11 November 2017

Puisi-Puisi Karya Surya Feby Dita

    Sabtu, November 11, 2017  
Kekasih
Karya: Surya Feby Dita

Cinta abadi…
Aku tak pernah tahu darimana kau berasal
Aku tak pernah tahu semua tentangmu
Namun….semua berubah
Saat jantung ini mulai berlarian ketika berada di sisimu
Saat raga ini, jiwa ini terguncang olehmu

Ku pandang matamu dengan binar
Ku peluk tubuhmu dengan mesra
Ku cium bibirmu dengan manja
Ku kunci hatimu di hatiku

Biar…
Biar semua rasa ini beradu menjadi Satu
Biar kita saling tahu
Biar kita saling memiliki dan juga memehami



Kekuatan cinta
Karya: Surya Feby Dita

Pujaan hatiku…
Hidupmu adalah milik Negara
Pengorbananmu untuk bangsa
Kamupun selalu berada jauh di sana

Namun…bukan jarak yang menghalangi cinta kita
Bukan semata tugas yang menghalangi pertemuan kita

Kita harus tetap bersama
Berdua dalam suka duka
Cintalah yang menguatkan semua rasa di dada
Kasih sayanglah yang mempu menguatkan semua penghalang di depan mata

Dan mungkin inilah jalan terbaik bagi kita
Untuk senantiasa mengingat-Nya, memohon pada-NYa, dan mendektkan diri kepada sang pencipta.


Abang ku
Karya: Surya Feby Dita

Aduh abang
Abang ku sayang
Abang ku cinta

Kumismu selalu menggoda baaangggg
Senyummu selalu menggelora
Sikapmu yang penuh charisma
Hingga membuatku terpanah asmara

Abangggg…
Jangan kau berdusata
Jangan kau berpaling muka
Jangan kau membuat lara
Cukup aku bang, cukup aku saja
Jangan ada wanita lain, jangan pula ada cinta yang lain


Benarkah
Karya: Surya Feby Dita

Kau bilang aku ini adalah cahayamu
Kau bilang aku ini adalah cintamu
Kau bilang aku ini yang terbaik untukmu
Kau bilang aku ini penyempurna hidupmu
Benarkah itu…..?

Jangan hanya merayuku
Jangan hanya permainkan aku
Jangn pula kau hanya sekedar mengumbar kata-kata itu

Bukan ku tak percaya
Bukan ku tak suka
Bukan pula ku tak mengakuinya

Namun…
Ku hanya ingin cintamu
Cinta kasih tulusmu
Bukan hanya sekedar bualan semata



Bunda
Karya: Surya Feby Dita

Hidup ini hanya untuknya
Pengorbanan ini semata juga untuknya
Semua keberhasilan dan mimpi besarku akan ku gapai untuknya
Bunda….

Cintamu, sayangmu, kasihmu, pengorbananmu, serta ketulusanmu adalah anugerah terindah dalam hidupku
Jadi apakah aku  bu…?
Bagaimanakah diriku ini…?
Jika tanpa kasih sayang juga pengorbananmu

Sahabat-sahabatku
Karya: Surya Feby Dita

Malam tak akan indah tanpa adanya bintang yang bertaburan
Pohon tak akan menawan bila tanpa ada bunga yang bermekaran

Lekukan di pipi ini
Suara ceria setip hari
Manis yang selalu menyelimuti
Pahit yang kadang menghampiri
Semua ada karena mu…
Iya…sahabat-sahabatku

Kalau saja waktu dapat diputar kembali
Kalau saja kita dapat berkumpul kembali
Tak akan kusiakan sedetikpun tanpa kalian

Kesetiaan, kepolosan, ketulusan, kebaikan serta kasih dan sayangmu akan ku kenang selalu
Akan terukir dalam benakku..
Oh sahabatku……

Ingin selalu bersama
Karya: Surya Feby Dita

Sikapmu yang penuh kasih dan sayang
Membuat aku selalu mabuk kepayang
Sungguh kau pria idaman
Kau pria impian

Saat malam tiba…
Rindu ini, rasa ini, hasrat ini melambung tinggi
Jiwaku terguncang
Pikirku melayang
Dirimu selalu terkenang
Selalu terbayang dan terayang

Seakan tangnmu selalu membelai mesra tubuh ini
Seakan nafasmu dan nafasku saling beradu
Diriku terbuai, melayang terbawa  cumbu rayumu
Sungguh aku tak kuasa, aku tak berdaya
Kau yang sangat mempesona
Hingga membuat ku terlena

Jangan…….jangan……jangan tinggalkan aku
Jangan lepas pelukmu, jangan lepas kecupanmu, jangan beranjak dariku
Jangan…..jangan….

Aku tak bisa jauh dari mu
Aku tak bisa membiarkan diri ini merana tanpa mu

Tetaplah disini
Memadu kasih bersama
Memadu rindu berdua
Membelai mesra, serta mengungkapkan kata cinta
Oh kekasih…………












Biodata penulis :
Nama Surya Feby Dita Rahayu Ningsih adalah mahasiswa aktif ikip pgri bojonegoro semester 5 prodi bahasa dan sastra indonesia

13 September 2017

Mahalnya Mahar Kemerdekaan

    Rabu, September 13, 2017  
Oleh : Gampang Prawoto


suarabojonegoro.com - Sebuah kesadaran tidak begitu saja muncul di benak semua orang, dari tidak adanya kesadaran itulah maka munculnya  penyadaran. Sebuah penyadaran juga membutuhka pemikiran. Sebuah solusi penyadaran dengan menerapkan strategi efek jera yang bertujuan menumbuhkan kesadaran pada setiap pribadi pribadi menemukan jalan kebenaran menuju sosok individu yg berkeadilan sosial. Munculnya ragam pendapat yang berkembang di masyarakat adanya iuran yang mengikat atau denda saat tidak mengikuti kegiatan perayaan "tujuhbelasan" di tingkat rukun tetangga,  dukuhan atau tingkat desa. Bila sebuah keluarga seseorang tidak ada yang mewakili atau tidak mau secara bersama warga yang lain tidak mau  ikut berperan aktif dalam kegiatan agustusan di kenakan denda atas dasar kesepakatan bersama warga. Dari sinilah muncul renik pendapat bahwasanya denda atas dasar kesepakatan bersama itu dikategorikan sebagai pemaksaan. Benarkah hal  semacam itu
masuk  kategori melanggar hak aszi sebagai warga negara yang merdeka dan hidup dalam sebuah negara yang merdeka, padahal kita ketahui  yang berkategorikan "denda"  itu sebuah titik puncak untuk mengangkat pencapaian pengakuan sebuah kemerdekaan.

Tepat sekali jika figur  pejuang pejuang Republik ini yang rela mengorbankan  harta bahkan nyawa sebagai taruhannya demi  kemerdekaannya sebagai contoh perwujudan cinta tanah air. Mereka para pahlawan gugur membela kemerdekaannya tanpa menikmati kemerdekaan itu sendiri, tidak ikut menikmati kemerdekaan tidak mengapa asalkan bangsaku dan bumi tanah kelahiranku, tanah airku terbebas dari belenggu penjajahan.

Dari ilustrasi diatas apalah artinya ikut memperingati hari kemerdekaan yg telah diperjuangkan oleh para pendahulu kita.
Jangan bandingkan dari tata nilai pengorbanannya dengan kita sekarang yang tinggal memperingati . Memperingati sekali lagi saya pertegas "Memperingati"  yang dalam arti sempit kita hanya "mengigat" saja  itupun bukan buat para pahlawan itu tapi untuk diri kita yang masih mau berstatus "bangsa" mungkin lain lagi kalau kita sudah tidak mau lagi di panggil bangsa, bangsa dalam hal ini tentunya "Bangsa Indonesia".  Bapak kita, bapak Bangsa Indonesia, bapak Proklamator kita Bung Karno sudah mengingatkan padakita "bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai jasa para pahlawanya". Bagaimana cara menghargainya mungkin perlu penyadaran dan kesadaran antar individu individu itu.

Memang  dalam setiap individu itu  mempunyai hah hak dasar dalam hidupnya tapi hanya dari rasa kebersamaan itu kita mampu  membangun negeri ini seperti yang telah dilakukan para leluhur kita yang hanya mendapatkan gelar "Pahlawan" bessama-sama bersatu "saiyeg saekapraya",  bersatu berjuang tanpa pamrih merebut kemerdekaan, contoh ketauladanan itulah yg perlu tiru bersama sama mengisi kemerdekaan sesuai keahlian kita.

Ada satu pola berpikir kita yang belum mampu memandang arti kemerdekaan dalam "demokrasi berpikir"  atau " berpikir demokrasi"  yang selalu tidak menempatkan demokrasi pada tempatnya (pada kursinya). Demokrasi pada kursinya memiliki arti dan makna yang sangat sangat luas. Contoh kasus  adanya politisasi kemerdekaan pada paska dan pasca pilkades. saat pilkades jagonya kalah maka  (ia)'seseorang atau sekelompok orang sudah tidak mau proaktif dalam program pembangunan desa bahkan mereka menghambat terkadang juga fitnah agar (si kades pemenang) tidak berhasil membangun dan memimpin di mata rakyatnya, dengan harapan dan tujuan pada pilkades yang akan datang (suksesi 2018) untuk menggantinya. (*)

02 September 2017

Geguritan Saka Lan Rijik

    Sabtu, September 02, 2017  
Sangking: Gampang Prawoto















SAKA

Lamun tanpa hawa
wulu
kulit
getih
otot
daging
balung
sumsum
amung cagak-cagak gumlethak
tanpa daya, tanana rasa
nir pangaribawa

Nyawa
nyawawijining raga lan hawa
mbegegeg ugeg ugeg
hemel hemel sadulita
saka
sangkan paraning
dumadi
dadi.

Sastrawidjaja,11052017


RIJIK

jaman gombal gambul
mikir nggawe dhengkul
mula nalare kethul
penul
mbegudul
omong ngalor-ngidul
dodol semprul
jaman-jaman!

jaman gombal gambul
isuk kumpul
wengi nyusul
cucul kemul
mbedhugul
siji minthal-minthul
sijine gondhal-gandhul
jeptrat-jepret pose jadul
kanggo samak kalawarti cabul
gombal-gambul
wiwitane ngrangkul
nyucup banyu gendul cap kuntul
turu kumpul
gambul
banjur nutul
sawahe kanca dipacul
jaman-jaman!

jaman gombal gambul
iki ora kancil mungsuh besusul
ning bajul lan wregul
adu dhengkul.


Sastrowidjojo,25052017

23 Agustus 2017

SUSUKU TUBAMU

    Rabu, Agustus 23, 2017  
Oleh: Gampang Prawoto

suarabojonegoro.com -  Negara itu tidak pernah merdeka karena dalam kamus bahasa (itupun kalau punya kamus) tidak ada istilah pejuang atau perjuangan merebut kemerdekaannya dari penjajah.
Kemerdekaan baginya sebuah hadiah yang diberikan penjajah pada negara yang di jajah itu. Yah apalah artinya kemerdekaan baginya karena dalam negara itu rakyat sekedar wayang tanpa mampu bergerak, berkata,  apalalagi lantang bersuara.

Negara itu pernah mengalami musibah kelaparan tak ada satu negara yang membantunya bahkan negara yang memerdekakannya juga tidak ambil pusing bahkan diterlantarkannya. Satu satunya negara di dunia yang peduli padanya hanya negara INDONESIA , dengan cekatan mengirimkan bahan pangan ke negara hingga rakyat negarara yang katanya serumpun itu, mengirim obat obatan sekaligus tenaga medis untuk mengobati rakyat negara yg merasa kaya itu, bahkan mengirim guru untuk mengajar rakyat negara itu yang waktu itu masih banyak yg kurang mengenyam pendidikan. Dari semua itu ada beasiswa mahasiswa (gratis)  ke Indonesia utamanya jurusan kedokteran. Hingga saat ini masih dapat  di lihat puing puing bekas asrama mahasiswa di tiap kota , di tiap perguruan tinggi ternama Indonesia.

Kami bangsa indonesia tidak mengungkit segala sesuatu yang pernah kami perbuat, kami tidak meminta balasasan apa apa , hanya "tersenyumlah  ramah dengan  bangsa Indonesia dari hati yang paling dalam". Jangan sampai terlontar " air susu kau balas dengan air tuba".
Saat benderaku terbalik di negaramu sebuah tanda bukti tabiatmu segelap malam tanpa cercah bintang dan rembulan.

Sanggar Sastrowidjojo, 21082017

22 Agustus 2017

Kearifan Tembang Mijil Dalam Menyelesaikan Konflik Kehidupan

    Selasa, Agustus 22, 2017  
Oleh : Joyo Juwoto*

Dedalane Guna Lawan Sekti 
Kudu Andap Asor
Wani Ngalah Luhur Wekasane 
Tumungkulo Yen Dipun Dukani
Bapang Den Simpangi
Ana Catur Mungkur

 (Tembang Mijil)


suarabojonegoro.com -  Tembang di atas adalah salah satu wujud kearifan budaya lokal masyarakat Jawa yang adiluhung. Menurut riwayat tembang Mijil ini diciptakan oleh Walisongo dalam rangka untuk berdakwah kepada masyarakat Jawa dengan pendekatan sosiokultural. Tidak heran jika dakwah walisongo diterima dengan baik oleh masyarakat kala itu, karena dakwah yang dilakukan dengan penuh hikmah dan teladan yang baik. Merangkul bukan memukul, mengajak bukan menginjak, dan dengan penuh kelembutan dan akhlaq yang baik tentunya.

          Selain enak ditembangkan, tembang Mijil ini juga memiliki banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik untuk kehidupan kita sehari-hari, agar kehidupan yang kita jalani di tengah-tengah masyarakat penuh manfaat dan keberkahan baik secara lahir maupun batin.

          Tembang Mijil di atas hakekatnya mengajarkan banyak kearifan dalam menyelesaikan berbagai macam konflik dan problematika kehidupan. Namun sayang di era sekarang, generasi kita sudah enggan mempelajari tembang-tembang warisan budaya nenek moyang, sehingga tidak aneh jika generasi anak muda hari ini, jarang sekali yang mampu menggali dan menafsirkan makna dari tembang tersebut di atas.

          Berikut akan saya kupas sedikit mengenai isi dari tembang Mijil. Tembang ini dibuka dengan kalimat, Dedalane Guna Lawan Sekti, maknanya tujuan dari manusia menjalani kehidupan adalah dalam rangka berguna dan bermanfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain maka hendaknya kita bersikap Kudu Andap Asor. Sikap andap asor, memiliki arti, seorang itu harus bisa menempatkan diri, bisa menghargai orang lain, dan tidak sombong, serta menempatkan orang lain lebih tinggi dari dirinya sendiri.

          Selain bisa ber-andap asor dengan orang lain, seseorang juga harus berani mengalahkan ego dan nafsunya sendiri dengan cara berani mengalah. Wani Ngalah Luhur Wekasane. Dalam konsep tembang mijil ini, siapa yang berani mengalah diakhirnya akan mendapatkan kemuliaan. Untuk menjadi mulai biasanya seseorang itu dituntut untuk menjadi pemenang, namun di sini kita dituntut untuk berani mengalah. Terminologi mengalah, menurut KH. Agus Sunyoto berasal dari kata ngAllah, yang berarti menuju Allah. Lebih lanjut beliau menjelaskan dalam bukunya Atlas Walisongo, kata mengalah itu bukan asli kosakata Jawa, tidak ada dalam bahasa kawi itu kata “kalah” kata ngalah atau “ngallah” sendiri diciptakan oleh para wali yang berarti menuju Allah. Semisal kata “Ngalas” maksudnya adalah menuju hutan, oleh karena itu untuk menanggulangi sifat tinggi hati dan suka menang-menangannya masyarakat Jawa, para wali membuat satu kata “Ngalah” sebagai wujud kearifan dan kebesaran jiwa untuk berani mengalah agar tercipta keharmonisan di dalam tata perikehidupan masyarakat.

          Di bait keempat dikatakan, Tumungkula Yen Dipun Dukani. Maksudnya jika kita dimarahi maka hendaknya kita diam. Diam di sini tidak bermakna pasif dan membiarkan masalah tanpa klarifikasi, namun diam di sini bermakna agar kita tidak gegabah dalam menanggapi sebuah kemarahan. Atau jika kita sendiri yang marah hendaknya kita heningkan diri terlebih dahulu untuk mencari solusi atas permasalahan yang kita hadapi. Lebih baik diam pada saat marah agar permasalahan tidak semakin runyam.

          Selanjutnya agar kehidupan seorang tidak terbelit banyak masalah khususnya dalam segi finansial, maka hendaknya mengamalkan ajaran Bapang Den Simpangi, maksudnya adalah seseorang itu hendaknya meninggalkan gaya hidup hura-hura. Sikap hura-hura adalah pangkal dari berbagai macam permasalahan hidup, kadang kita lebih suka mengedepankan keinginan daripada kebutuhan. Padahal sampai kapanpun yang namanya keinginan tidak akan ada habisnya. Oleh karena itu hendaknya kita bisa berqona’ah agar hidup kita penuh berkah. Mensyukuri  atas segala nikmat Tuhan, dan tidak serakah dan berlebihan. (JW)

Foto: Ilustrasi

19 Agustus 2017

Antara Manggar, Bluluk, dan Degan

    Sabtu, Agustus 19, 2017  
Oleh: Gampang Prawoto

Dulu
Kau ajari aku bernyanyi
"di sini senang, di sana senang
 dimana-mana hatiku senang"
bahkan seibu tepuk
dari tunggal hingga setan
bergembira di tanah-tanah lapang.

Kenali warna
akrabi aroma
mencecap rasa
tali-temali
merakit tandu, semapor
sandi sandi
melintas, menyebrang
mengukur, menimbang
berjalan, merangkak, berlari, melompat
memanjat , meniti
bertahan menyelamatkan diri.

Bersama
di bawah terik
mendirikan tenda
mencari air
membuat api
hingga memasak nasi
sendiri.

Dulu
ketika  pandu pandu
Iklas bhakti bina bangsa berbudi bawa laksana
merawat penuh sabar tunas tunas kelapa

Kini
coklat tua, coklat muda
berteduh di bawah pohon kelapa
sembari meminum kelapa muda.

_____

Sanggar Sastrowidjojo
saar kutatap dua pohon kelapa di sebrang jalan mati oleh wangwung.
GP,14082017

03 Agustus 2017

TKI Asal Bojonegoro Ajak Buruh Migran Di Hongkong Melek Literasi

    Kamis, Agustus 03, 2017  

Hongkong, suarabojonegoro.com -   – Buku bertajuk “Bukan BMI Biasa, Kisah Sukses BMI Hongkong” yang ditulis Yanne Karsodiharjo, Buruh Migran Indonesia (BMI) asal Bojonegoro beberapa hari lalu telah diterbitkan oleh penerbit Formaci dan kini sudah tiba di Hongkong dan terjual laris manis. 


Secara terpisah, Yanne Karsodiharjo mengucapkan syukur bisa menulis buku dan dibaca teman-temannya. “Alhamdulillah buku Bukan BMI Biasa Kisah Sukses BMI Hongkong  sudah sampai di Hongkong pada Minggu kemarin tanggal 28 Juli 2017. Dan mudah mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi dan juga motivasi bagi teman-teman BMI Hongkong. Agar melek literasi, TKI harus baca buku, mencintai buku,” ujar dia, Kamis (3/8/2017) waktu setempat.

Harapanku, kata dia, semoga buku terjual habis dan hasil penjualan aku ingin sumbangkan, donasikan untuk anak-anak yatim piatu di daerah Bojonegoro. Insyaallah semoga berkah.

“Ucapan terimakasih kepada crew YFG atau Yanne Fashion Group new generation. Ada beb Wardah, beb Naina, Kc Leony, Koko Singa dan Koko Henry So. Juga ucapan terimakasih untuk kakak ku Daimah Imah, Chery Chan, juga Crew media penerbit dan wartawan terimakasih atas semua dukungan dan support-nya, meskipun sempat ada sandungan sandungan kecil dari orang-orang yang ingin menjatuhkan saya namun alhamdulillah berkat doa serta dukungan crew penerbit saya semangat untuk berkarya,” ujar Yanne.

Salam BMI Hongkong, kata dia, bukan BMI biasa, srikandi-srikandi hebat pahlawan devisa yang luar biasa berjuang jauh dari keluarga. “Yuk kak, inbok FB aku Yanne Karsodiharjom dan dapatkan buku ini hanya $75 Honkong. Kalau di Indonesia hanya Rp.60.000. Sekian terimakasih atas semua yang mendukung Yanne. I love you all,” pungkas dia.

Selain itu,Ahmad Ali Zainul Sofan Pemimpin Redaksi Penerbit Formaci, Kamis (3/8/2017) menegaskan semua TKI wajib baca buku agar melek literasi. “Buku ini wajib dibaca semua TKI di Hongkong dan umumnya di dunia,” beber dia.

Pihaknya mengatakan bahwa bukunya telah kita kirim ke Hongkong, karena memang diterbitkan di Semarang dan bulan kemarin sudah launching dan mendapat respon positif dari berbagai kalangan. “Semoga menjadi langkah awal para BMI untuk berliterasi,” beber Ahmad Ali Zainul Sofan Pemimpin Redaksi Penerbit Formaci, Kamis (3/8/2017).

Ia menambahkan, bahwa buku tersebut berisi berbagai kisah yang menginspirasi para BMI. “Saya pun baru paham kalau ada istilah yang lebih humanis daripada TKI, yaitu BMI dan PMI. Nah, di buku itu dijelaskan sejumlah kisah inspiratif dan utamanya pengalaman pribadi yang intinya jangan lama-lama menjadi BMI, kalau sudah sukses, penulis mengajak para BMI untuk segera pensiun,” lanjut dia.

Sementara itu, secara terpisah, Dian Marta Wijayanti Direktur Formaci Press menuturkan bahwa buku itu menjadi satu-satunya terbitan Formaci yang ditulis seorang buruh migran. Memang, kata dia, awalnya ada yang mengritik karena ada kesamaan pada judul. “Ya, kami sudah berkonsultasi dengan pihak Perpusnas. Tapi, judulnya tidak persis, karena ada imbuhan kalimat lain. Kalau memang sama, tidak mungkin, karena sudah melalui tahap review oleh petugas Perpustakaan Nasional RI sebelum memberikan International Standart Book Number (ISBN), Katalog Dalam Terbitan (KDT) dan Barcode,” ujar dia.

Seperti diketahui, sebelumnya sudah brand kaset VDC berjudul “Bukan BMI Biasa”. Namun, produk itu berupa kaset, bukan buku. “Ya jelas berbeda antara buku dan kaset. Kan judul yang dipilih penulis berbeda, karena tidak persis dan juga sudah lolos uji review dari internal penerbit dan Perpusnas RI. Mungkin saja idiom ‘Bukan BMI Biasa’ menjadi jargon para BMI untuk berkarya, bangkit dari penindasan. Tapi tidak masalah, asal tujuan baik dan tidak plagiat saja. Karena saya sudah membaca detail bahwa buku itu berisi kisah-kisah pribadi penulis dan memang bahasanya khas bahasa BMI, jadi memang menarik,” beber dia. 

Buku ini, kata dia, juga telah dikoleksei Perpusnas RI di Jakarta dan Perpusda Jateng di Kota Semarang. “Jika mau membacanya gratis bisa ke sana langsung,” beber dia.  (*)

30 Juli 2017

Secangkir Kopi

    Minggu, Juli 30, 2017  
Oleh: Gampang Prawoto

suarabojonegoro.com -  "Mangga silakan di minum"
pilih minuman apa saja yang kamu suka, yang namanya minuman tentu berupa cairan dan dapat di minum. Apakah itu dingin hangat atau panas itu masalah suka atau kurang suka dan berdomisili pada ranah selera yang berkedudukan pada pribadi masingmasing.

Sekedar contoh minuman yang paling di gemari masyarakat kita dari remaja, dewasa hingga kalangan tua minuman itu bernama kopi. Kopi minuman yang sangat sederhana bahkan semua orang bisa membuat tidak lakilaki atau perempuan, semua  orang bisa membeli, dan harganya terjangkau. Apasih istimewanya kopi hanya bubuk dari biji kopi yang diaduk pada cangkir adonan sedikit gula dengan  tuangan air mendidih, jadilah kopi.

Dalam perkembangan kopi tidaklah sesederhana itu hanya kopi dan gula saja. Sebuah upaya memanjakan pelanggan penikmat kopi para kompeteter bisnis kopi baik yang menjajakan minuman andalannya baik yang  di warung warung tradisional, di atas trotoar, di emper toko, depan depan pasar, caffe warung moderen bernuansa klasik, sampai pada kelas borjuis di hotel hotel. Berlomba meracik sajian kopi untuk memuuncul rasa dan aroma  baru hingga menjadi trademark juga ikon cafe cafe itu  apalagi ditambah maraknya dunia internet antena antena wifi  berdiri tegak menyemarakkan warkop denga bertuliskan "free wifi " warkop bermunculan tumbuh subur layaknya jamur di musim hujan. Dari persainga  sehat itu munculah berbagai macam jenis rasa, aroma kopi baru bahkan memunculkan warna warna kopi yang baru yang disesuaikan dengan rasanya seperti kopi susu, mocca, white koffe dan masih banyak lagi tak terhitung macamnya. Ada persaingan sehat ada juga persaingan kurang sehat, dalam persaingan ini bukan berarti kopinya kurang mantap melainkan lebih mantap dibandingkan kopi kopi lainnya bahkan orang orang bilang "kopi plus"  plus bukan berhadih teve, kulkas atau kipas angin namun dengan meningkatkan layanan  yang maksimal   " layanan prima" dengan salam, senyum dan sapa terucap pada setiap orang yang mampir ngopi dari bibir mungil bergincu dan berbedak tebal,  berbaju dan bersayak mini hingga nampak pemandangan sedap sesedap aroma kopi malan, dengan dengan motto lihat boleh pegang jangan atau  pandang boleh  pegang lharus janjian.

Yang jelas apapun jenis dan namanya yang bernama kopi harus tidak meninggalkan bahan dasarnya kopi dan gula tidak kalah pentingnya yang menjadikan rasa menjadi kuat , nikmat, dan mantap yaitu dengan tidak meninggalkan cangkir merupakan ciri khasnya.



Bojonegoro,  27072017

23 Juli 2017

JANJI KITA

    Minggu, Juli 23, 2017  
Cerita Pendek
Oleh: Edy Saputro Cahyo

Impian yang pupus karena narkotika dan perselewengan, Yantik hatinya selalu galau bila mengingat kejadian itu. Persiapan setelah lulus kuliah untuk menjadi calon istri dan mendapat pinangan dari lelaki yang diidamkan sirna sekejap mata. Kegalauan itu sedikit terobati dengan datangnya Pak Warsito. Tapi ingatan pada Romi tak akan terlupakan begitu saja akan janji yang dibuat Yantik.

Ketika matahari mulai nampak dari timur menuju ke barat. Yantik mengikuti langkah kakinya yang berseragam dan membawa segala persiapan untuk kuliah, wajah dipoles dengan bedak yang cukup mahal harganya. Maskara terpasang dengan begitu rapinya, bibir yang di poles dengan liptik agak kemerahan berbinar, yakni  tujuannya menyambut calon suami yang akan  menjemput mengantarkanya kuliah. Hp berdering dan pintu seakan berteriak akan kedatangan Romi.
“Selamat pagi mama, sudah siap berangkat?”
“Pagi, bentar ini masih nyiapin buku-buku!”
Menunggu dengan sabarnya Romi di depan pintu, menyibukan dirinya dengan sms, entah sms dengan siapa. Kewibawaan dan berkarier sukses sebagai pegawai Bank BNI membuat dirinya tidak ragu akan meminang Yantik. Tak lama kemudian Yantik muncul dan siap berangkat. Dengan terlebih dahulu berpamitan kepada orang tua, sikap manis dan sopan Romi tunjukkan kepada kedua orang tua Yantik. Orang tua sudah yakin bahwa Romi akan menjadi menantu yang baik dan bisa menjaga Yantik.
“Bapak/Ibu berangkat dulu!”. Tutur Romi.
“Ya, Bapak dan Ibu,Yantik berangkat dulu, Assalamu’alaikum!”
“Wa’alaikumsalam, hati-hati ya Tik!” Gumam Bapak dan Ibu.
Hubungan yang dijalin selama empat tahun mulai sejak lulus SMA membuat keteguhan hati Yantik percaya benar akan hubunganya dengan Romi. Berkali-kali Romi mengajukan lamaranya kepada orang tua Yantik, namun selalu jawaban dari orang tua untuk menunggu setelah lulus kuliah. Sebab bila dilamar sekarang Yantik tidak akan konsen ke kuliahnya dan bisa menganggunya . Yantik selalu patuh dan menghormati apa yang dikatakan kedua orang tuanya.  Saran kedua orang tua malah memacu Yantik giat belajar dan ingin cepat lulus.
Kegiatan di kampus selalu aktif diikuti dengan senang, bahkan dilihat dari grafik nilai dari semester pertama hingga semester enam ini mengalami kenaikan yang cukup bagus. Yantik menginginkan cepat lulus agar bisa dilamar Romi. Beasiswa pun sering Yantik dapatkan karena nilainya bagus terus, sehingga bisa mengurangi beban orang tua. Yantik sangat dikenal oleh teman-teman, dosen-dosen dengan sikapnya yang mudah berkomunikasi. Inilah semangatnya yang membuat orang terkagum-kagum padanya.
Sepulang kuliah Yantik kadang juga dijemput bila bertepatan dengan jam istirahat Romi. Sebaliknya bila tidak dijemput Yantik pilih naik angkot dan bonceng teman. Sms perhatian untuk Romi selalu tertulis dengan jarinya lewat HP.
“Siang papa, jangan lupa makan dan ibadahnya, ini mama baru saja pulang dari kuliah.”
Kata-kata papa dan mama yang selalu Yantik dan Romi pakai dalam memanggil pasangan.
Kesibukan entah apa yang membuat Romi tidak urung membalas sms Yantik. Berkali-kali sms tidak pernah Romi balas. Dengan menyibukan dengan belajar Yantik selalu merasa tidak konsen bila belajar, apabila tidak mendapat balasan  kabar dari Romi. Kecurigaan tidak ada di penak Yantik, selalu berfikir mungkin Romi ada rapat bahkan ada pelanggan Bank yang ramai. Begitulah yang terlintas dalam penak Yantik.
Malam minggu tiba, Yantik seperti biasa menunggu jemputan Romi untuk diajak keluar ke alun-alun kota. Setidak-tidaknya mengurangi beban pikiran yang penuh akan tugas dan kegiatan-kegiatan di kampus. Lama menunggu namun Romi tidak urung datang menjemputnya. Hp yang selalu digegam sampai berkeringat membuat Yantik hilang kesabaran. Sms berkali-kali Yantik lakukan, tetapi tunda dan tunda. Telpon tapi hanya mendengar suara “maaf nomor yang Anda hubungi tidak aktif, coba beberapa saat lagi.”
Kebingungan terpancar diraut wajah Yantik, jalan mondar-mandir di serambi rumah tidak membuat capek kakinya. Gegaman hp yang ditunggu bunyi deringya tidak urung berbunyi. Hanya deringan bunyi jangkrik yang ada di sekitar pinggir-pinggir rumah. Selama tiga jam menunggu membuat ibunya keluar dan menyambangi Yantik.
“Tunggulah di dalam Tik.?”
“Tidak Bu! Mungkin sebentar lagi Romi datang?”
“Ya, tapi sudah tiga jam kamu menunggu, mungkin Dhek Romi ada kesibukan atau masalah keluarga. Cobalah sms atau telpon.”
“Itulah Bu, berkali-kali aku telpon dan sms tidak ada kabar, Hpnya mati!”
“Sabar Tik, sekarang masuklah tunggu di dalam rumah saja, udaranya dingin di luar,”

***
Saat di kampus banyak teman-temanya yang melihat kemurungan raut wajahnya yang sedih dan tidak seperti biasanya,selalu menyapa setiap orang walau tidak kenal. Dila sahabat yang paling dekat dengan Yantik. Menghiburnya. Dila  teman satu kecamatan yang kuliah di Universitas yang sama, namun beda fakultas, angkatan. Dila juga lebih tua dari Yantik, sedangkan Yantik angkatan 2010. Dila menghibur, menghibur, tapi tidak ada reaksi timbal balik dari Yantik. Padahal bila ada masalah Dila juga selalu sharing dengan Yantik. Dila berupaya membujuknya dan menanyakan  kenapa kok murung dan kurang bergairah kuliah. Yantik hanya diam saja. Yantik tidak ada teman yang sedekat seperti Dila, akhirnya dia tidak mau menyimpan masalahnya, dan menceritakan semua pada Dila. Terutama masalah yang mendasar adalah masalah Romi yang akhir-akhir ini sulit dihubungi, bahkan biasanya setiap malam minggu menjemput untuk pergi ke alun-alun kota, tidak datang. Dila yang begitu serius mendengar cerita Yantik, membuat Dila mengambil langkah dan menatap masa lalunya dulu.
Cerita yang diungkapkan Yantik hampir mirip dengan cerita  yang pernah dialami Dila. Dila menceritakan juga saat itu dirinya  menunggu pacarnya waktu ada acara ulang tahun temannya. Alhasil, apa yan terjadi pacarnya tidak datang dan malahan mendengar kabar kalau pacarnya menghamili gadis lain. Padahal pacarnya sudah diakui statusnya oleh kedua orang tua Dila sebagai anak yang berkepribadian baik dan penuh tanggung jawab. Sakit hati yang dirasakan Dila sangat, sangat, menyakitkan. Bagaimana tidak berpacaran sudah menginjak lima tahun, berahir dengan sia-sia, dan sangat menyakitkan. Tak akan pernah Dila lupakan.
“Sampai begitu Mbak, wuh ngeri ya.” Ungkap Yantik
“Itulah Yan! jangan pernah menganggap seseorang cowok yang sudah lama singgah di hati kita akan menjadi pendamping kita. Saya cuma berpesan, berhati-hatilah kamu sama Romi, bukan saya melarang dan menakut-nakuti, Cuma sekedar mengingatkan.”
“Ya Mbak, tapi Romi itu orangnya baik dan penuh perhatian. Tidak mungkin Romi akan berbuat begitu.”
“Ya kebaikan itu akan menjadi berubah nilainya Yan! lama-kelamaan. Mengerti maksud saya kan.”
“Hah, aku benci pada Mbak, selalu menuduh yang tidak-tidak dan suka menafsirkan seseorang dengan sebelah mata. Romi pokoknya baik, dan setelah lulus dia janji akan melamarku?”
Hampir dua minggu Yantik menghubungi Romi tapi tidak pernah ada kabar yang terselip. Diputuskanya Yantik mendatangi rumahnya Romi, dengan berbekal tas dan hp genggam diantarkannya angkot menuju rumah Romi. Sampai di rumah Romi ternyata tidak ada seorangpun di sana. Berteriak memanggil-manggil tanpa ada balasan suara. Bel dibunyikan berkali-kali. Sampai teriakannya yang keras memacu seorang tetangga menyambangi Yantik.
“Cari siapa Mbak kesini? Rumah ini sudah kosong,tidak ada penghuninya.”
“Mau cari Romi Pak!! Lo pada kemana semua Pak penghuninya kok tidak ada?”
“Nak, kamu belum tahu ya, kalau Romi tertangkap basah mengunakan narkotika bersama rekan kerja ceweknya di sebuah hotel Nusantara, dan sekarang kedua orang tuanya pindah ke kota karena  malu akan perbuatan anaknya.”
Mendengar berita serupa, dirinya tidak percaya bahwa Romi berbuat seperti itu.
“Tidak mungkin Pak, Tidak mungkin.”
(akhirnya dirinya terpingkal pingsan di tempat)
***
Terbangun dari pingsanya, langsung memeluk ibunya,,, dan sangat sedih sekali. Ibunya memeluk dengan erat dengan penuh air mata bercucuran.
Sementara itu Romi yang berurusan dengan petugas polisi yang diketahui mengunakan narkotika, langsung di bawa kekantor polisi, bersama dengan rekan ceweknya ditahan di lembaga pemasyarakatan Jember.
Mendengar nama Susi sebagai rekan kerja Romi, Yantik bingung kenapa berduaan di hotel dengan Susi, perasaan dan firasat apakah Romi selingkuh di belakangnya. Tidak tahu pasti. Susi yang sudah bersuami dan dikaruniai anak, apakah itu tanda bahwa Romi selingkuh dibelakangknya. Jelas menimbulkan kebinggungan yang luar biasa.
Yantik merasa dirinya dibohongi, hari-harinya selalu sedih dan galau. Kuliah tidak lagi seperti biasanya yang cekatan dan bergegas dalam menyampaikan aspirasinya yang kiranya sulit.Yantik sering tidak mengikuti kegiatan extra panduan suara karena rasa sedihnya belum juga bisa terbendung. Kuliah juga kocar-kacir tidak karuan, sering tidak masuk, ngerjakan tugas tidak pernah, komunikasi dengan teman-teman hilang sepi begitu saja. Kampus tidak bisa melihat senyumnya lagi yang begitu menawan.
Mata kuliah Linguistik yang dosennya Pak Warsito menanyakan keberadaan Yantik. Teman-teman satu kelas sering ditanya, di mana Yantik, kenapa Yantik tidak masuk. Banyak teman-temannya yang tidak tahu. Tetapi datangnya Dila yang juga mengikuti kuliah linguitik, menceritakan apa adanya kepada Pak Warsito tentang keadaan Yantik. Kalau Yantik baru ditinggal pergi pacarnya, sekarang perasaanya galau  tertekan rasa sakit dan merasa dibohongi. Pak Warsito yang selama ini diam-diam memantau gerak-gerik Yantik saat berada di kampus, juga mempunyai perhatian khusus. Sebab Yantik lebih aktif dalam bertanya dari teman yang lain. Sehingga Pak Warsito secara tidak langsung juga mempunyai perasaan pada Yantik. Sebagai dosen muda dan cukup mempunyai karier apa salahnya, pada kegalauan yang diderita Yantik, Pak Warsito mencoba mendekatinya, tapi bagaimana cara Pak Warsito belum tahu.
Yantik saat menempuh mata kuliah linguistik langsung ditunjuk oleh Pak Warsito sebagai koordinator kelas. Karena tiga hari sudah tidak masuk, maka tujuan Pak Warsito memberi tugas sebagai koordinator kelas agar Yantik masuk terus, karena sebagai koordinator bila ada apa-apa tidak masuk akan merugikan banyak temannya. Yang sebenarnya bertujuan bila nantinya Pak Warsito tidak masuk mungkin ada keperluan, berpergian, sakit atau ada urusan, bisa memberitahukan ke Yantik ada tugas apa tidak, bila ada tugas, di meja. Oleh sebab itu Pak Warsito meminta nomor hp Yantik, sebaliknya Pak Warsito memberi nomor hpnya. Agar komunikasi mudah.
Di kamar Yantik sering melamun dan menangis hingga matanya membengkak, kegalauan yang tiada obatnya. Makan dan sholat sering  Yantik lewatkan, namun Ibu yang sangat perhatian mengingatkan untuk melakukan kewajibannya. Ditengah-tengah percakapan ibu, berdering hp Yantik , sampai dua kali berdering tidak Yantik angkat. Ibu yang mendengarnya hp Yantik merasa terusik kupingnya.
“Yantik, hpmu berbunyi, ada telpon mungkin.”
“Ya Bu, lagi males, biarkan bunyi, mungkin mbak Dila ngajak belajar bareng.”
Dering ketiga tidak bisa menggugah hati Yantik. Dering ke empat kalinya barulah Yantik beranjak mengambil hp dan mengangkatnya, ternyata Pak Warsito yang menelpon, Pak Warsito memberitahukan kalau besok dirinya tidak bisa memberi mata kuliah, dan meminta kalau besok tetap mengisi daftar hadir dan ada tugas di meja Pak Warsito.
Dengan nada terserak-serak dijawabnya “iya Pak, besok akan sampaikan keteman-teman.”
Dalam rumah tahanan Romi tidak pernah dijengguk oleh Yantik. Romi yang merasa terpukul dan menyesal atas perbuatan yang dilakukan. Begitupun Yantik  tidak ingin melihat wajah Romi lagi. Karena merasa dirinya dihianati.
Di sela-sela perkuliahan, dirinya menginformasikan pada teman-teman yang menempuh mata kuliah linguistik, bahwa Pak Warsito tidak ada ada urusan, beliua bepesan untuk mengisi daftar hadir dan ada tugas dari Pak Warsito. Dila saat itu juga menempuh mata kuliah yang sama dengan Yantik, secara perlahan Yantik langsung memeluk tubuh Dila. Menangis tersedu-sedu.
“Benar kata-kata yang Mbak nasehatkan ke saya dulu. Seseorang yang berhubungan lam dengan kita belum tentu akan selamanya bersama.”
“kamu sekarang sudah paham kan, apa artinya kebersamaan, tidak akan seseorang mulus dengan jalannya?”
Dila dalam pelukan kesedihan Yantik, juga mengatakan bahwa Dila saat ditanya Pak Warsito, tanya keberadaan Yantik dan alasan tidak masuk kuliah. Dila menceritakan apa yang terjadi, namun Yantik berbilang tidak apa-apa.
“Kita sama-sama sedih, tapi Yan, jangan terus terbelenggu oleh kegalauan itu, mari kita lawan?” lupakan masa lalu dan anggap sebagai pengalaman cintamu, tatap masa depanmu.”
“Serasa berat kata-kata untuk mengucapkan melupakan masa lalu, tapi benar kata Mbak jangan terlarut dalam kegalauan, itu akan merusak diri kita sendiri.”
Bersama angin yang sepoi-sepoi Yantik berada di dekat cendela, mendapati pesan pendek perhatian dari Pak Warsito, dengan rasa yang tidak enak menyelipkan rasa malu, sungkan akan balas sms Pak Warsito. Akan tetapi apa yang terjadi, Yantik merasa terhibur dengan kata-kata yang diucapkan Pak Warsito, kegembiraan terpancar lagi di raut wajah muka Yantik, begitupun membuat orang tua Dila dan teman-teman yang lain merasa senang.
Munculah bermacam-macam pertanyaan bagi Dila, mengapa secepat itu dia luluh akan kata-kata yang baru ia katakan. Namun bagi orang tua tidak ada masalah, sekarang Yantik sudah gembira dan tidak galau. Sms dan telpon sebagai alternatif Pak Warsito dalam memikat hati Yantik. Namun apakah Yantik akan terpikat? Setiap ketemu di kampus kedua mata mereka saling bertatap penuh cinta, apalagi ketika Pak Warsito mengajar dikelas Yanti, maka akan timbul kejadian yang aneh, tatapan Yantik  yang tak lepas dari Pak Warsito memandanginya dengan penuh kekaguman. Pak Warsito menghelai napas penuh ketengangan akan rasa cinta pada Yantik.
Dila yang melihat dengan gerak-gerik mereka berdua, mencurigai apakah mereka berdua ada hubungan khusus. Setelah kuliah selesai Dila menanyakan hal itu kepada Yantik, tidak mengaku kalau Yantik ada hubungan khusus dengan Pak Warsito.
“Jujurlah Tik, ada hubungan apa kamu dengan Pak Warsito, sepertinya di kelas tadi beliau memandangi kamu terus, sebaliknya kamu.”
“Tidak ada hubungan apa-apa mbak, beneran. Dan mengapa mbak bilang begitu?”
“Janganlah munafik Yan, Mbak tahu dan paham, pandangan biasa dan pandangan cinta, apakah kau suka Pak Warsito?”
“Selama ini aku sedih selama ditinggal Romi, untuk itu mbak bilang padaku, jangan bersedih-sedih terlalu lama. Makanya saya berupaya melupakan Romi dan akan menatap masa depan yang cerah lagi, seperti yang aku impikan dahulu ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik dan setia, serta mempunyai anak-anak dengan pengetahuan agama yang maksimal.”
“Apakah kau sudah paham akan karakter Pak Warsito, kamu kan belum tahu.”
“ Memang belum tahu, tapi perasaan aku yakin dengan Pak Warsito, dirinya baik dan sering menghibur aku dalam kegalauan yang kualami.”
“Berhati-hatilah jangan mudah percaya dengan rayuan yang menjebak.”
Ujian skripsi ada di hadapan Yantik, karena sebagai mahasiswa yang cukup pandai dan selalu beprestasi membuat dirinya menempuh ujian skripsi, dan itu salah satunya kunci di ambang kelulusan dan memakai gelar sarjana. Hubungan yang telah mendapat dukungan dari orang tua Yantik dan Pak Warsito membuat keduanya saling percaya akan hubungan yang dijalinnya selam tujuh bulan.
Pak Warsito juga sudah melamar Yantik, tinggal menunggu kelulusan Yantik, mereka  akan melanjutkan ke pesta resepsi pernikahan. Dibantu Pak Warsito, Yantik dalam menyelesaian skripsi dan ujian skripsi. Akhirnya lulus. Yantik merasa senang dan bahagia.
Terkadang di kampus sering mendapat kata-kata yang tidak enak dari temen-temanya, yang bilang kalau mahasiswa genit, bahkan para dosen-dosen yang lain mendengar berita itu kaget, tapi tak akan meluluhkan hati Yantik, karena cintalah yang membutakan itu. Setelah acara yudisium  dan  wisuda selesai dan rasa senang sebagai mahasiswa lulus tercepat dan IPK tertinggi, seminggu ke depan pernikahan akan digelar. Ditemani Pak Warsito, Yantik mencari gaun untuk acara pernikahanya. Menjadi istri dari suami seorang dosen akan penghasilan yang menjanjikan masa depanya.
Pernikahan tergelar mewah di gedung sewaan, impian Yantik yang dahulu kandas sekarang menjadi kenyataan, sesaat Pak Warsito mengucapkan hijab kepada na’ib,
“Saya nikahkan saudara Warsito bin Wildan dengan saudari Yantik binti Argo.”
“Saya terima nikahnya Yantik binti Argo dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.” (muncul seseorang dari arah depan).
“Tunggu, jangan diteruskan. Aku masih mencintaimu Yantik, dan aku yakin kamu juga masih mencintai aku. Kita dulu pernah berjanji kalau dengan keadaan bagaimanapun kita akan selalu bersama, baik hidup maupun mati, ingatkan engkau akan janji yang kita buat.”

*)Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember


Foto Ilustrasi: Harian Dailly

01 Juli 2017

Resume Buku: Jomblo Revolusioner

    Sabtu, Juli 01, 2017  
Oleh: Khusnul Fiton

'Jomblo revolusioner' begitu judul bukunnya, merupakan buku pertama yang ditulis dan diterbitkan oleh penulis bernama Amrullah AM. Pria asal
tuban ini menceritakan banyak hal tentang masa hidupnya dalam buku yang ia beri judul ‘’Jomblo Revolusioner’’.

Dalam peluncurannya di pasaran buku ini menyita perhatian banyak kalangan muda terutama kalangan jomblo pastinnya, yang jumlahnya tidaklah sedikit. Dalam buku ini penulis yang juga seorang aktifis di masa perkuliahannya dan seorang jurnalis sampai dengan saat ini tidak hanya melulu menyinggung soal jomblo , melainkan penulis memasukan cerita-cerita di masa
perjuangannya menjadi mahasiswa di kota perantauan, kehidupannya menjadi seorang jurnalis dan juga kritik-kritik sosial mengenai kondisi masyarakat yang ia ceritakan dengan bahasa yang ringan yang mudah di cerna oleh kalangan muda yang jomblo pastinnya, ataupun yang sudah punya pasangan.

Dalam buku ini penulis membagi isi buku menjadi 3 bagian.

Bagian 1
Pada bagian pertama ini penulis menceritakan tentang seputar jomblo dan kehidupannya yang bahagia dan banyak ngenesnya, yang diberi nama catatan jomblo. Pada bagian 1 ini menceritakan tentang jomblo dalam berbagai judul cerita mini sebanyak 19 judul, pada bagian awal menjelaskan tentang fillosofi jomblo yang berasal dari bahasa
sunda yang berarti perempuan tua yang belum menikah, kemudian berkembang kata jomblo juga di sematkan kepada laki-laki yang identik dengan kesendirian dan tak kunjung menikah.

Kemudian dilanjutkan
dengan cerita orang- orang jomblo yang bisa di katakan sukses dalam dunia karir atau yang di sebut jomblo yang revolusioner yang kemudian
di jadikan judul buku ini oleh si penulis. Walaupun jomblo tapi tetap bisa sukses begitulah singkatnya. Sosok Tan malaka dan Soe hok gie menjadi idola dalam kesendiriannya, kemudian dalam buku ini penulis menceritakan tentang kisah teman-temannya yang jomblo namun tetap bisa sukses di dunia karir salah satunnya adalah srintil sosok perempuan kandidat doktor yang berusia 30 tahun namun belum juga menikah,
meskipun begitu dia jomblo dia tetap bisa berkarya dengan menulis dan menghasilkan banyak karya buku. Setidaknya meskipun jomblo srintil membuktikan bahwa dirinnya tetap produktif dalam berkarya menjomblo adalah peluang.

Dalam buku ini penulis mengatakan bahwa jomblo revolusioner juga bakal akan tetap menikah. Menjadi revolusioner itu tidak perlu muluk-muluk, setidaknya bisa merevolusi diri sendiri dengan menulis tentang sejarah hidupnya dan yang ada di sekitar
lingkungannya itu sudah cukup. Dalam judul cerita lainnya penulis menceritakan salah satu sosok inspiratif yang pernah dijumpai dalam hidupnya, dalam judul Tenda Perjuangan cerita yang di awali dengan perjalannya bersama 2 temannya yang sama-sama jomblo menuju rembang satu diantarannya berniat untuk menyelesaikan penelitian tesisnya tepatnya di pegunungan kendeng Desa Tegaldowo Rembang tempat dimana terjadi konflik antara perusahaan semen dan warga desa.

Di desa itulah tenda perjuangan didirikan atas keberanian Mbok Nah dan warga sekitar dalam menolak pendirian pabrik semen, tenda yang di bangun tepat di samping pintu masuk proyek pembangunan pabrik
semen tersebut di dirikan sejak tahun 2014 oleh mbok nah dan warga sekitar untuk menyuarakan penolakan mereka atas pembangunan pabrik semen tersebut, karena di wilayah tempat di dirikannya pabrik semen tersebut masyarakat mengantungkan hidupnya melalui sektor pertanian dan banyak dari mereka menyakini bahwa di bawah tanah tepat lokasi yang akan di bangun pabrik semen tersebut pusat sumber mata air pegunungan kendeng dan yang di khawatirkan warga dapat merusak sumber mata airnya.

Dalam bagian 1 ini penulis yang juga seorang aktifis pergerakan di masa ia menjadi mahasiswa, tak lupa mengisahkan tentang
pengalaman pertama kalinnya ia menjadi pemimpin demonstran. Dalam rangka memperingati hari anti korupsi se dunia tersebut penulis menceritakan tentang pengelaman pertamannya untuk berani menjadi orator, berbagai kronologi dan peristiwa yang terjadi waktudemo diceritakan dengan runtut dalam cerita yang di beri judul ‘’(bukan) sang demonstran’’. Ada hal yang menarik dan lucu dalam judul cerita ini bahwa penulis menceritakan hal yang mendorongnya untuk berani
berorasi di hadapan banyak orang adalah luapan emosi atas status kejombloannya yang baru ia sandang seminggu sebelum aksi demo ini.

Singkatnya dalam bagian 1 ini tidak hanya melulu menyingung prihal jomblo melainkan sisi-sisi sosial lainnya di sematkan, mbok nah dan para warga kendeng menjadi cerita inspiratif dalam melawan untuk memperjuangkan haknya dalam bagian 1 ini.

Bagian 2
Pada bagian 2 ini tidak lagi menjelaskan banyak tentang jomblo melainkan berisi kumpulan- kumpulan surat yang terlanjur ditulis oleh si penulis dan tak pernah sampai kepada siapa surat itu ditujukan. Ada 12 surat yang di tulis dalam buku ini yang kesemuanya ada di bagian 2.

Dalam menulis surat penulis mempunyai gaya tersendiri seperti mengawali surat dengan memanggil nama kepada siapa surat itu di tujukan. Ketika penulis menghadirkan suasana toleransi kepada pembaca, ia lewatkan melalui surat yang ia tujukan kepada sosok Rim.

Surat itu berisi cerita tentang toleransi antar agama di wilayah perumahan ketika pak puh sosok kristen yang meninggal dunia banyak warga muslim yang berdatangan untuk berbela sungkawa dan menganggap
pak puh seperti warga muslim lainnya ketika meninggal dunia, semua warga sekitar yang mayoritas beragama muslim ikut berduka dan melayat bahkan memandikan sang mayit seperti layaknya memandikan jenazah orang muslim dan masih banyak kejadian yang dapat membuat pembaca untuk lebih toleransi kepada siapapun dalam surat yang di sampaikan dengan gaya seperti obrolan ringan ini.

Tidak hanya pada teman temannya surat yang di tulis dalam buku ini ada juga surat yang di tujukan kepada Bapak Presiden Indonesia Joko Widodo. Surat itu di tulis sewaktu pak
presiden akan berkunjung ke Tuban Jawa Timur.

Dalam surat itu berisi tentang kondisi masyarakat lapis bawah yang sebenar-benarnya, dengan mengawali surat dengan kata ‘’pak jok.. ehh maaf pak presiden’’ dalam surat ini digambarkan dengan cukup lengkap tentang aktifis pemuda desa yang mengawal haknya sendiri yang justru malah dilaporkan ke pihak berwajib, kemudian petani yang kesusahan untuk mencari pupuk bagi tanaman-tanamannya sekaligus berkurangnya lahan pertanian di Tuban yang berganti
dengan pabrik-pabrik industri.

Penulis menyampaikan semuannya dengan gaya sindiran kepada pemerintah yang tetap enak dibaca, jika Pak Jokowi berkunjung ke Tuban hanya akan di ceritakan tentang hal-hal yang baik saja yang ada di Tuban, terkait kemajuan kota dan semua hal yang dapat menyenangkan hati Pak Presiden Jokowi, ketimbang mendengar keluh kesah masyarakat Tuban.

Semua keluh kesah masyarakat tuban dikemas dalam surat yang di sampaikan dengan bahasa yang khas oleh penulis.
***

Bagian 3
Dalam bagian 3 atau bagian akhir dalam buku ini berisi kumpulan essai si penulis buku, terdapat 6 essai yang beberapa diantarannya ditulis diwaktu menjadi mahasiswa, yang kemudian dimuat dalam buku ini. Salah satu essai menjelaskan tentang kondisi pendidikan bangsa ini yang berjudul ‘’kuliah untuk siapa’’ dalam essai ini mengambarkan kondisi pendidikan masyarakat lapis bawah, bahwa slogan orang miskin dilarang kuliah masih ada dikarenakan mahalnya biaya perkuliahan. Dan menganggap kuliah hanya bagi mereka yang mampu secara ekonomi. Beasiswa sebagai pemanis pendidikan belaka, karena nyatannya tetap orang golongan menengah atas yang menikmatinnya, persoalan ketimpangan seperti ini akan terus terjadi selama pemerintah tidak memihak masyarakat miskin.

Essai ini di tulis dengan mencantumkan dasar-dasar dan teori-teori pendidikan oleh para ahli. Dalam essai ini cukup jelas
yang di inginkan penulis dan masyarakat adalah pendidikan yang merata dan konsep yang tepat dalam memajukan bangsa melalui dunia pendidikan.

Dalam essai lainnya berisi tentang kondisi bangsa indonesia yang penulis beri judul ‘’biarkan mereka mati saja’’ di awali dengan lirik lagu darah juang kemudian berisi tentang maraknya korupsi dimana-mana, perekonomian yang anjlok yang di gambarkan dengan naiknya harga BBM, kemudian langkanya pupuk, dan nasib yang tak kunjung jelas bagi para buruh.

Essai ini di sertai dengan dasar dan teori-teori pastinnya, memang cukup berat untuk dibaca karena berbeda dengan judul-judul essai yang lain dalam bagian 3 ini.

***Secara singkat, buku ini variatif menurut saya, karena berisi tentang cerita-cerita
lucu dan inspiratif di bagian 1, kemudian surat-surat yang tetap asyik untuk di baca di bagian 2, dan kemudian di tutup dengan bacaan yang cukup berat di bagian 3 yang berisi essai si penulis yang dapat membuka mata terhadap kondisi sosial sekitar dan kondisi bangsa.

Buku ‘’Jomblo Revolusioner’’ ini membawa pembaca merasa dekat dengan si penulis melalui gaya ceritannya yang ringan, dan mengambarkan sisi lain dari si penulis itu sendiri, walaupun jomblo tapi nulis buku begitulah slogannya penulis yang juga seorang jurnalis ini. (ton/jw)



*)Judul buku: jomblo revolusioner Tahun terbit: 2016
karya/ penulis: Amrullah AM, 
Penerbit: epistemic
Isbn: 978-602-69503-3-8

14 Juni 2017

TKI Asal Bojonegoro Tulis Buku Berjudul "Bukan BMI Biasa, Kisah Sukses BMI Hongkong"

    Rabu, Juni 14, 2017  
suarabojonegoro.com -  Yanne Karsodiharjo, seorang Buruh Migran Indonesia (BMI) di Hongkong asal Bojonegoro, Jawa Tiur, berhasil menulis buku menarik bertajuk "Bukan BMI Biasa, Kisah Sukses BMI Hongkong" yang  diterbitkan Formaci Press.

Buku pemilik nama lengkap Andayani tersebut sudah mendapat Internasional Standart Book Number (ISBN), Katalog Dalam Terbitan (KDT) dan barcode dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI pada pertengahan Mei 2017 lalu. 

Selain Yanne, sebenarnya sudah ada BMI yang menulis, namun mereka menulis buku secara berjemaah yaitu bertajuk "Suara Berdarah Untuk Presiden (Suara Hati BMI Hong Kong" yang ditulis oleh Nadia Cahyani dkk dan diterbitkan oleh Lini Jendela pada Desember 2010. Kemudian juga sebanyak 25 orang BMI di Taiwan menulis buku berjudul "Mengenal Sang Surya di Bumi Formosa" yang dilaunching pada 14 Mei 2017 lalu yang diterbitkan  Suara Muhammadiyah.

Dalam hal ini, Pemimpin Redaksi Formaci Press Ahmad Ali Zainul Sofan menyambut baik karya perempuan asal Bojonegoro itu. "Saya menilai ini sebagai prestasi dunia. Ya, prestasi internasional lah. Penulis memang setor naskahnya bertahap mulai tahun 2016 lalu. Itu pun ada yang lewat WhatsApp dan Email. Jadi memang prosesnya hampir setahun," ujar Sofan dalam launching buku "Bukan BMI Biasa, Kisah Sukses BMI Hongkong" tersebut yang digelar oleh Formaci Press, Ikatan Silaturahmi Mahasiswa Ronggolawe (ISMARO) Jawa Timur, Selasa (13/6/2017) di aula Nurul Falah Ringinsari, Semarang, Jawa Tengah.

Dijelaskan dia, budaya literasi harus dihidupkan sejak dini kepada dan oleh siapa saja. "Mbak Yanne ini meski bekerja sebagai BMI, namun bisa meluangkan waktu untuk menceritakan pengalaman menjadi pekerja migran, juga berbagai dinamika di luar negeri. Kalau hanya ditulis di blog, Facebook maupun Instagram, saya kira hanya jadi tulisan biasa. Tapi kalau dijadikan buku, nah itu baru prestasi namanya karena sudah diakui ISBN dan datanya terindeks di London," lanjut dia.

Secara teknis, kata dia, yang rekoso memang tim editor. "Ya karena naskah yang dikirim ke kami, bahasanya campuran, ada Indonesia, Jawa, Inggris dan kadang Hongkong. Tapi itu sudah dirapikan. Karena sesuai rencana, buku ini nanti akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan Hongkong," jelas dia.

Menaikkan Derajat BMI
Ia mengatakan, bahwa buku tersebut membawa oase baru. Sebab, selama ini yang dikenal adalah TKI bukan BMI atau PMI. "Jadi saya baru tahu lewat buku ini bahwa BMI itu itu Buruh Migran Indonesia dan itu lebih familiar daripada Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Pekerja Migran Indonesia (PMI)," tukas dia.

Di buku ini juga dijelaskan tips-tips sebelum dan ketika menjadi BMI, pelurusan niat menjadi BMI, lalu pengalaman pahit penulis menjadi BMI yang katanya pernah mau dijual temannya. "Sebagai sesama orang Jatim, siapa saja memang tidak ada yang mau jadi BMI, namun karena tuntutan hidup, ya mau nggak mau harus memilih. Nah, hal semacam ini dibahas dalam buku yang memiliki ISBN 978-602-61554-6-7 tersebut," beber dia.

Dalam launching dan bedah buku itu, pesan terakhir sesuai isu buku adalah ingin mengajak BMI untuk pensiun. "Bab terakhir ini mengajak semua BMI di mana saja untuk pensiun, karena tidak mungkin selamanya menjadi BMI," beber dia.


Buku Bukan BMI Biasa, sudah dikoleksi Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Wilayah Jawa Tengah, dan sesuai rencana, akan dibedah di Hongkong, Jawa Timur, Jawa Tengah. “Kami juga akan menggelar pameran buku di kantor Kecamatan Jatirogo, Tuban pada H-7 Lebaran Idul Fitri 1438 H nanti. Buku ini nanti juga akan kami pamerkan bersama penerbit dari Jogjakarta,” beber dia.

Sementara itu, secara terpisah Yanne Karsodiharjo mengatakan sangat senang ada penerbit yang mau membantu penerbitan buku karyanya. "Awalnya mungkin mustahil, tapi ya karena saya cicil sejak 2016, sedikit demi sedikit saya kirim lewat WA, ada yang lewat email, tapi alhamdulillah bisa terkumpul jadi buku," ujar dia.

Yanne juga menandaskan, bahwa buku itu tentu masih banyak kekurangan dan butuh kritik dari pembaca. "Kalau memungkinkan nanti memang akan diterjemahkan ke Bahasa Inggris dan Hongkong. Mohon doa restunya," beber dia.

Ia berharap, adanya buku itu bisa mendorong para BMI untuk berkarya dan menaikkan derajat BMI agar tidak dipandang negatif oleh masyarakat. “Sekali ndeso tetap ndeso. Tapi kami ndeso yang punya prinsip dan harga diri,” tutup dia. (*)

02 Mei 2017

PURNAMA DI ATAS BENGAWAN

    Selasa, Mei 02, 2017  
Oleh: Burhanudin Joe











Diantara kilau pasir Kali Pacal
Yang memoles tipis bibir sungai

Selalu kutitipkan wajahmu
Pada setiap purnama
Yang menyusuri bengawan ini

Kutahu
Tak mungkin aku memajang lukisan itu
Dalam puri kecilku

Namun
Dua puluh delapan purnama berlalu
Masih saja aku tak mampu
Menghapus wajahmu
Yang terlukis jelas di antara daun bambu

Malam ini
Pada ujung purnama
Kembali kutitipkan rinduku

Kusembunyikan wajahmu
Diantara bait-bait puisi cintaku

Sambiroto-Bojonegoro, 23/02/2017

MONOLOG
Burhanudin Joe

Menghitung detik
Memburu menit dalam tasbih
Sisa dingin kopiku
Berselimut kebak asap tembakau
Berteman puisi malam

Sambiroto, 4/4/2017

*) : Nama aslinya adalah Burhanudin, seorang guru seni budaya di SMKN 5 Bojonegoro, lahir dikota yang sama pada 15 Agustus 1978 yang lalu. Kecintaannya pada dunia sastra dan teater menuntunnya mendirikan sanggar sastra “Komunitas Susastra Bojonegoro (KSB)” dan sanggar teater ‘AWU” juga “Sekar Petak”. Beberapa karya sastranya termuat dalam buku antologi puisi bersama dan media cetak. Penggiat literasi yang aktif di Purnama Sastra Bojonegoro (PSB), juga beberapa organisasi kemasyarakatan dan komunitas kesenian lainnya. Dapat dihubungi di burhanudin.joe@gmail.com atau 081554757410

23 April 2017

3 Puisi Minggu Pagi Tentang Perempuan Karya Gampang Prawoto

    Minggu, April 23, 2017  
Oleh: Gampang Prawoto









Layunya Jatidiri

Kartini
dulu belajar membaca
menulis tentang perempuan
kaum tertindas teraniaya jaman
membangun peradaban

Kartini
hari ini membaca hari
tanpa menyusui dan menanak nasi
senam, sauna, salon
menganyam alis, memahat body
memerah bibir, pipi
selpi
tebar nadi kecantikan, seksi
diantara layunya jatidiri perempuan.

Sastrowidjojo,21042017


Perempuan Elang

bening embun
membasah kening
wajah ayu
pelupuk lembab
menajam pandang
mata perempuan elang
lunglai setiap lelaki memandang
terkapar
pasrah dalam cengkraman
kukukuku panjang
menggores luka menoreh rindu
tatu hati mewarna cinta
terkulai
terdekap
peluk belaian di pangkuanmu
selamanya.

Sastrowidjojo,15042017


Pelepah Wajah

kerudung
kecantikanmu
tersingkap sapu angin
lusuh terkoyak nafsu
dekam berahi terpenjarakan waktu.

detik memintal menit
mengendap asin tanpa asuh
jarum memutar arah
merujuk angkaangka tanpa kata
logika berucap katanya.

kerudung
kerudung robek
hangat selimuti berahi
robek
robek kerudung
membalut nganga luka
walau percik darah terlanjur pecah
oleh lentur kerasnya  peradaban.

Sastrowidjojo, 15042017


*) Penulis adalah Penggiat literasi  desa "Sanggar Sastrowidjojo" Pejambon Sumberrejo Bojonegoro
© 2018 SeputarBojonegoro.comDesigned by Bloggertheme9