Wujud Dari Pada Mimpi Kenyataan Yang Harus Dihadapi
Oleh : Ahmad Zayyinul Khasan (A’an)
Malam minggu begitu sepi, tiada seorang pun menemani, ku merasa tak dibutuhkan di dunia ini, semua teman-teman ku bermalam mingguan bersama cewek nya masing-masing, sedangkan aku hanya bias menikmati sebatang rokok murahan, disertai kopi asli buatan sendiri, ku tahu tampang tak menarik, dan harta pun tak punya, apalagi kepandaian jauh di bawah rata-rata, motor yang juga menjadi pusat perhatian pun juga tiada.
Teman-teman yang biasa ngobrol bareng sambil gitar-gitaran, tetapi ini malam minggu, semua teman aku ada acara masing-masing bersama bojonya (Pacar), tetapi itupun kusadari manusia tak sama nasibnya.
Ayahku seorang petani berpenghasilan rendah, sedangkan ibuku penjual sayur keliling, aku sedikit minder mempunyai orang tua seperti itu,tetapi mau gimana lagi takdir, takdirnya sudah begini ya gini aja,namun kucoba untuk sedikit mensyukuri itu semua.
Aku anak sulung dari dua bersaudara, adik ku masih kecil, aku pernah berpikir tuk masa depan, kalau nanti sudah dewasa yang sesungguhnya,apa aku harus terus berharap pada orang tua, kini aku hanyalah seorang pengangguran yang masih berumur enam belas tahun, aku ingin melanjutkan sekolah, tetapi orang tua serba kekurangan, karena aku tak mau menambah beban orang tua, sementara ini aku harus menjalani hidup seperti ini.
Tiap hari di rumah pekerjaanku di rumah hanyalah melamun cewek,ngelamunin cewek yang baik luar dan dalam nya, terkadang aku membantu orang tua membersihkan rumah, aku harap adik ku kelak kalau dewasa tak seperti aku.
Adik ku laki-laki yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), adikku pandai, rajin, taat sama orang tua, jauh berbeda denganku, bodoh malas, dan tak taat dengan orang tua.
Pagi-pagi setelah aku sarapan, aku mangkring di depan rumah, depan rumahku terdapat angkruk bambu besar, tiada begitu banyak tanaman dan halaman pun dipenuhi debu-debu kotor, sejenak kemudian temanku pun datang, Fikri seorang temanku yang bermotor GL- Pro serba modif, dia mengajak ku jalan-jalan ke Alun-alun kota yang tak jauh dari rumahku.
Tanpa pamitan pada orang tua langsung saja aku pergi, aku sangat bersyukur mempunyai teman-teman yang perhatian dan baik seperti Fikri.
Kelima kalinya Fikri mengajak ke Alun-alun kota, aku ada sedikit perbedaan + kelebihan dari teman-temanku, warna kulihat lebih cerah dibandingkan mereka, karena aku jarang keluar rumah pada siang bolong,kalau disuruh ngarit, macul aku gak pernah mau (biasa gengsi).
Sedangkan teman-teman ku, sebagian besar tukang ngarit, ngedos, macul, karena itu kulit aku sedikit terjaga.
Dua kali berturut-turut muter keliling Alun-alun, kemudian aku turun di tugu pertigaan, Fikri pun kemudian menawariku sebatang rokok Djarum super favorit nya dilanjut menghidupkan MP3 ponsel bermerek Nokia N70 nya, akhirnya akupun hanya oke-oke saja.
Dua puluh menit lebih aku nongkrong ditugu pertigaan, tiba-tiba kumelihat dua cewek berboncengan mengendarai MIO Sporty berwarna merah hitam, dan masing-masing berhelem Takachi .
Fikri yang pecinta wanita segera kuberitahu, langsung dimatikan MP3 nya, dan mematikan rokok yang baru saja dihisapnya, tanpa kebanyakan ulah dia menyalahkan motor juga membentak padaku seraya berkata “Ayo Kejar Choy!” Lagaknya jika ada cewek pasti matanya hijau bagaikan
daun.
Fikri pun terus menancapkan gas nya tinggi-tinggi, dan akhirnya pun terkejarlah cewek-cewek itu, tanpa malu dan permisi, fikri pun langsung mengajak kenalan sambil menatap sungguh-sungguh wajah mereka dibalik kaca helm nya.
Aku pun juga ikut menatapnya ternyata tak sia-sia kita mengejar kedua cewek itu, ternyata keduanya sama-sama cakepnya, fikri pun tak lelah-lelah mengobroli mereka, selang beberapa ratus kilo meter kita pun berpisah.
Dan kedua cewek tadi pun mengatakan pada kita berdua “bye-bye” disertai senyuman manis nya, dan akhirnya kita pun hanya bisa termenung, seraya membalas kata dari cewek manis dan imut tadi “bye-bye” kembali juga!, dan aku pun tertawa ha…ha….ha….!?.
Nama dan nomer Hp mereka pun sudah sudah diketahui, yang depan nyetir bodi bohai namanya siska, yang bonceng bak gitar sepanyol namanya Tia, hah...!? nama yang cantik, sesuai dengan wajahnya, batinku………..!?.
Fikri memberi nama, bukan nama aslinya, akan tetapi menggunakan nama samaran (nama palsu), Rofi, Akhirya akupun juga mengikuti gaya fikri nama aku Andra, kenapa ya aku menggunakan nama itu!?, jawabnya pastilah karena aku fans berat Andra & the backbone, sekali-kali boong
dikit kan boleh, he….he….he…..!?.
Setelah nyampek rumahku fikri pun yang hobinya menggoda wanita, terus ber-aksi seraya menelefon para cewek-cewek cantik tadi, seraya mengajak ketemuan, aku tak begitu dengerin suara fikri, tapi yang jelas kedua cewek tadi tak menolaknya.
Sudah sepantasnya cewek-cewek pada kecantol sama fikri, tampang Ok, penampilan Ok, duit pun juga Ok, pokoknya semua serba Ok!, gak kyak aku…, jelek, miskin, alaaaaaaaaaaaaaaah lama-lama aku bosan, jelekin diri sendiri.
Siska dan Tia maunya ketemuan senin malam di Alun-alun kota, sebenarnya fikri udah punya pacar, tapi biasalah laki-laki zaman sekarang, kalau gak punya cewek lebih dari satu, kurang dari lima, gak ngetrend katanya.
Tepak, malam selasa, fikri gak ada acara sama ceweknya, So kalau begitu kita jadi ketemuan sama Siska dan Tia, waktu begitu cepat bergulir, malam kini telah tidurkan mentari, saatnya sang pangeran kesiangan, menemui calon gebetan baru nya.
Setelah shalat isya’ fikri menjemputku, dengan penampilan full mengikuti zaman, bersama Gl – Pro nya, aku memakai jaket hitam pemberian sepupuku, celana borju murahan, plus sandal jepit sedikit berkualitas, rambutku pun yang tidur tak bangunin, menggunakan Gatsby wax.
Tanpa basa-basi dalam dompet hinggap duit sepuluh ribu perak, celenganku selama empat hari, tak lupa satu bungkus rokok LA Light setelah itu aku pun bergegas cabut dari rumah tak lupa aku izin sama orang tua, dan Al-hamdulillah Izinpun terkantongi.
Belum sempat satu udut rokok aku hisab habis, perjalanan pun grelia mencari dua cewek tadi pun masih terus menerus tanpa lelah fikri memegang gasnya, karena sangking semangat, ingin ketemu calon gebetan barunya.
Tak lama kemudian, kita berhenti, dan sudah ditunggu sama sang bidadari dunia, Siska dan Tia, ooops ternyata mereka tak hanya ber-dua ternyata mereka membawa tiga temannya.
2 Vs 5, menang mana ya!?, dengan segera kita turun dan kenalan, dengan teman-temanya siska dan Tia.
Yang satu biasa-biasa aja, namanya Rina, ber-bibir sexy tapi berambut kriting, yang satunya lagi, berambut ala Avril lavigne, lumayan cakep namanya Alfi, dan yang satunya lagi …! Ck…ck…ck…, bukannya aku menghina, kulihat hitam kurang manis.
Tapi, Fikri dan aku pun, mengakui, body bagaikan gitar spanyol, namanya Ely, membuatku buta, melihat lika-liku tubuhnya yang indah, subhanallah Indanya ciptaan tuhan hem…!?.
Lebih dari satu jam, satu bungkus LA Light 12 batang amblas tinggal bungkusnya aku sedot, kita semua ngobrol bareng, seperti Musyawaroh kubro, dari alamat, sekolah, status, pokoknya tetek bengek dibahas semua.
Alangkah senangnya ngobrol bareng cewek – cewek baru (baru berteman), dari kelima cewek itu kutatap dengan seksama, hanya seorang Tia lah yang dapat menarik isi dada ini, kalau bicara lemah lembut, kayak kapas yang baru mekar dari bunganya.
Senyumnya manis, yang manis semanis madu, membuat kedua mataku tak berkedip, wajahnya yang pretty and whith, mencerahkan suasana, saat kulihat wajahnya, dia juga melihat wajahku, aku mau dikit, hanya dikit kok sedikit saja!, ha’……, saat ku senyum dia pun juga senyum, rasanya kayak ada apa-apanya gitu.
Fikri yang dari tadi mengawasiku, berbisik “Cinta ya…!?, akui saja” Kubalas bisikannya dengan senyum, aku malu mengatakannya, tiba-tiba malam larut, kita berpisah yaaaah….berbalut penyesalan karena kurangen alias terlalu cepat aku berkata dalam benak hatiku, seandainya waktu bisa diulangi, pasti kuingin ulangi waktu yang seperti saat ini.
Jam menunjukkan Pukul 21.15, aku nyampek rumah, aku tak lupa berterimakasih pada sahabat dekatku Fikri alias Chodot (Panggilan jelek Fikri), karena dia sudah menjemput, sekaligus mengantarku, kemudian aku pun seraya merebahkan tubuhku dan istirahat, sambil nonton Tv, terpikir dalam benak otak ku dan terbayang wajah bidadari yang ku idam, Tia itulah namanya, seraya mata ini lelah dan akhirnya terpejam dalam peristirahatan, tertidur diatas meja kursi empuk panjang depan Tv.
Paginya aku bangun terasa segar, tapi kulihat matahari sudah tinggi, gara-gara mikirin Tia, telat tidur dah….!?, segeralah aku mengambil air wudlu, kemudian shalat subuh, kok gak ada yang bangunin ya…?, biasanya aku bangun sendiri.
Oh iya..!?, ayah dan ibuku sudah berangkat kerja, adikku gak berani bangunin aku, kemudian setelah shalat subuh biasa breakfast, setelah itu biasalah nungguin yayank-yayank cantik.
Tak lama kemudian datanglah Fikri kerumahku, tapi dia kelihatannya tak sendiri, dia bersama kawan lama, Maman friend waktu SMP, Maman sekarang sama denganku, gak sekolah soalnya dia punya kerjaan bengkel dirumahnya, dia datang kerumahku dengan motor kesayangannya.
Fizz R rasa Jupiter Z, Fikri dan Maman, mengajakku kerumahnya Tia, tanpa ngapa-ngapain, alias persiapan langsung ku mbonceng Fikri, soalnya motor Fikri lebih gaya, meskipun orang miskin tapi kalau kumpul orang kaya, ya…!? Jawabnya juga kelihatan kaya itu menurutku he3x!? bercanda.
Selang beberapa menit kita semua tiba didepan rumah Tia, ternyata baru kutahu, bahwasannya Tia itu adalah sepupunya Maman, karena itu Fikri pun mengajak Maman, “Wah ternyata orang jelek punya sepupu cantik juga ya!? “ Ejekku pada Maman yang berkulit petang dan berambut ala vokalis Nidji “Enak aja biarpun hitam tapi tetap maniskan, gak kayak kamu putih tapi asem” Bentak Maman yang tak terima olehejekanku.
Dari dulu aku dan Maman sering ejek-ejekan, tapi cuman sebatasbercanda, kemudian Fikri pun menyuruhku mencet Bel rumah Tia, rumahnya Tia bagus and gede banget bagaikan istana, baru kutahu Tia anaknya orang kaya, kujadi berpikir kalau misalnya aku pacaran dengan Tia (Kepe-dean), pasti banyak lelaki yang iri, kujadi gak nyaman mencintainya.
Maman dan Fikri memaksaku memencet Bel dan Mengucapkan Salam, kuteringat belum mandi, sama sekali tak Pede, aku gak mau, kemudian Maman yang memencet Bel rumahnya, Ting-Tong suara Bel bergema, “Assalamu’alaikum”, selang beberapa detik kemudian, dibukakanlah pintu oleh pembantunya.
“Wa’alaikum salam” Jawab seorang pembantu rumah tangga di rumah Tia, kemudian sang pembantu bertanya kepadaku “Cari siapa Mas?”Kemudian aku pun menjawab “Itu Mbok Tia nya ada?”, Ada kok Mas, mari silakan masuk, saat ku masuk kerumahnya, terasa sejuk sekali soalnya PakekPendingin ruangan yang berupa AC.
Kulihat kesetnya ada tulisan wellcome, kutanya Fikri. Fik Bahasa Inggrisnya Keset Wellcome ya? Oooo dasar begok Wellcome itu artinya selamat datang, oooo gitu, maklum anak plosok gak kenal bahasa-bahasa anak Intelek kayak gitu, kemudian kita dipersilahkan duduk.
Saat aku duduk disofa empuk sekali, mungkin kayak bokongnya Tia, hus aku gak boleh mikir yang gak-gak, Aku kan cinta Tia, tak lama kemudian Tia pun Nampak dengan membawa dua toples Makanan Ringan, dan gelas yang pasti isinya bukan racun, melainkan berisi Jus yang rasanya enak.
Eh..!? tiba-tiba aku dlengop serta bersamaan dengan rasa canggung dan salah tingkah ketika aku melihat penampilannya, dia memakai kaos model ala super nyetrit, dan celana ketat super mini lagi, ini bener-bener rejeki nomplok, dalam benak pikiran dan hati aku berkata seperti itu.
Yang paling menakjubkan saat Tia meletakkan minuman didepanku, kulihatitunya dikit, benar-benar terlalu, tapi itu hanya kuanggap ketidaksengajaan, melihat parno..!? eh parno….!?, porno….?! He3x!, Tia kemudian duduk disamping Maman, dan ngobrol dengannya, aneh Tia ngobrolnya kok sama Maman, kok yang dilihat malah aku, semuanya jadi memandangku, maksutnya apa?, kurasa wajahku tak berantakan.
Tiba-tiba Fikri Pun memulai pembicaraan”Wah bakal ada calon bakaPengantin Baru Nih?!”Mendengarnya tiba-tiba tanpa kesadaran lidahku berkata”Enak aja nembak aja belum kok udah nganten-nganten” Ups Aku Keceplosan deh ?!, Tia dari tadi senyum-senyum sendiri, mungkin dia sudah merasa kalau aku cinta sama dia, betapa bahagianya aku, meskipun sedikit malu, tapi bersama dan melihat senyumannya serasa seperti terbang dilangit.
Lama kemudian kita pamit pulang, ketika mau keluar rumah kusempatkan ngomong ber-dua sama Tia, “Tia kamu kok…., kok cakep banget?” Ku keluarkan jurus Wiro sableng merayu Nyi Blorong” Ya Tia senyum lagi, Tia sebenarnya aku….!?, eh tiba-tiba terdengar suara keras, whooy……?, kamu mau pulang gak…!?Teriak Fikri dan Maman secara bersamaan dan serentak, eh ya Tia aku pulang dulu, kemudian berbicara iya kapan-kapan maen kesini lagi ya?” Kata Tia dengan halusnya.
Setibanya, aku dirumah melamun, dalam lamunanku, Aku dan Tia berjalan bersama, kini aku benar-benar kesengsem, benar-benar cinta dia, baru pertama aku merasa seperti ini, kadang senyum sendiri, kadang tertawa sendiri, kayak orang gila, malamnya aku gak bisa tidur lagi, baying-bayang putri pun selalu menghantui, dalam benak ku aku berkata “kapan aku bisa memilikinya?”.
Esok harinya aku disuruh Ayahku mengantarkan sesuatu ke Desa seberang, dalam perjalanan itu aku dihadang oleh 3 lelaki yang tak kukenal, seraya berbicara “jadi ini yang namanya Andra, orang culun kyak gini kok Tia bisa suka, dasar culun!”.
Bersamaan perkataannya sebuah pukulan cantik mengenai wajahku, aku tak tahu maksudnya, setelah memukulku ketiga lelaki itu bergegas pergi meninggalkanku, masa bodoh pukulannya gak sakit, tapi tetap wajah manisku menjadi merah dan memar, kuteruskan perjalananku.
Setelah sampai dirumah Ayahku bertanya”kenapa mukamu nak?”gak kenapa-kenapa kok pak, Cuma nabrak pohon, gak sakit”. Jawabku “lain kali kalau jalan hati-hati, kamu ini, ya udah sana makan dulu”.
Setelah peristiwa itu kuberpikir, firasatku dulu benar, belum jadian sudah ada lelaki yang gak terima, kuingin hapus rasa cinta ini, dari pada berakibat fatal pada Tia, dan juga pada diri Aku sendiri.
Hari demi hari, berikutnya Fikri kembali datang kerumahku, dan menyuruhku kerumah Tia sekarang Juga sendirian, secepatnya aku meminjam motor pak lek ku, walaupun Cuma Alfa, tapi yang penting bisa jalan, dan terus nyampek.
Teng-teng-teng-teng-treeeeeng!? Suara sepeda motor Alfa lek ku berbunyi, kurasa, Aku gak sadar belum mandi, dan belum rapi sama sekali, lagsung aku tancap Alfa nya lek aku, dengan tancapan Gas puol, Rem Puol, dengan sehelai tarikan wuuu…zzz?!, Alva ber-kenalpot ketela, melintasi jalan raya.
Untung masih kuingat jalan menuju rumah Tia , tak lama kemudian aku pun sampai tujuan, aku datang terlambat, Tia sudah menunggu didepan rumah, kemudian dia menghampiriku, dan menyentuh tangan kananku, sebelum aku turun dari motor, seraya ia berkata “Andra ada yang harus
aku omongin ke kamu An, sebenarnya aku mencintaimu, aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu “ Mendengar kata-kata itu aku tak sanggup berbicara, jantung pun terasa mau berhenti berdetak.
Jujur aku tak ingin mendustai diriku sendiri, tetapi martabat tak sanggup menerimanya, apa jadinya kalau misalnya kita pacaran, itu hanya membebani, dan menyakiti hatinya Tia “Maafkan aku Tia, aku sama sekali tak ada rasa cinta padamu, maafkan aku, selamat tinggal”.
Aku pergi dengan menggenggam berjuta-juta rasa sesal, mengapa aku tega meninggalkannya, padahal aku juga sangat mencintainya, dari kejauhan terdengar suara Tia berontak ”Andra tunggu…………, aku tahu sebenarnya engkau juga mencintaiku, engkau benar-benar lelaki yang tak punya perasaan mendengarnya serasa kuingin akhiri hidup ini”.
Aku memang mencintai Tia, tapi cintaku tak akan membahagiakanmu Tia, justru cintaku ini akan membawamu kejurang kesedihan, sekali lagi, Maafkan aku Tia.
Satu minggu berlalu, Fikri pun memberikan aku kabar kalau Tia sedang sakit, Fikri memarahiku habis-habisan “Tak sepantasnya kau menolak cintanya dasar kau pembohong , pengecut, aku tahu maksut kamu, tapi tidak seperti ini caranya” .
Maafin aku Fik, aku memang pembohong, pengecut, aku hanya tak ingin menyakiti hatinya Tia dalam hatiku aku ber-angan seperti itu, Fikri pun masih memarahiku seraya berbicara”kalau memang ini keputusanmu, persahabatan kita sampai disini”, Bentak Fikri sekaligus mengakhiri percakapannya dan pergi.
Aku bingung, mengapa aku lakukan perbuatan seperti ini?, aku memarahi diriku sendiri, aku ini lelaki tak sepantasnya aku berputus asa, aku harus berkorban dan menerima segalanya, aku sadar.
Esoknya aku bergegas menemui Fikri, untuk menjelaskan dan membantuku menyelesaikan masalah ini, tapi, justru Fikri memberiku kabar lebih buruk mengenai Tia, yang kini sedang dirawat dirumah sakit, betapa luluh hatiku, merasa jutaan sesal mengiringi, dan aku harus bertanggung jawab atas semua ini.
Segeralah aku mencari Ojek, untuk mengantarkanku kerumah sakit, setibanya aku dirumah sakit, segeralah aku Tanya penjaga rumah sakit, dimana Tia dirawat? tolong antarkan aku sampai ke-kamarnya, semula kedua orang tua nya yang menemani Tia, melihatku mereka pun keluar.
Kulihat Tia sangat lemas, melihatku dia masih mau tersenyum, “Tia maafkan aku, aku sangat mencintaimu, aku sangat menyanyangimu, aku telah membohongi diriku sendiri, juga dirimu, aku sungguh-sungguh minta maaf, karena telah membuatmu seperti ini”.
Mendengar kata-kata manis dari mulutku Tia pun menangis dan tersenyum, kemudian Tia membalas kata manisku, dengan kata manisnya “Aku juga sangat mencintaimu” Kata Tia dengan lemas, desah, dan lembut.
“Tia Maukah engkau Menjadi Kekasihku?”, Tanyaku disertai tangis yang mengandung unsur bahagia, Tia menjawabnya dengan senyuman dan mengangguk-anggukkan kepala, terimakasih Tia engkau telah menghapus rasa sepiku, kini aku sadar cinta tak pandang apapun, dan cinta seorang, tak berdaya, tak hanya mimpi, terimakasih sayangku, kau telah mewujudkannya.
*Penulis Adalah Pembaca & Aktivis PMII & Ketua II BPK Oi Bojonegoro
*Foto ilstrasi dari google
*Foto ilstrasi dari google