sudah ditunggu sama sang bidadari dunia, Siska dan Tia, ooops ternyata mereka tak hanya ber-dua ternyata mereka membawa tiga temannya.

2 Vs 5, menang  mana ya!?, dengan segera kita turun dan kenalan, dengan teman-temanya siska dan Tia.

Yang satu biasa-biasa aja, namanya Rina, ber-bibir sexy tapi berambut kriting, yang satunya lagi,  berambut ala Avril lavigne, lumayan cakep namanya Alfi, dan yang satunya lagi …! Ck…ck…ck…, bukannya aku menghina, kulihat hitam kurang manis.

Tapi,  Fikri dan aku pun, mengakui, body bagaikan gitar spanyol, namanya Ely, membuatku buta, melihat lika-liku tubuhnya yang indah, subhanallah Indanya ciptaan tuhan hem…!?.

Lebih dari satu jam, satu bungkus LA Light 12 batang amblas tinggal bungkusnya aku sedot, kita semua ngobrol bareng, seperti Musyawaroh kubro, dari alamat, sekolah, status, pokoknya tetek bengek dibahas semua.

Alangkah senangnya ngobrol bareng cewek – cewek baru (baru berteman), dari kelima cewek itu kutatap dengan seksama, hanya seorang Tia  lah yang dapat menarik isi dada ini, kalau bicara lemah lembut, kayak kapas yang baru mekar dari bunganya.

Senyumnya manis, yang manis semanis madu, membuat kedua mataku tak berkedip, wajahnya yang pretty and whith, mencerahkan suasana, saat kulihat wajahnya, dia juga melihat wajahku, aku mau dikit, hanya dikit kok sedikit saja!, ha’……, saat ku senyum dia pun juga senyum, rasanya kayak ada apa-apanya gitu.

Fikri yang dari tadi mengawasiku, berbisik “Cinta ya…!?, akui saja” Kubalas bisikannya dengan senyum, aku malu mengatakannya, tiba-tiba malam larut, kita berpisah yaaaah….berbalut penyesalan karena kurangen alias terlalu cepat aku berkata dalam benak hatiku, seandainya waktu bisa diulangi, pasti kuingin ulangi waktu yang seperti saat ini.

Jam menunjukkan Pukul 21.15, aku nyampek rumah, aku tak lupa berterimakasih pada sahabat dekatku Fikri alias Chodot (Panggilan jelek Fikri), karena dia sudah menjemput, sekaligus mengantarku, kemudian aku pun seraya merebahkan tubuhku dan istirahat, sambil nonton Tv, terpikir dalam benak otak ku dan terbayang wajah bidadari yang ku idam, Tia  itulah namanya, seraya mata ini lelah dan akhirnya terpejam dalam peristirahatan, tertidur diatas meja kursi empuk panjang depan Tv.

Paginya aku bangun terasa segar, tapi kulihat matahari sudah tinggi, gara-gara mikirin Tia, telat tidur dah….!?, segeralah aku mengambil air wudlu, kemudian shalat subuh, kok gak ada yang bangunin ya…?, biasanya aku bangun sendiri.

Oh iya..!?, ayah dan ibuku sudah berangkat kerja, adikku gak berani bangunin aku, kemudian setelah shalat subuh biasa breakfast, setelah itu biasalah nungguin yayank-yayank cantik.

Tak lama kemudian datanglah Fikri kerumahku, tapi dia kelihatannya tak sendiri, dia bersama kawan lama, Maman friend waktu SMP, Maman sekarang sama denganku, gak sekolah soalnya dia punya kerjaan bengkel dirumahnya, dia datang kerumahku dengan motor kesayangannya.

Fizz R rasa Jupiter Z, Fikri dan Maman, mengajakku kerumahnya Tia, tanpa ngapa-ngapain, alias persiapan langsung ku mbonceng Fikri, soalnya motor Fikri lebih gaya, meskipun orang miskin tapi kalau kumpul orang kaya, ya…!? Jawabnya juga kelihatan kaya itu menurutku he3x!? bercanda.

Selang beberapa menit kita semua  tiba didepan rumah  Tia, ternyata baru kutahu, bahwasannya Tia itu adalah sepupunya Maman, karena itu Fikri pun mengajak Maman, “Wah ternyata orang jelek punya sepupu cantik juga ya!? “ Ejekku pada Maman yang berkulit petang dan berambut ala vokalis Nidji “Enak aja biarpun hitam tapi tetap maniskan, gak kayak kamu putih tapi asem” Bentak Maman yang tak terima olehejekanku.

Dari dulu aku dan Maman sering ejek-ejekan, tapi cuman sebatasbercanda, kemudian Fikri pun menyuruhku mencet Bel rumah Tia, rumahnya Tia bagus and gede banget bagaikan istana, baru kutahu Tia  anaknya orang kaya, kujadi berpikir kalau misalnya aku pacaran dengan Tia (Kepe-dean), pasti banyak lelaki yang iri, kujadi gak nyaman mencintainya.

Maman dan Fikri memaksaku memencet Bel dan  Mengucapkan Salam, kuteringat belum mandi, sama sekali tak Pede, aku gak mau, kemudian Maman yang memencet Bel rumahnya, Ting-Tong suara Bel bergema, “Assalamu’alaikum”, selang beberapa detik kemudian, dibukakanlah pintu oleh pembantunya.

“Wa’alaikum salam” Jawab seorang pembantu rumah tangga di rumah Tia, kemudian sang pembantu bertanya kepadaku “Cari siapa Mas?”Kemudian aku pun menjawab “Itu Mbok Tia nya ada?”, Ada kok Mas,  mari silakan masuk, saat ku masuk kerumahnya, terasa sejuk sekali soalnya PakekPendingin ruangan yang berupa AC.

Kulihat kesetnya ada tulisan wellcome, kutanya Fikri. Fik Bahasa Inggrisnya Keset Wellcome ya?  Oooo dasar begok Wellcome itu artinya selamat datang, oooo gitu, maklum anak plosok gak kenal bahasa-bahasa anak  Intelek kayak gitu, kemudian kita dipersilahkan duduk.

Saat aku duduk disofa empuk sekali, mungkin kayak bokongnya Tia, hus aku gak boleh mikir yang gak-gak, Aku kan cinta Tia, tak lama kemudian Tia pun Nampak dengan membawa dua toples Makanan Ringan, dan gelas yang pasti isinya bukan racun, melainkan berisi Jus yang rasanya enak.

Eh..!? tiba-tiba aku dlengop serta bersamaan dengan rasa canggung dan salah tingkah ketika aku melihat penampilannya, dia memakai kaos model ala super nyetrit, dan celana ketat super mini lagi, ini bener-bener rejeki nomplok, dalam benak pikiran dan hati aku berkata seperti itu.

Yang paling menakjubkan saat Tia meletakkan minuman didepanku, kulihatitunya dikit, benar-benar terlalu, tapi itu hanya kuanggap ketidaksengajaan, melihat parno..!? eh parno….!?, porno….?! He3x!, Tia kemudian duduk disamping Maman, dan ngobrol dengannya, aneh Tia ngobrolnya kok sama Maman, kok yang dilihat malah aku, semuanya jadi memandangku, maksutnya apa?, kurasa wajahku tak berantakan.

Tiba-tiba Fikri Pun memulai pembicaraan”Wah bakal ada calon bakaPengantin Baru Nih?!”Mendengarnya tiba-tiba tanpa kesadaran lidahku berkata”Enak aja nembak aja belum kok udah nganten-nganten” Ups Aku Keceplosan deh ?!, Tia dari tadi senyum-senyum sendiri, mungkin dia sudah merasa kalau aku cinta sama dia, betapa bahagianya aku, meskipun sedikit malu, tapi bersama dan melihat senyumannya serasa seperti terbang dilangit.

Lama kemudian kita pamit pulang, ketika mau keluar rumah kusempatkan ngomong ber-dua sama Tia, “Tia kamu kok…., kok cakep banget?” Ku keluarkan jurus Wiro sableng merayu Nyi Blorong” Ya Tia  senyum lagi, Tia sebenarnya aku….!?, eh tiba-tiba terdengar suara keras, whooy……?, kamu mau pulang gak…!?Teriak Fikri dan Maman secara bersamaan dan serentak, eh ya Tia aku pulang dulu, kemudian berbicara iya kapan-kapan maen kesini lagi ya?” Kata Tia dengan halusnya.

Setibanya, aku dirumah melamun, dalam lamunanku, Aku dan Tia  berjalan bersama, kini aku benar-benar kesengsem, benar-benar cinta dia, baru pertama aku merasa seperti ini, kadang senyum sendiri, kadang tertawa sendiri, kayak orang gila, malamnya aku gak bisa tidur lagi, baying-bayang putri pun selalu menghantui, dalam benak ku aku berkata “kapan aku bisa memilikinya?”.

Esok harinya aku disuruh Ayahku mengantarkan sesuatu ke Desa seberang, dalam perjalanan itu aku dihadang oleh 3 lelaki yang tak kukenal, seraya berbicara “jadi ini yang namanya Andra, orang culun kyak gini kok Tia  bisa suka, dasar culun!”.

Bersamaan perkataannya sebuah pukulan cantik mengenai wajahku, aku tak tahu maksudnya, setelah memukulku ketiga lelaki itu bergegas pergi meninggalkanku, masa bodoh pukulannya gak sakit, tapi tetap wajah manisku menjadi merah dan memar, kuteruskan perjalananku.

Setelah sampai dirumah Ayahku bertanya”kenapa mukamu nak?”gak kenapa-kenapa kok pak, Cuma nabrak pohon, gak sakit”. Jawabku “lain kali kalau jalan hati-hati, kamu ini, ya udah sana makan dulu”.

Setelah peristiwa itu kuberpikir, firasatku dulu benar, belum jadian sudah ada lelaki yang gak terima, kuingin hapus rasa cinta ini, dari pada berakibat fatal pada Tia, dan juga pada diri Aku sendiri.

Hari demi hari,  berikutnya Fikri kembali datang kerumahku, dan menyuruhku kerumah Tia sekarang  Juga sendirian, secepatnya aku meminjam motor pak lek ku, walaupun Cuma Alfa, tapi yang penting bisa jalan, dan terus nyampek.

Teng-teng-teng-teng-treeeeeng!? Suara sepeda motor Alfa lek ku berbunyi, kurasa, Aku gak sadar belum mandi, dan belum rapi sama sekali, lagsung aku tancap Alfa nya lek aku,  dengan tancapan Gas puol,  Rem Puol, dengan sehelai tarikan wuuu…zzz?!, Alva ber-kenalpot ketela, melintasi jalan raya.

Untung masih kuingat jalan menuju rumah Tia , tak lama kemudian aku pun sampai tujuan, aku datang terlambat, Tia sudah menunggu didepan rumah, kemudian dia menghampiriku, dan menyentuh tangan kananku, sebelum aku turun dari motor, seraya ia berkata “Andra ada yang harus
aku omongin ke kamu An, sebenarnya aku mencintaimu, aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu “ Mendengar kata-kata itu aku tak sanggup berbicara, jantung pun terasa mau berhenti berdetak.

Jujur aku tak ingin mendustai diriku sendiri, tetapi martabat tak sanggup menerimanya, apa jadinya kalau misalnya kita pacaran, itu hanya membebani, dan menyakiti hatinya Tia “Maafkan aku Tia, aku sama sekali tak ada rasa cinta padamu,  maafkan aku, selamat tinggal”.

Aku pergi dengan menggenggam berjuta-juta rasa sesal, mengapa aku tega meninggalkannya, padahal aku juga sangat mencintainya, dari kejauhan terdengar suara Tia berontak ”Andra tunggu…………,  aku tahu sebenarnya engkau juga mencintaiku, engkau benar-benar lelaki yang tak punya perasaan mendengarnya serasa kuingin akhiri hidup ini”.

Aku memang mencintai Tia, tapi cintaku tak akan membahagiakanmu Tia, justru cintaku ini akan membawamu kejurang kesedihan, sekali lagi, Maafkan aku Tia.

Satu minggu berlalu,  Fikri pun memberikan aku kabar kalau Tia sedang sakit, Fikri memarahiku habis-habisan “Tak sepantasnya kau menolak cintanya dasar kau pembohong , pengecut, aku tahu maksut kamu, tapi tidak seperti ini caranya” .

Maafin aku Fik, aku memang pembohong, pengecut, aku hanya tak ingin menyakiti hatinya Tia dalam hatiku aku ber-angan seperti itu, Fikri pun masih memarahiku seraya berbicara”kalau memang ini keputusanmu, persahabatan kita sampai disini”, Bentak Fikri sekaligus mengakhiri percakapannya dan pergi.

Aku bingung, mengapa aku lakukan perbuatan seperti ini?, aku memarahi diriku sendiri, aku ini lelaki tak sepantasnya aku berputus asa, aku harus berkorban dan menerima segalanya, aku sadar.

Esoknya aku bergegas menemui Fikri, untuk menjelaskan dan membantuku menyelesaikan masalah ini, tapi,  justru Fikri memberiku kabar lebih buruk mengenai Tia, yang kini sedang dirawat dirumah sakit, betapa luluh hatiku, merasa jutaan sesal mengiringi, dan aku harus bertanggung jawab atas semua ini.

Segeralah aku mencari Ojek, untuk mengantarkanku kerumah sakit, setibanya aku dirumah sakit, segeralah aku Tanya penjaga rumah sakit, dimana Tia dirawat?  tolong antarkan aku sampai ke-kamarnya, semula kedua orang tua nya yang menemani Tia,  melihatku mereka pun keluar.

Kulihat Tia sangat lemas, melihatku dia masih mau tersenyum,  “Tia maafkan aku, aku sangat mencintaimu, aku sangat menyanyangimu, aku telah membohongi diriku sendiri, juga dirimu, aku sungguh-sungguh minta maaf, karena telah membuatmu seperti ini”.

Mendengar kata-kata manis dari mulutku Tia  pun menangis dan tersenyum, kemudian Tia membalas kata manisku, dengan kata manisnya “Aku juga sangat mencintaimu” Kata Tia dengan lemas, desah, dan lembut.

“Tia Maukah engkau Menjadi Kekasihku?”, Tanyaku disertai tangis yang mengandung unsur  bahagia, Tia menjawabnya dengan senyuman dan mengangguk-anggukkan kepala, terimakasih Tia  engkau telah menghapus rasa sepiku, kini aku sadar cinta tak pandang apapun, dan cinta seorang, tak berdaya, tak hanya mimpi, terimakasih sayangku, kau telah mewujudkannya.

*Penulis Adalah Pembaca & Aktivis PMII & Ketua II BPK Oi Bojonegoro
*Foto ilstrasi dari google


08 Desember 2014

Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan?

    Senin, Desember 08, 2014  
Oleh: Fatin SL

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal, pagi itu menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya.”

“Tuhan menciptakan semuanya?” tanya Profesor sekali lagi.

“Ya, Pak, semuanya,” kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.”

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”

“Tentu saja,” jawab si Profesor,

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”

“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?” tanya si Profesor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu – 43 derajat Celcius adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”

Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”

Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”

Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan di mana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi, Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”

Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Prof, kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”

Profesor itu pun terdiam.

Dan, nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

sumber : https://plus.google.com/u/0/110921213256101666513/posts

04 Oktober 2014

BBM Sulit, Masihkah Pemerintah Bojonegoro Pro-Rakyat?!

    Sabtu, Oktober 04, 2014  
*Oleh Ahmad Zayyinul Khasan

Bumi Angling Dharmo dan Indonesia dari hilir ke hulu semakin memperihatinkan pasalnya kepentingan rakyat (Masyarakat) secara umum terciderai oleh kepentingan segelintir pejabat negara dan pengusaha kelas atas, yang tidak pernah merasakan susahnya menjadi masyarakat kecil.

Terbukti dengan adanya keputusan yang dikeluarkan oleh pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), PT. Pertamina dan pemilik SPBU di Bojonegoro.

Pemerintahan kabupaten Bojonegoro yang menghimbau agar semua pemilik SPBU tidak melayani penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) karena melanggar perpres yang ada.

Keputusan macam apa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang dengan seenaknya tanpa bermusyawarah dengan masyrakat umum serta pedagang kecil yang menjual bensin eceran di desa-desa, keputusan itu dinilai sepihak karena tidak ada uang namanya sosialisasi terkait dan pemecahan atas masalah yang terjadi akibat peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah secara mendadak.

Kita melihat realita banyak dari pada masyarakat pedesaan yang jauh dari SPBU tentunya tidak dapat menikmati dari pada subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah yang seharus nya untuk masyarakat kecil, namun akhirnya dinikmati oleh para pembawa mobil kelas-kelas canggih yang berkeliaran disekitaran SPBU di Bojonegoro.

Banyak pengusaha kecil ekonomi kerakyatan katanya, alias penjual bensin eceran dikebirikan oleh pengusaha kelas elit borjuis dan bersifat liberalitas dalam pemasaran atau pasar bebas (SPBU), yang kemungkinan itu hanya dapat didirikan oleh orang yang berduit dan bermodal banyak, akhirnya banyak dari pada pengusaha kecil premium eceran yang tidak mempunyai pekerjaan, dan nganggur dirumah, dan tidak mempunyai uang, terpaksa mencari penghasilan lain, dan itu tentunya susah, dan menimbulkan masalah yang baru bagi masyarakat secara umum, dan negara kita tercinta ini khususnya Bojonegoro.

Selain yang dipaparkan oleh penulis Dampak dari larangan membeli Bahan Bakar (BBM) dengan menggunakan Jerigen di Stasiun Pembelian Bahan Bakar Umum (SPBU) Juga membuat sejumlah petani di beberapa wilayah di Bojonegoro terancam merugi, pasalnya mereka tidak bisa mengairi sawah mereka, karena mesin penyedot air yang harusnya dengan menggunakan bahan bakar Solar dan Bensin akhirnya mandek, karena adanya larangan membeli BBM dengan jerigen, kalau sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan?!

Kita ketahui Saat musim kemarau seperti ini, kebanyakan petanimenggunakan mesin penyedot air yang menggunakan bahan bakar Bensin dan Solar, untuk mengairi sawah mereka, petani pun mulai mengeluh dan tak bisa berbuat apa apa karena dilarang membeli BBM dengan membawa jerigen, seperti yang sudah banyak terjadi.

Kalau sudah begitu pun akhirnya banyak tanaman yang kekeringan pasalnya karena kekurangan air pada saat kemarau, dan itu disebabkan oleh tidak berpihaknya pemerintah bojonegoro kepada masyarakat kecil terutama petani yang mau membeli BBM bersubsidi menggunakan jerigen, dan itu tidak boleh, akhirnya tanaman menjadi kering dan mati sebab alat untuk memindahkan air dari sungai menuju sawah dengan desel yang memerlukan BBM, dan penjualan BBM pun dipersulit.

Bukan hanya itu tentunya bagi kaum pelautpun yang akan melaut mencari ikan, disekitaran bengawan solo Bojonegoro,  juga menggunakan diesel yang bahan bakarnya juga kebanyakan BBM dan Solar itupun juga sulit, lagi-lagi rakyat masyarakat disekitaran bojonegoro  pun juga terkebirikan oleh kebijakan pemerintah yang tidak populis dan pro rakyat, apakah pemerintah tidak berpikir untuk kesinergian bersama, dalam menjalani hidup rukun, dalam tatanan berkepemerintahan dalam kabupaten sihingga pemerintah terus mempersulit masyarakat kecil sampai segitunya...!?

Kita lihat dalam Bab XIV Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33.

Disitu termaktub dan tertulis secara rapi bahwasannya

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip keadilan, kebersamaan efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Mana yang dilakukan oleh pemerintah Bojonegoro dan Indonesia yangberkaitan diatas,  tentunya menyimpang jauh dari UUD 1945 Pasal 33, rakyat seluruhnya belum sejahtera, dipersulit dalam perekonomian, dan tidak ada keseimbangan yang dilakukan dalam mewujudkan tulisan yang rapi diatas (keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional) masih banyak yang miskin dan tidak mendapatkan BBM bersubsidi yang kelihatannya dinikmati oleh para pemodal dan para borjuis yang berlimpah dengan uang.

Sila kelima pun dalam Pancasila mengatakan rasa adil itu jika ada pada pemerintah Bojonegoro umumnya indonesia, tentunya tidak akan mempersulit seseorang dalam memperbaiki dan menikmati ekonomi dalam era globalisasi dan demokrasi yang tercipta pada negara kita, untuk itu wujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

BBM untuk Rakyat, dan ekonomi kerakyatan harus ditegakkan bangun ekonomi kecil rakyat  kita, dengan mendidik untuk berjualan bensin eceran, perketat pengawasan untuk Pengusaha Pemilik Modal Borjuis yang bangsat, dan rela berbuat apapun untuk memperkaya diri sendiri terutama menyogok kaum elit pemerintah untuk kepentingan perut semata mengalahkan kepentingan hajat rakyat masyarakat kecil Bojonegoro dalam bertatanan dan berkenegaraan.

*Penulis Adalah Ketua Departemen Biro Hubungan Dan Komunikasi
Pemerintah Dan Kebijakan Publik PC PMII Bojonegoro Masa Juang
2014-2015

29 September 2014

Disfungsi Peran DPR Sebagai Wakil Rakyat

    Senin, September 29, 2014  
Oleh : Ahmad Syahid

Perlu ditegaskan bahwasanya secara umum anggota (Dewan Perwakilan Rakyat) DPR baik di tingkatan daerah maupun pusat memiliki 3 fungsi dasar yang harus dipenuhi, yaitu : 1) Fungsi Legislasi (pembuatan kebijakan) yang diwujudkan dalam membuat atau menyusun peraturan atau Undang-undang. 2) Fungsi Budgeting (Anggaran) yang diwujudkan dalam menyusun dan menetapkan APBD/APBN bersama pemerintah daerah/pusat. 3) Fungsi Kontroling (Pengawasan) yang diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, peraturan-peraturan, keputusan-keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah maupun pusat.

Dari ketiga fungsi dasar tersebut kita sebagai publik harus peka dan berani untuk mengingatkan bahwasanya mereka adalah pelayan rakyat. Karena kita sebagai publik juga memiliki hak untuk mengingatkan dan mengawasi roda kepemerintahan yang berlangsung. Agar mereka tidak keluar dari koridor ketentuan fungsi dan tugasnya sebagai wakil rakyat. Jadi mereka tidak boleh semena-mena menggunakan haknya dalam membuat legislasi hukum atau perundang-undangan apalagi bermain politik pada anggaran uang daerah/negara yang secara filosofi anggaran, uang negara hanyalah diperuntukkan untuk rakyat.

Dekat-dekat ini publik digegerkan dengan berbagai UU maupun RUU yang pro-kontra. Hasil ijtihad para wakil rakyat yang diamanahi sebagai legislator itupun menuai protes dari rakyat yang diwakilinya. UU dan RUU itupun dinilai mengandung banyak unsur kepentingan  kelompok semata didalamnya, yang secara sengaja ingin disahkan lewat jalur legislasi hukum. Mulai dari Undang-Undang  MPR, DPR, DPD, DPRD (UU MD 3), RUU Perkawinan Beda Agama, RUU Pilkada Langsung, RUU Rahasia Negara dan lain sebagainya yang secara efek kemanfaatan tidak berdampak positif untuk rakyat, bahkan menjadi ancaman demokrasi bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan, sehingga kebijakan tersebut belum bisa dikatakan pro poor.

Secara historis memang benar bahwasanya tugas dan fungsi DPR antara lain adalah legislasi yaitu membuat perundang-undangan sesuai diatas. Namun ada hal yang harus mendasari dalam pembuatan undang-undang hukum yakni harus pro poor. Sehingga hasilnya bisa dirasakan langsung oleh rakyat secara luas. Karena negara ini bersistem demokrasi, jadi segala keputusan tertinggi terletak pada rakyat. Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyatlah seharusnya seluruh komponen perundang-undangan baru itu dibuat. Karena mereka para anggota DPR adalah wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat juga.

Secara esensi bangsa kita harus benar-benar mampu memaknai Pancasila sebagai asas tunggal bangsa ini dan UUD 1945 sebagai pijakan hukum dalam berbangsa dan bernegara. Karena didalamnya ada mandat suci dari leluhur dan pejuang bangsa Indonesia yang menginginkan negara untuk “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.”

Oleh karena itu jangan sampai produk hukum yang baru menciderai nilai Pancasila dan UUD 1945 yang secara regulasi memiliki kekuatan yuridis hukum lebih tinggi. Perlu diingat bahwasanya Pancasila adalah representasi  dari semangat juang patriotisme dan nasionalisme yang digelorakan oleh pejuang bangsa ini untuk kehidupan rakyat Indonesia yang layak dan berkeadilan. Jadi jangan sampai produk yang baru memiliki implikasi dan tumpang tindih terhadap dasar negara kita.

Secara realita, kita tahu sendiri bahwasanya saat ini banyak pejabat dan wakil rakyat kita yang tersandung kasus korupsi. Mereka berlomba-lomba baik secara tunggal maupun jama’ah memanfaatkan jabatanya untuk menggarong uang rakyat untuk urusan perutnya sendiri. Sangat miris memang etika dan moralitas para pejabat dan wakil rakyat kita (elitte politik), mereka dipercayai untuk mewakili hak rakyat dalam menjalankan regulasi dan mekanisme mengelola kepemerintahan, namun mereka malah seakan menjadi benalu dalam negara ini. Anggaran dari rakyat yang untuk rakyat belum terserap secara progres untuk kepentingan rakyat.

 Jadi fungsi DPR secara esensi mengalami disfungsi keberadaanya dalam mewakili rakyat. Karena mereka sudah tidak berpijak terhadap kepentingan rakyat sebagai publik yang diwakilinya. Melainkan kepentingan politik dari parpol dan pribadinyalah yang menjadi prioritas dalam pengambilan kebijakannya. Apalagi dalam UU Pilkada yang baru disahkan pada tanggal 26 Setember 2014 kemarin, seakan menjadi pelengkap sudah disfungsi DPR sebagai wadah yang aspiratif terhadap mayoritas rakyat Indonesia. Sampai hari ini tugas suci DPR ya  legislasi, budgeting dan controling. Tidak ada fungsi memilih kepala daerah dalam fungsi awal DPR di era reformasi ini.

Tanggungjawab Besar Bagi Anggota Dewan Baru

Menurut hasi survei dari beberapa lembaga survei menyebutkan bahwasanya kepercayaan publik terhadap pemerintah mengalami penurunan yang signifikan. Itu semua bermuara pada etika dan moralitas pejabat dan wakil rakyat tersebut yang ditunjukkan dalam mengemban amanat rakyat selama ini. Oleh karena itu pasca pemilu ini, banyak anggota dewan baru yang meramaikan bursa wakil rakyat untuk menunjukan kepada publik dan membuktikan janji-janji politiknya terhadap rakyat.

Tanggung jawab besar telah menantinya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Karena yang namanya birokrasi kepemerintahan harus ada komunikasi yang sejalan antara rakyat dan wakil rakyat. Koordinasi dan transparansi serta realisasi program yang bersinggungan langsung dengan rakyatlah yang menjadi alat dan modal utama untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Karena DPR dan rakyat adalalah komponen negara dalam berdemokrasi.

*Penulis Adalah Aktivis PMII Bojonegoro

11 September 2014

Diskusi Kecil Soal Peluang Kang Yoto

    Kamis, September 11, 2014  
Oleh : Didik Wahyudi*

Sepak terjang Bupati Bojonegoro, Suyoto atau lebih populer dipanggil kang Yoto dalam kepemimpinannya mampu menunjukkan berbagai prestasi bahkan sempat diganjar dengan berbagai penghargaan. Janjinya dalam komunikasi politik tebar pesona dengan jargon melebihi Lamongan mendekati kebenaran karena Bojonegoro mampu memproduksi penghargaan di berbagai bidang saat masa kepemimpinan kang Yoto.

Penghargaan tersebut tentu menarik perhatian berbagai pihak mulai akademisi, tokoh politik, peneliti dari luar negeri, aktifis sosial, kalangan pengusaha, tokoh agama, ataupun rakyat jelata.

Namun meski begitu kang Yoto kurang berhasil dalam hal menata PKL selama dua periode kepemimpinannya, seakan PKL menjadi langganan relokasi (atau bahasa aktifis menggusur) kesana kemari hingga berakibat mengurangi penghasilan mereka ke titik nadir. PKL kurang berutung saat masa pemerintahan kang Yoto lepas pro dan kontra soal berjualan diatas trotoar, dan atas ketidakberhasilannya menata maka diganjar penghargaan adipura.

Penghargaan dan prestasi berbagai bidang itulah yang mejadi alasan media menyebut kang Yoto berpeluang menjadi calon menteri dalam pemerintahan Jokowi-JK mendatang. Isu tersebut sempat santer dibahas berbagai kalangan baik resmi maupun komunitas-komunitas warung kopi bahkan tak ketinggalan tokoh politik lokal di Bojonegoro.

Gaung isu tersebut bahkan melebar karena beberapa aktifis media sosial yang dekat dengan Jokowi menghebuskan isu tersebut dengan kecangnya. Kang Yoto layak menjadi menteri dalam pemerintahan Jokowi-Jk, karena kapabilitasnya, integritasnya, prestasinya, pemikirannya dan mungkin jauh hari kang Yoto lebih dulu melakukan “blusukan” sebelum Jokowi popular dengan trend mark “blusukan”, tepatnya sekitar tahun 2007 lalu atau kurang lebih tujuh tahun lalu.

Lalu berbagai kalangan mengaitkan dengan gaya kepemimpinan keduanya jika benar-benar Kang Yoto menjadi menteri, Jokowi tetap blusukan ke berbagai pelosok Indonesia dan menterinya yakni kang Yoto juga melakukan blusukan.

Blusukan seakan menjadi benang merah dan kode alam keduanya, antara kang Yoto dan Jokowi. Keduanya juga cerdik dan pintar merangkul rakyat jelata hingga memunculkan rasa cinta yang kadang mejadi tidak kritis dengan kebijakan-kebijakan yang kurang menguntungkan mereka.

Cara blusukan inilah yang dicintai rakyat jelata setelah sebelumnya rakyat jelata merasa haus karena jarang disapa kepemimpinan sebelumnya. Rakyat merasa derajatnya sama dengan pemimpinnya saat pemimpinnya bisa tampil apa adanya di hadapan mereka serta bersendau gurau tanpa jarak.

Memakan apa yang mereka makan, meminum apa yang mereka minum dan berbicara dengan gaya bicara mereka. Blusukan seakan menjadi cara yang paling tepat untuk mewujudkan manunggaling kawula gusti atau bersatunya rakyat jelata dengan pemimpinnya.

Namun blusukan tentu berbeda dengan patron manunggaling kawulo gusti, karena blusukan akan menjadi ritus seremonial belaka jika tidak benar-benar melaksanakan keluh kesah rakyat dengan baik, dan rakyat sebenarnya tak menuntut banyak pemimpinnya jika sudah dekat dengan. Blusukan inilah yang mungkin untuk sebagian pihak menilai bahwa sangat pantas bahwa kang Yoto menjadi menteri.

Wacana menjadi menteri ini sempat saya diskusikan dengan ahli komunikasi dan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Dr. Ari Junaedi dan sebelum membuka pembicaraan lebih detail rupanya kami ada kesamaan pandangan soal peluang kang Yoto menjadi menteri.

Kami punya cara pandang sama bahwa Kang Yoto sangat tipis peluangnya menjadi menteri dengan bahasa yang paling mudah partainya saja bermusuhan dalam Pilpres kemarin bagaimana caranya mendekat ke Jokowi jika tidak beserta gerbong partainya.

Meski sebelumnya Hatta Rajasa pernah kepergok mengadakan pertemuan dengan Jokowi namun hal tersebut tidak menjamin ada kesepakatan, bahkan ada isu di kalangan tertentu pintu sudah tertutup bagi Hatta Rajasa.

Apalagi saat ini PAN makin bersebrangan setelah mendukung wacana soal pemilukada lewat perwakilan Dewan yang terhormat meski kang Yoto berbeda sikap. Peluang kang Yoto tetap tipis apalagi mungkin jika iya akan tetap dicemburui dengan tokoh partai koalisi Jokowi-Jk, apalagi kang Yoto juga tak berkeringat memperjuangkan pasangan tersebut bahkan menjadi lawannya untuk tingkat lokal.

Namun bagaimanapun juga kang Yoto masih tetap menunjukkan  berbagai prestasi selama memimpin Bojonegoro bahkan prestasi dan pengalaman Kang Yoto melebihi walikota Bogor Bima Arya yang juga berasal dari PAN. Tipisnya peluang tersebut diperkuat dengan pendapat Dr. Ari Junaedi yang juga pengajar S2 di Universitas Indonnesia dan S2 di Universitas Diponegoro Semarang, namun tipisnya peluang tidak menutup peluang lain yang jauh menggiurkan dan menantang jika kang Yoto mau melakukan. Peluang tersebut adalah merebut ketua umum PAN dalam Kongres sekitar awal tahun 2015.

Sosok kang Yoto sangat tepat untuk memimpin sebuah partai yang kini dipimpin Hatta Rajasa setelah kalah dalam Pilpres kemarin yang menempatkan sebagai calon wakil presiden. Sebagai simbol partai, Hatta Rajasa kurang menarik lagi untuk masa depan partai karena sudah bukan masanya lagi untuk memimpin partai, dan tidak memiliki gebrakan yang menarik bagi partainya setelah menjadi besan SBY dan sekaligus menjadi menterinya.

Partai PAN membutuhkan simbol kepemimpinan yang fresh untuk menaikkan elektabilitas serta membutuhkan pemimpin yang memiliki ide segar bagi perkembangan partai, dan hal tersebut ada pada sosok kang Yoto. Tidak banyak yang kita ketahui pimpinan teras PAN yang terbukti memiliki ide sebrilian kang Yoto dalam kepemimpinan semisal membuka peluang rakyat bertemu langsung dengan pemimpinnya dengan digelar dialog jum’at.

Rakyat dalam dialog jum’at dibebaskan mengeluarkan pendapat, menyampaikan masukan, mengkritik bahkan menghujat kebijakan pemerintah di depan kang Yoto sendiri. Dialog jum’at diakui berbagai pihak sebagai bentuk pemerintahan yang transparansi tanpa jarak dan perwakilan dengan rakyat langsung bahkan mungkin satu-satunya bupati yang tetap konsisten menggelar pertemuan dengan rakyatnya selama dua periode atau tujuh tahun.

Dan peluang itu ada pada saat ini, karena menurut Dr. Ari Junaedi yang juga berpengalaman menjadi konsultan politik di berbagai daerah di Indonesia, saat inilah masa bangkitnya pemimpin lokal di pentas nasional setelah keberhasilan Jokowi-Ahok menguasai ibukota, dan dilanjutkan Jokowi berhasil menjadi presiden terpilih. Dr. Ari Junaedi juga menambahkan bahwa peluang ini menjadi lengkap milik kang Yoto karena juga memiliki rekam jejak bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme serta sudah teruji dalam kepemimpinan lokal maka layak dinominasikan menjadi Ketua Umum PAN. “disinilah nilai lebih dari Suyoto Bupati Bojonegoro yang mendunia,” ujar Dr. Ari Junaedi meyakinkan dalam sebuah diskusi kecil dengan saya.

Pandangan tersebut tentu tidak main-main saat diucapkan oleh seorang ahli komunikasi politik yang sering diminta menjadi narasumber di berbagai stasiun televisi nasional dan punya pengalaman yang panjang dalam menganalisis jagat perpolitikan nasional. Saya semula tidak yakin dengan pendapat dosen pasca sarjana tersebut dan dosen tamu di berbagai universitas di Indonesia dan dosen tamu di universitas luar negeri itu, namun setelah saya cros cek antara Dr. Ari Junaedi dan kang Yoto tidak memiliki kedekatan secara pribadi, artinya pendapatnya murni dari seorang akademisi yang ilmiah.

Saya pun mulai tergelitik dengan pendapat tersebut dan meraba-raba rekam jejak kang Yoto di PAN, memang secara jenjang kepartaian beliau sudah saatnya masuk ke DPP setelah cukup berhasil memimpin DPW Jawa Timur. Namun yang menjadi pertanyaan, sampai seberapa jauh Kang Yoto memiliki jaringan internal PAN ? Bagaimana komunikasinya dengan DPW-DPW lainnya untuk merebut pucuk pimpinan ? Sudahkah kang Yoto membangun gerakan ? Sampai saat ini saya belum memiliki jawaban tentang soal tersebut namun jika hal tersebut dimulai sekarang maka pada awal tahun depan nama kang Yoto akan disebut-sebut dan dalam Kongres nanti gaungnya pun membesar dan menyatu, maka merebut pucuk pimpinan partai akan semakin menarik sembari menyelesaikan tugas sebagai Bupati daripada melompat menjadi menteri yang peluangnya cukup tipis.

*Pimred JTV Bojonegoro Dan Penyair

09 Juli 2014

Prilaku Remaja Di Bulan Ramadhan

    Rabu, Juli 09, 2014  
SuaraBojonegoro - Di dalam bulan Puasa tentunya banyak kegiatan yang dilakukan sebagian Umat Muslim dengan beribadah semaksimal mungkin. Tidak terkecuali dengan kalangan remaja dan anak-anak yang merupakan bagian dari keluarga atau lingkungan di sekitar kita. Sholat Tarawih, Tadarusan di Masjid atau Musholla, hingga Pesantren kilat di Sekolah, merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahunnya. Selain itu juga bagi anak-anak dan kalangan remaja yang berusia belasan tahun, bulan Ramadhan adalah momen yang sangat mereka tunggu.

Mungkin ini, tidak seperti bulan-bulan biasanya, di bulan Ramadhan, waktu malam terasa panjang untuk digunakan dengan berbagai rutinitas di Masjid dan rumah. Apalagi banyak orang tua yang memberi kelonggaran pada anaknya untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat saat tengah malam, seperti mengaji atau membangunkan sahur keliling kampung/ kompleks perumahan.

Yang menjadi budaya bagi sebagian remaja adalah kegemaran membangunkan orang sahur dengan menabuh gamelan, atau biasa di sebut Uklik, adalagi yang menyebut tong tong klek, atau kalau bahasa Sumberrejo Bojonegoro adalah Uprakan.

Kegiatan ini adalah membunyikan alat Musik berbagai jenis, ada kentongan, ada besi yang di benturkan, ada jerigen yang di tabuh, gong, rebana dan lain sebaginya yang bisa di manfaatkan. Merkepun rela bangun lebih awal dan bahkan untuk menunjukkan kekompakkan agar anggotanya tidak ada yang hilang, secara bersama sama mereka tidurdi Mushola.

Jam 2.00 WIB tiba para remaja ini langsung bergegas menyiapkan peralatan mereka dan melakukan kegiatan rutin membangunkan warga muslim untuk melakukan kegiatan sahur bagi yang berpuasa, dan bagi yang tidak berpuasa mungkin akan menganggu pulas tidur mereka.

Kegiatan Sebagian remaja yang membangunkan warga untuk sahur ini sangat berdampak positif, dan tidak sedikit warga yang senang dengan kegiatan ini, namun dari para remaja dan bahkan anak anak yang melakukan kegiatan membangunkan orang sahur tampaknya tidak ada tendensi atau berharap imbalan, inilah terkadang yang membuat keikhlasan ini tumbuh dari prilaku anak anak remaja ini.

Namun tidak semuanya demikian, ada juga sebagian remaja yang memanfaatkan malam dengan kegiatan yang menganggu kenyamanan dan ketentraman masyarakat dianataranya adalah balapan liar, yang sering terjadi di jalan Veteran Bojonegoro,lepas tengah malam, sering sekali kita jumpai segerombolan anak muda yang melakukan kegiatan bahaya ini, tanpa ada yang bisa mengendalikan atau membubarkanya.

Patut disayangkan jika acara balapan liar itu justru memakan korban dari pelakunya sendiri, entah menabrak kendaraan lain atau menabrak sisi pembatas jalan. Terlebih lagi adalah jika sang pembalap liar itu meninggal sia-sia, hingga hilanglah harapan dari keluarganya untuk berkumpul bersama di hari Idul Fitri.

Nah selain balaban Liar, ada juga kegiatan remaja yang juga menggunakan motornya untuk saling menjaga gengsi dan menganggu ketentraman masyarakat, yaitumembunyikan motornya secara keras dengan sengaja knalpot di jebol dan suaranya menjadi besar, hal tersebut justru di lakukan saat pagi hari setelah subuh.

banyak kita temui kejadian tersebut di jalan jalan yang jauh dari pemukiman, si perbatasan Desa yang menghubungkan anatara kecamatan Rengel dan Plumpang. dan prilaku para remaja ini  mendapatkan perhatian yang tidak miring dari masyarakat sekitar, karenasuara keras puluhan motor ini sangat menganggu masyarakat.

Banyak prilaku remaja lain di dalambulan ramadhan yang seharusnya dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan ibadah, justru tidak sedikit pula yang terjerumus dengan budaya yang sebenarnya tanpa kita sadari sangat menganggu lingkungan masyarakat.


Penulis: Malinda Syilvia

07 Juli 2014

Menakar Kesiapan Sekolah Melaksanakan Kurikulum 2013

    Senin, Juli 07, 2014  
SuaraBojonegoro- Implementasi kurikulum 2013 serentak dilaksanakan di semua sekolah, baik di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) maupun madrasah di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag) pada bulan Juli tahun ini. Pro kontra yang mengiringi keputusan diberlakukannnya kurikulum 2013 tidak menghalangi pemerintah untuk memberlakukan kurikulum 2013 sebagai panduan pendidikan di Indonesia saat ini. Berbagai persiapan telah dilaksanakan pemerintah (Kemdikbud), mulai dari tahap sosialisasi sampai tahap pelaksanaan. Sejak tahun lalu, Kemdikbud telah melakukan pelatihan kepada para guru, baik sebagai Instruktur Nasional maupun guru sasaran. Beberapa sekolah juga sudah ditunjuk untuk melaksanakan kurikulum 2013, mulai dari SD, SMP sampai SMA/SMK. Buku guru dan buku siswa juga disediakan pemerintah, dengan harapan guru dapat mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah.
Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum 2013

Sampai akhir tahun pelajaran 2013-2014 ini, masih banyak kendala ditemui terkait pelaksanaan kurikulum di sekolah. Diantaranya adalah masih tumpang tindihnya antara materi matematika wajib dengan matematika peminatan. Ada materi matematika peminatan yang diberikan di awal semester gasal tetapi materi dasarnya diberikan di matematika wajib pada awal semester genap. Belum adanya buku matematika peminatan yang disiapkan oleh pemerintah sebagaimana buku matematika wajib. Variasi soal-soal tantangan pada buku kurikulum 2013 berupa soal-soal level OSN (Olimpiade Sains Nasional) menjadi problem tersendiri bagi guru, karena penyelesaian soal-soal OSN membutuhkan kemampuan analisis tingkat tinggi yang belum tentu dimiliki oleh semua guru.

Selain itu, masih belum semua guru memahami tentang kurikulum 2013, terutama terkait dengan standar proses dan standar penilaian. Pada beberapa kasus, masih banyak ditemui kendala dalam pelaksanaan pendekatan saintifik di kelas. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasi dirasa cukup memberatkan guru dan memakan waktu. Banyak guru mengeluh bahwa sulit sekali membuat anak bertanya terkait materi atau masalah yang disampaikan guru. Akibatnya, pada saat tahap menanya, dan ternyata tidak ada siswa yang bertanya, dianggap semua siswa sudah paham dan dilanjutkan ke tahap berikutnya. Padahal, ketika siswa tidak bertanya, ada tiga kemungkinan kondisi yang dialami siswa, yaitu siswa sudah paham, siswa tidak berani tanya, atau bahkan tidak tahu apa yang harus ditanyakan.

Pada tahap mencoba atau menalar dan mengasosiasi. Beberapa guru mengeluhkan bahwa tahap ini memakan waktu yang lama, karena siswa tidak terbiasa membaca dan memahami sendiri materi yang akan dipelajari. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) maupun belajar penemuan (Discovery Learning) menjadikan penghambat dalam menyelesaikan materi tepat waktu. Akibatnya, guru kembali menggunakan metode ceramah agar siswa cepat paham dan materi selesai tepat waktu. Belum lagi masalah penilaian autentik yang dirasa sangat merepotkan guru karena guru tidak hanya melakukan penilaian pengetahuan (kognitif) melalui tes tulis atau lisan, tetapi juga harus melakukan penilaian sikap dan penilaian ketrampilan sekaligus dalam satu paket penilaian.

Sebenarnya kalau mau dipahami secara jujur, permasalahan sebenarnya bukanlah terletak pada sulitnya menerapkan pendekatan saintifik maupun penilaian autentik pada saat pembelajaran. Akan tetapi lebih kepada belum berubahnya pola pikir (mindset) guru terkait dengan pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered Learning) dan pembelajaran yang mengaktifkan siswa (Active Learning). Sekian lama guru maupun siswa terbiasa berada pada zona nyaman proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Guru lebih suka menggunakan metode ceramah karena dirasa sangat efektif untuk memahamkan siswa akan materi yang akan dipelajarinya dan materi bisa “dikondisikan” selesai tepat pada waktunya. Dalam metode ceramah, pembelajaran diawali dengan guru menjelaskan materi dan memberi contoh soal, kemudian siswa diberi latihan soal. Siswa pun lebih senang pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, karena siswa tinggal duduk, diam dan mendengarkan penjelasan guru. Mengerjakan latihan soal pun menjadi lebih mudah karena siswa tinggal melihat prosedur penyelesaian soal seperti yang dicontohkan guru. Akibatnya, jika siswa menemui soal yang tidak sama dengan yang dicontohkan guru, siswa enggan menyelesaikan soal tersebut dengan alasan belum dijelaskan oleh guru. Baik guru maupun siswa kurang menyadari bahwa pembelajaran dengan metode ceramah menjadi tidak bermakna karena siswa mudah melupakan materi yang telah didengarkan. Inilah sebenarnya tantangan terberat guru dalam melaksanakan kurikulum 2013, yaitu mengubah mindsetguru untuk siap dengan perubahan.

Kendala Pelaksanaan Kurikulum 2013

Pelatihan, workshop maupun bimtek yang diselenggarakan Kemdikbud ternyata belum menjangkau seluruh guru. Masih ada guru yang belum mengikuti sosialisasi maupun pelatihan kurikulum 2013. Ini menjadi kendala tersendiri dalam melaksanakan kurikulum 2013 secara serentak tahun ini. Guru merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum 2013. Kesiapan guru mutlak menjadi faktor utama kesuksesan pembelajaran. Jika guru tidak paham dengan standar proses dan standar penilaian kurikulum 2013, maka ujung-ujungnya guru akan kembali menggunakan pembelajaran dengan cara konvensional tradisional, yaitu guru sebagai pusat belajar (Teacher Centered Learning). Jika kondisi ini dibiarkan, sebaik apapun kurikulum dibuat, maka tidak akan memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia karena pelaku pendidikan (guru) tidak mampu melaksanakannya dengan baik.

Kendala berikutnya adalah pengadaan buku guru dan buku siswa. Sampai saat ini, masih banyak sekolah yang belum mendapatkan buku guru maupun buku siswa dari pemerintah. Kondisi ini akan menghambat pelaksanaan pembelajaran, karena buku merupakan salah satu sumber belajar yang penting. Selain itu, pada buku guru edisi revisi, diberikan penjelasan tentang hal-hal yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pendekatan saintifik. Hal ini sangat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Bisa dibayangkan bagaimana proses pembelajaran akan berlangsung efektif kalau gurunya belum memahami benar kurikulum 2013 dan tidak ada buku guru maupun buku siswa yang mendukung belajar siswa.

Standar penilaian kurikulum 2013 mengharuskan guru melakukan penilaian autentik, meliputi penilaian pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam satu paket sekaligus. Dalam prakteknya, guru harus membuat perencanaan penilaian dan perangkat penilaian, seperti menyusun jadwal penilaian, jenis penilaian, dan instrumen penilaian. Pada penilaian pengetahuan, soal tes harus bisa mengungkap kemampuan analisis siswa. Pada penilaian sikap, guru harus menyesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai pada setiap Kompetensi Dasar (KD). Sedangkan pada penilaian ketrampilan, guru harus menentukan aktifitas belajar atau tugas apa yang sesuai dengan KD yang ingin dicapai. Ini menjadi tantangan yang tidak mudah bagi guru. Apakah guru akan melakukan penilaian autentik dengan sebenar-benarnya? Terlepas dari semua kendala yang dihadapi terkait pelaksanaan kurikulum 2013, kita patut mengapresiasi positif niat pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Semua komponen dunia pendidikan harus mendukung pelaksanaan kurikulum 2013. Sekolah harus memotivasi dan menfasilitasi guru untuk mengembangkan diri dan meningkatkan potensi diri. Guru harus aktif dalam berbagai kegiatan pelatihan, workshop, seminar maupun forum guru seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Melalui kegiatan MGMP diharapkan para guru dapat sharing ide tentang bagaimana melaksanakan pembelajaran yang mengatifkan siswa, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Bagaimana pendapat anda?



Penulis : Hidayat Rahman (Kepala SMK Negeri Purwosari Bojonegoro)

04 Juni 2014

Cerita Dibalik Tulisan

    Rabu, Juni 04, 2014  
Foto : Budi CC-line
Cerutu hitam tampak mengepul asapnya hingga beterbangan kesana kemari. Dengan santainya kakek tua itu menikmati sisa-sisa hari tuanya. Bahkan setiap malam datang ia hanya berteman dengan 2 buah lampu teplok kecil yang ada di dinding bambu. Kali ini si kakek bertengger di depan rumah sambil kipas-kipas dengan kipas anyaman bambu. 

Ia adalah kakek Somat penghuni gubuk dengan dinding bambu yang kian reyot karena termakan usia serta beratapkan jerami. Tampaknya kehidupan tidak berpihak padanya. Sepeninggal istri tercintanya kakek yang kini lansia itu memutuskan untuk tetap tinggal sendirian di dalam gubuk itu.

Makan minum bahkan untuk keperluan lain-lain sengaja ia tak ingin menyusahkan tetangga kanan kirinya. Ia hanya bergantung pada alam, entah musim hujan atau kemarau ia tak peduli ia tetap berusaha naik turun lereng gunung yang terjal setiap hari hanya demi sebuah nama hidup.

Menurutnya hidup yang seperti ini lah yang membuatnya nyaman dibandingkan harus tinggal bersama anaknya di kota metropolitan. Marwan adalah anak kakek Somat dengan istrinya yang telah almarhumah 10 tahun lalu. Namun Marwan memiliki tabiat yang buruk, bahkan tampaknya Marwan tak bisa menerima kehadiran kakek Somat saat waktu lalu berkunjung kerumah anaknya itu.
        
"Aku lebih suka begini nak, sebenarnya berat tapi mau bagaimana lagi?" Curhat kakek Somat ketika aku betanya soal hidupnya.

"Sebenarnya faktor apa kek yang membuat anak kakek tidak peduli terhadap keadaan kakek?" Tanyaku menggali informasi.
         
"Entahlah nak, saya juga tak mengerti dengan perlakuan Marwan. Mungkin ia malu terhadap saya yang orang miskin ditambah lagi orang desa." Kembali menjawab pertanyaanku dengan tatapan jauh seperti menembus dinding beranyam bambu itu.
          
"Seperti apa sih perlakuan anak kakek?" Tanyaku kembali.
         
"Ya, ketika saya pernah mengunjungi dan ingin tinggal di rumahnya, tapi ia membentak-bentak saya. Bahkan saya seperti tak ada harganya lagi. Padahal ia adalah anak kakek satu-satunya." Tiba-tiba saja air mata kakek sebatang kara itu meleleh dan membasahi pipi kerutnya.
          
"Yang sabar ya kek, semua pasti akan ada hikmahnya." Balasku seraya menenangkan kakek tua itu.
         
"Iya...nak, saya selalu sabar." Tambah kakek.

Ku lanjutkan kembali mewawancarai kakek malang itu,
"Lantas jika kakek tiba-tiba sakit bagaimana?"
          
"Huuuuffftt......." Kakek menghela nafas panjang.
          
"Hanya tetangga yang  masih  mau baik dengan saya nak, mereka kadang menjengukku, bertanya keadaanku dan mungkin mereka melakukan itu karena mereka iba melihatku seperti ini. Diacuhkan oleh anak kandung sendiri. Tetapi kakek sebenarnya tak ingin dikasihani." Jawaban kakek Somat dengan lembut bahkan air mata diujung matanya menetes kembali membasahi tangannya yang nampak buyutan itu.

***
Iya itulah sekilas tulisan tanganku tentang kakek Somat yang sengaja aku buat untuk sekedar memenuhi obsesiku menulis cerpen. Namun ternyata ada rasa yang tiba-tiba sesak diantara rongga dadaku setelah sesaat aku menuliskan cerita pendek tersebut. Mungkin karena begitu banyak pelajaran yang ku dapat dari wawancara bersama kakek Somat, pelajaran kasih sayang. Aku adalah seorang jurnalis disalah satu majalah ternama di kota ini, jadi tak heran jika aku menulis ini itu. Namaku Reza Ardiano dan aku bukanlah seorang sarjana yang memiliki embel-embel di belakang nama.

Aku bisa bekerja sebagai jurnalis karena semasa SMA aku ulet mengikuti extrakulikuler Jurnalistik untuk majalah di sekolahku, sebut saja majalahnya LENSA DUNIA. Sehingga saat aku lulus lebih memudahkan aku melanjutkan karierku di dunia jurnalistik. Semenjak aku bergelut dengan pekerjaanku ini, tiba-tiba saja aku memiliki hobby baru. Aku lebih sering menulis, entah menulis apa itu. Mulai puisi, opini bahkan cerpen.

Dan suatu ketika aku menjalankan tugas mencari berita disalah satu desa tepat di bawah lereng gunung, aku seperti tertarik oleh magnet kehidupan kakek-kakek tua renta yang telah ditinggalkan oleh istrinya karena meninggal dan anaknya karena malu memiliki Bapak yang telah tua jelek bahkan miskin.
          
Memang diluar tugasku untuk acara realita, namun aku keinginanku untuk mewawancarai kakek itu semakin besar. Bukan karena apa-apa, namun tiba-tiba ambisiku datang untuk membuat sebuah cerita hidup kakek lereng gunung tersebut.
           
Dan cerpen tentang kakek Somat inilah yang ternyata mampu merubah hidupku untuk lebih memperhatikan orang yang sayang kepadaku, Ibu dan Ayah terutama.

"Terima kasih kek, engkau memberikan pengajaran yang sangat berharga bahkan nilainya tak pernah bisa ditukar dengan apapun." Ucapku dengan lirih seraya mencium beberapa lembar cerpen yang akhirnya ku beri judul "Cahaya Diantara Cahaya" yang tokoh utamanya adalah kakek Somat.

 (Di Tulis oleh: Sulistya Windyasari/SuaraBojonegoro)

02 Juni 2014

Ku Rindukanmu

    Senin, Juni 02, 2014  
Foto: Ilustrasi
Kulihat seluruh sudut sekolah namun nampaknya masih saja sepi. Langkah kaki ini semakin tak beraturan, ada pikiran yang sangat berkecamuk disana. Seperti ingin segera ku selesaikan. Pintu kelas terbuka lebar, segera aku masuk dan ku hempaskan seluruh badanku di bangku. Tiba-tiba saja air mata ini mengalir seperti air sungai yang akan menuju muaranya.

"Tuhan, salahkah aku dilahirkan dan hidup di dunia-Mu ini." Gumamku.

Kembali ku mengusap air mata ini sesekali ku bertanya, "Ayah, haruskah aku merasakan pahitnya hidup ini? Aku merindukanmu Ayah, tapi apakah kau merindukanku pula? Tapi rasa kebencian ini semakin besar jika aku merindukanmu" Air mata macam apa ini, mengalir tanpa batas bahkan semakin deras. Ku tatap dengan tajam papan tulis depan ku seakan ada bayangan seorang laki-laki paruh baya yang tak asing lagi bagiku.

Ku mendekat dan semakin dekat, bayangan itu senyum dengan sinis dan mengerutkan dahi serasa ada gejolak dalam hatinya.

"Ayah !!" Hanya satu kata yang ku ucap.

Namun setelah ku mendekat dan ingin ku memeluknya, tiba-tiba saja bayangan itu menghilang. Ku tertunduk lemas, ada kekecewaan yang tak bisa ku jelaskan. Kekecewaan yang terjadi seperti 5 tahun yang lalu, Ayah ku seperti srigala yang selalu buas. Itu pun terjadi pada Ayahku, ia selalu seperti orang yang terbakar jenggotnya ketika pulang malam dari acara berpangku tangannya. Kekalahan membuatnya murka.
      
Pernah suatu saat ketika ia kalah banyak terhadap teman mainnya sebut saja Togar. Ia pulang dalam keadaan mabuk, badannya tak mampu lagi menopang jalannya. Namun sampai di rumah ia buas, Ibu selalu menjadi sasarannya yang ketika itu aku masih duduk di bangku SD. Aku hanya diam dan menangis di sudut ruang menyaksikan perlakuan Ayah terhadap ibu tanpa berani melakukan perlawanan.
       
Mungkin dari kejadian itu atau bahkan karena faktor lain, akhirnya Ayah dan ibu berpisah. Aku tak bisa menerima kenyataan ini, aku memberontak. Aku tak ingin orang tua ku seperti ini tetapi aku juga bisa merasakan luka pada ibuku selama bersama ayah.
       
Bahkan sejak itulah aku tak pernah bertemu ayah lagi sampai saat ini. Dulu memang aku membenci karena tabiat buruknya, tapi kini aku merindukan sosok Ayah. Tak ku sadari bahkan tiap aku menyaksikan seorang anak bersama ayahnya aku selalu iri. Kejadian 5 tahun silam menguras semua kebahagiaanku bahkan sampai aku tua nanti.
       
 "Kriiiiiing...kriiiiing...." Bunyi bel sekolah tanda waktu belajar dimulai. Aku bergegas berdiri dan mengusap usap air mata yang masi membasahi pipi. Nampak dari pintu kelas sosok Anak manusia menghapiriku, dia adalah Fanya sahabatku.
      
"Heiii Nia, kamu kenapa kok bengkak begitu matanya? Kamu sakit?" Sergap Fanya.

"Ohh gak kok, aku gak apa. Ya sudah kita duduk yuk lagian sudah ada pak Ibrahim tuh." Jawabku.
Aku dan Fanya duduk satu bangku, dia hanya diam memandangku dengan pilu. Tatapanku kosong yang ku fikirkan hanyalah satu, "Dimana Ayahku." Iya itulah pertanyaan yang selama ini belum mampu ku pecahkan jawabannya. "Dan apakah benar seperti orang bilang, waktu yang akan menjawabnya? Entahlah !!" Gumamku dalam hati seraya melinangkan air mata. [bersambung]

Sulistya Windya Sari
Alumni SMA Negeri 1 Kalitidu

24 Mei 2014

Kembali Ke Dewan, Mitroatin Kedepankan Aspirasi Masyarakat

    Sabtu, Mei 24, 2014  
Kembali Ke Lembaga Legislatif, sebagai peran penting dalam penyambung aspirasi masyarakat, menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bojonegoro, merupakan tugas yang tidaklah Ringan, Karena dengan Kepercayaan Masyarakat yang begitu besar dengan perolehan suara sebanyak 6.400 suara dari Partai Golkar, Mitroatin, kembali harus duduk di kursi Dewan sebagai Wakil rakyat dari dapil VI (empat), dan menerima kepercayaan masyarakat kembali sebagai wakilnya, guna peningkatan segala pembangunan melalui aspirasi dari rakyat yang harus disampaikan melaluinya.

Perempuan yang pernah di pilih masyarakat desa Tanjung Kecamatan Tambakrejo ini, memiliki kesahajaan dengan masyarakat, dan mengerti dengan apa yang menjadi harapan Rakyat dengan bukti kongkrit saat 5 (lima) tahun ini dipercaya menjadi anggota DPRD Bojonegoro. Dan memberikan upaya pembangunan besar terhadap masyarakt dengan menjalankan berbagai program yang ada seperti keinginan masyarakat, baik melalui penyampaian jaring aspirasi ataupun, turun langsunng ke masyarakat guna mengetahui apa yang menjadi persoalan dan keinginan di masyarakat.

Seperti yang di tuturkan salah satu warga desa Gading Kecamatan Tambakrejo, Sukadi, bahwa Mitroatin selama lima tahun menjadi DPRD mau peduli dan menerima keluhan masyarakat di bawah, "jika ada masalah terkait urusan pembangunan kami sering berkomunikasi dengan bu Mitroatin, tak hanya itu saja masalah apapun, bahkan masalah keluarga sekalipun warga sini banyak yang mengadi ke beliau," ujar Pria beranak dua kepada SuaraBojonegoro.com.

Mendapatkan suara terbanyak di partai Golkar, adalah kerja keras Mitroatin selama 5 (lima) tahun memberikan yang terbaik di masyarakat selama menjadi anggota Dewan, ketellitian dan kehati hatian yang bisa jalankan semua tugas dan fungsi sebagai anggota Dewan guna memenuhi kebutuhan masyarakat melalui aspirasi yang di bawanya ke dalam lembaga legislatif, hal tersebut terbukti dipercayanya Mitroatin sebagai sekretaris Komisi B, dan juga menjadi Ketua Pansus di DPRD Bojonegoro.

"Bisa menempatkan diri di masyarakat, dan memahami apa sebenarnya yang diinginkan Masyarakat memang harus berhati hati, terkadang apa yang kita lakukan untuk kebaikan semua belum tentu di pandang baik, jadi saya berusaha terus mengikuti keinginan masyarakat, karena saya adalah tangan mereka", tutur wanita yang juga menjadi Penasehat Muslimat NU Kecamatan Tambakrejo ini.

Pengalamannya menjadi Kepala Desa, menjadikan dirinya lebih Dewasa, untuk menjadi sosok pemimpin masyarakat, meski seorang wanita, karena terkadang wanita yang telaten dan sabar bergumul dengan Masyarakat banyak dan berbagai karakter. Meskipun demikian Mitroaatin juga tak meninggalkan kodrat sebagai wanita, untuk suami dan kelurganya, dia juga aktif dalam kepengurusan Fatayat NU di tingkat Cabang NU Bojonegoro, inilah modal kedekatan mitroatin kepada masyarakat dengan memberikan pengajian pengajian di berbagai acara perempuan.

Banyak harapan masyarakat ke depan, terhadap Mitroatin, yang terpilih kembali menjadi anggota DPRD Bojonegoro sesuai dengan penetapan KPU K Bojonegoro, agar mampu lebih bisa memeberikan yang terbaik terhadap masyarakat, dan mitroatinpun juga berharap segala himbauan, masukan serta kritik dan saran dan masyarakat akan menjadikan peningkatan kerjanya yang lebih baik, "saya tidak bisa kerja sendiri, masyarakatlah yang harus ikut berperan, karena saya juga wakil dari mereka, berbagai keinginan dan harapan untuk pembangunan ke depan, agar ada komunikasi lancar, dan saya membuka komunikasi dengan siapapun", kata Pengurus Al Hidayah DPD Partai Golkar Bojonegoro.

Harapan besar mitroatin, dengan terpilihnya kembali dirinya di Lembaga Wakil Rakyat, akan bisa menjadi pembawa aspirasi masyarakat guna peningkatan prose berjalanya pembangunan dan penataan ekonomi di masyarakat dengan segala program yang ada, melalui berbagai aspirasi Mitroatin yakin akan mampu menjalankan amanat sebagai wakil rakyat, tentunya harus ada keseimbangan anatara dirinya dan masyarakat. Sehingga di harapkan 5 (lima) tahun kedepan, bisa menjalankan tugas dan fungsinya sebagai anggota Legislatif di DPRD Bojonegoro dengan Baik. (Adv/SuaraBojonegoro)
© 2018 SeputarBojonegoro.comDesigned by Bloggertheme9